Mohon tunggu...
dharma simatupang
dharma simatupang Mohon Tunggu... Guru - Guru Fisika SMK N 2 Pematangsiantar

^^Anugrah Ilahi membuat ku membumi^^

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Duhai Guru, Waspadalah Toxic Positivity Juga Mengintaimu!

30 Juli 2021   06:36 Diperbarui: 30 Juli 2021   08:16 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Profesi pendidik dituntut selalu berinteraksi dengan siswa. Tentunya interaksi itu melibatkan komunikasi verbal. Ada kalanya komunikasi itu menyangkut masalah siswa, ada saatnya terkait prestasi siswa dan lain sebagainya. Jadi tak jarang guru dalam melakukan komunikasi dengan siswa itu tidak menyadari adanya toxic positivity. 

Berikut sedikit saya berikan contoh kasusnya :

Pertama, Seorang siswa dikeluarkan ( dititipkan kepada orangtuanya) karena melakukan suatu masalah.  Kemudian datanglag gurunya berusaha untuk membuat perasaannya lebih baik dengan berkata : " Coba lihat sisi baiknya, kamu bisa bersekolah di tempat lain yang mungkin lebih baik dibandingkan sekolah yang sekarang."  

Mugkin saja siswa itu mendapat respon dari gurunya yang lain seperti ini : " Yakinlah , kamu masih bisa dapatin sekolah baru, masih banyak yang lebih parah dari kasusmu ! "

Sayangnya , semua respon yang cenderung positif ini berseberanagn dengan apa yang dialami siswa itu. Ini adalah ungkapan toxic positivity, ungkapan yangan jadi bumerang. Biasanya tidak membuat siswa menjadi lebih baik. Tetapi justru menjadi lebih buruk, terutama bagi siswa yng sedang mengalami depresi.

Kedua, Pepatah : " Kalau orang itu bisa melakukannya, kamu pun pasti bisa." Ini adalah salah satu pepatah yang merusak. Namun tak dapat disangkal, guru seringkali mengungkapkan pepatah ini. Mungkin dalam memberikan motivasi kepada siswa-siswanya. Supaya bangkit dan semangat kembali belajar mengapai impian.  Guru tidak meyadari dampak buruk ucapan ini terhadap siswa. 

Pepatah ini menjadi keliru karena dibangun berdasarkan angapan bahwa setiap orang memiliki kemampuan yang sama/identik. Dan sama sekali pepatah ini tidak menghargai keunikan manusia. Padahal banyak survei mengatkan bahwa kita semua berbeda antara satu dengan yang lain. 

Sebaiknya pepatah ini berbunyi : " Kalau seorang meakukannya dengan bagus, maka kamu pun bisa melakukannya asalkan kamu memiliki kekuatan yang sama/identik dengan orang itu."

  Seorang guru dituntut harus juga bijaksana  dalam berkata. Bijaksana disini mengacu kepada kepada bahwa yang penting adalah bukan banyaknya perkataan yang diucapkan nya tetapi perkataan yang diucapkannya harus sesuai tempat dan waktu yang tepat. Jangan sampai perkataan itu terkesan menjadi hanya basa basi dan bahkan yang lebih fatal lagi meracuni siswa-siswanya. 

Ketiga,   Serang guru juga sering mengucapkan : " Nanti juga terbiasa. " Atau " Tetap positif ! " kepada siswa yang mendapat musibah/kemalangan. Guru berharap siswa segera bangkit dari trpuruknya . Padahal perkataannnya itu tidaklah membantunya sama sekali. Malah membuat siswa semakin terbeban da merasa musibah/kemalangan  yang dialami siswa sepele. Ini dinamakan toxic positivity . 

Seharusnya seorang guru excelent, selain menyampaikan ucapan duka, guru haruslah ikut berempati. Kapasitas empati  untuk memehami / merasakan apa yang dialami. Dan secara spontanitas bergerak untuk membantu. Contohnya dengan menawarkan  sesuatu yang mungkin bisa menghibur seperti mengirimi makanan kesukaan atau membuat hiburan yang tidak berlebihan. Hali injauh lebih bermakna  daripada ucapan-ucapan. 

Seorang guru haruslah mengenali bahasa toxic positivity supaya menjadikan komunikasi lebih efektif dan dapat menjalinkedekatan dengan siswanya. Setiap siswa punya masalah yang mugkin bisa mebuat perasaanya rapuh. Ketika ia mencari kelegaan atas masalah yang dialaminya, ia akan bercerita kepada orang yang dipercayainya. Alangkah indahnya bila salah satu orang yang dipercayainya adalah gurunya sendiri. 

Sifat -sifat toxic yang harus dihindari guru, antara lain :

Pertama, Selfish. Lebih mementingkan diri sendiri ketimbang orang lain sekalipun orang lain itu lebih membutuhkan.

Kedua, Emotional Abuse. Melakukan kekerasan non fisik, seperti meremehkan, mengkritik, menyalahkan dan lain sebagainya.

Ketiga, Dishonest, Bersifat tidak jujur  dan cenderung tidak menunujkkan sikap empati.

Semoga bermamfaat 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun