Mohon tunggu...
dharma simatupang
dharma simatupang Mohon Tunggu... Guru - Guru Fisika SMK N 2 Pematangsiantar

^^Anugrah Ilahi membuat ku membumi^^

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Karakter Pembelajar Mandiri Saat Pandemi

3 Juli 2021   19:54 Diperbarui: 3 Juli 2021   20:15 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Memiliki gaya belajar

    Anak mengetahui gaya belajarnya.  Apakah anak termasuk bertipe Visual yang suka melamun  ( seperti Alberth Einstein : Bahwa imajinasi lebih penting daripada ilmu pengetahuan ) , anak bertipe Kinestetik yang suka mencoba praktek ( seperti Thomas A Edison : Jenius adalah  1 persen imajinasi dan 99 persen prespirasi ), atau anak bertipe Auditiori yang tidak pernah berhenti bergerak dan berbicara ( Totto-Chan ). Dengan mengetahui gaya belajar, anak bisa menyesuaikan diri dengan materi yang ingin dipelajari. 

3. Menghindari gangguan belajar

    Seringkali gangguan saat belajar menghambat proses penyerapan materi. Untuk memperoleh suasana belajar yang baik, hindari lah gangguan belajar yang mungkin terjadi. Aturlah waktu bermaain gadget, bermain sosial media, menonton tv dan game online. 

3. Mandiri

     Dalam KKBI,kemandirian adalah kesiapan dan kemampuan individu untuk berdiri sendiri yang ditandai dengan mengambil inisiatif sendiri. Kemandirian menjadi keterampilan proses yang harus dimiliki anak . Jelas bahwa kemandirian adalah salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar anak. Dengan kemandirian tentu akan melahirkan niat dan kemauan kuat untuk berusaha. Kegigihan dan kepercayaan diri juga diperlukan agar anak tidak memyerah saat berproses. Dan tentunya jangan lupa untuk terus berdoa pada Tuhan. 

      Pembelajar Sejati

     Dalam masa pandemi ini, tentunya semakin tinggilah tuntutan buat guru dan orangtua buat perkembangan pendidikan anak. Guru dan orangtua harus konsisten mengiringi  langkah anak belajar. Karena semua pihak tentunya mendambakan anak yang profisiensi ( berpengetahuan dan berkemampuan).

     Terkait karakter, tugas guru dan orangtua bukanlah untuk membentuk karakter anak, tetapi membantu anak itu untuk menemukan karakter itu sendiri. Artinya guru  dan orangtua hanya membukakan pintu, si anak lah  yang harus berusaha untuk masuk. Memang tak dapat dipungkiri, selama ini masih sering ditekankan pada siswa adalah apa yang dipelajari( what a learn ) bukan bagaimana cara mempelajarinya ( learn to how to learn ). 

     Memang dengan gelar pembelajar tadi,sudah seharusnya anak memiliki hasrat belajar yang tinggi dari dalam dirinya dan memiliki budaya cinta ilmu dalam hidupnya. Dua indikator karakter yang penting menilai seorang pembelajar. Kita menyadari sesuai dengan fitrahnya,setiap manusia memiliki keinginan untuk belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi sesuatu yang dia sukai. 

Contohnya,anak diberikan kesempatan naik sepeda .Maka anak akan berusaha memainkan sepeda itu meskipun pada awalnya ada sebagian anak yang merasa rakut. Nemun secara naluriah anak akan mencobanya. Setelah merasa suka,anak akan terus mengeksplorasi kemampuan bersepedanya sehingga ia tidak tergantung dengan roda penyangga keseimbangan. Bahkan selanjutnya beragam gaya bersepeda dia kuasai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun