Seharusnya seorang guru excelent, selain menyampaikan ucapan duka, guru haruslah ikut berempati. Kapasitas empati  untuk memehami / merasakan apa yang dialami. Dan secara spontanitas bergerak untuk membantu. Contohnya dengan menawarkan  sesuatu yang mungkin bisa menghibur seperti mengirimi makanan kesukaan atau membuat hiburan yang tidak berlebihan. Hali injauh lebih bermakna  daripada ucapan-ucapan.Â
Seorang guru haruslah mengenali bahasa toxic positivity supaya menjadikan komunikasi lebih efektif dan dapat menjalinkedekatan dengan siswanya. Setiap siswa punya masalah yang mugkin bisa mebuat perasaanya rapuh. Ketika ia mencari kelegaan atas masalah yang dialaminya, ia akan bercerita kepada orang yang dipercayainya. Alangkah indahnya bila salah satu orang yang dipercayainya adalah gurunya sendiri.Â
Sifat -sifat toxic yang harus dihindari guru, antara lain :
Pertama, Selfish. Lebih mementingkan diri sendiri ketimbang orang lain sekalipun orang lain itu lebih membutuhkan.
Kedua, Emotional Abuse. Melakukan kekerasan non fisik, seperti meremehkan, mengkritik, menyalahkan dan lain sebagainya.
Ketiga, Dishonest, Bersifat tidak jujur  dan cenderung tidak menunujkkan sikap empati.
Semoga bermamfaatÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H