Mohon tunggu...
J Wicaksono
J Wicaksono Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Kesehatan ingin belajar menulis

Saya suka menulis dan membaca berbagai artikel

Selanjutnya

Tutup

Bola

Pertahanan Kuat demi Garuda Emas (Tentang Timnas, Bagian 1)

9 Maret 2024   20:20 Diperbarui: 9 Maret 2024   20:53 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang dilakukan Pelatih Timnas Pria Indonesia, Sin Tae Yong dengan dukungan penuh PSSI dibawah komando Erick Tohir merupakan lembaran penting bagi masa depan Timnas. Harus kita akui bersama, pemain lokal kita ketika bergabung dengan Timnas, belum cukup mampu mengimbangi tim dari negara lain.

Cita-cita menuju Piala Dunia memang bukan isapan jempol. Namun jika kita tetap bertahan dengan lokal pride semata, maka perlu waktu panjang mewujudkannya. 

Dalam sepak bola modern, salah satu pondasi adalah kekuatan pertahanan. Kita tentu tahu bersama betapa Italia berkali-kali menjadi juara dunia melalui pola bertahan mereka yang mendunia Cattenacio. Dalam piala dunia pun, kita melihat banyak negara (meski mereka azasinya bukan tim bertahan) mampu menjadi juara dunia ketika menerapkan pertahanan kuat disertai serangan balik cepat.

Jerman (Tahun 1974), Perancis (1998 dan 2018) kedua negara ini tidak memiliki budaya bertahan, namun sukses meraih piala dunia ketika pada partai finnal menghadapi tim dengan kekuatan penyerangan yang baik (Belanda-1972;Brazil-1998 dan Kroasia - 2018) menerapkan pola bertahan kuat. Memang pada ketiga pertandingan finnal itu masing-masing, Jerman dan Perancis tidak dapat mencegah gawang mereka kebobolan. Namun serangan balik mereka menghasilkan jumlah gol lebih banyak dari lawan kala itu.

-

Elkan Baggott (Bristol Rovers), Jay Idzes (Venezia), Justin Hubner (Wolves), Jordi Amat (JDT), Sandy Walsh (KV Mechelen) ditambah Nathan Tjoe-A-On (Heerenveen). Akan membuat kokoh lini belakang Timnas, meski demikian Asnawi Mangkualam (Port FC), Pratama Arhan (Suwon FC), Wahyu Prasetyo (PSIS), Rizky Ridho (Persija), dan Edo Febriansyah (Persib) juga menjadi kekuatan tersendiri dengan style masing-masing.

-

Kekurangan saat ini lebih pada sektor penjaga gawang. Penulis tidak mengecilkan peran Ernando Ary yang selama ini gemilang menjaga gawang Timnas. Namun diera modern ini,  postur ideal penjaga gawang rata-rata diangka 189 cm (6,2 Feet) dengan berat 83 kg (Dikutip dari halaman Master Soccer Mind). Kita belum memiliki penjaga gawang di wilayah ini. Yang paling mendekati angka ini hanya seorang Nadeo Argawinata (Borneo FC) dengan tinggi 187 cm. Erlangga Setyo Dwi Putranto (Persis Solo) memiliki postur 192 cm namun belum cukup mampu membuat pelatih kiper Timnas senior merekrutnya.

Postur sangat penting untuk penjaga gawang mengingat ukuran gawang pada sepak bola Lebar 732 cm dengan tinggi 244cm.

Terhadap situasi ini, jika Maarten Paez (191 cm) dapat menyelesaikan administrasi kepindahan kewarganegaraan tentu menjadi solusi idaman kita bersama seraya menunggu matangnya Erlangga dan juga Cyrus Margono (191 cm).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun