Mohon tunggu...
Muhammad Dharma Refa
Muhammad Dharma Refa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang introvert yang terkadang banyak bicara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar Bahasa Asing: Membuka Peluang Baru atau Hanya Buang Waktu?

27 Desember 2021   17:19 Diperbarui: 28 Desember 2021   07:52 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Muhammad Dharma Refa, Meilan Arsanti, S.Pd., M.Pd.

Mahasiswa FE Program Studi S1 Manajemen Unissula, Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia Unissula

Ungkapan "bahasa adalah jendela dunia" tentu sudah terasa tak begitu asing lagi di telinga kita. Bahasa bisa mengantarkan kita pada sebuah dunia yang kita belum pernah jajaki sebelumnya. Dunia tersebut dapat berupa ragam informasi baru, peluang baru, hingga perluasan relasi sampai pada taraf mancanegara.

Beberapa orang mungkin masih ada yang menganggap remeh akan pentingnya mempelajari bahasa asing. Mereka berpendapat bahwa pembelajaran bahasa asing hanya ditekankan bagi mereka yang semisal hendak melanjutkan studi ke luar negeri, bekerja di luar negeri, atau bagi orang-orang yang memiliki hobi travelling ke negara lain. 

Di lain kubu, ada yang mempercayai bahwa kemajuan teknologi seharusnya sudah bisa mengatasi masalah kendala bahasa atau language barrier antar manusia, seperti hadirnya aplikasi penerjemah besutan Netease yang cukup popular saat ini, U-Dictionary, yang mampu menerjemahkan percakapan secara langsung ke bahasa target. Padahal, mempelajari bahasa asing merupakan sebuah keniscayaan untuk menghadapi dunia yang semakin dinamis di era globalisasi saat ini.

Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa segelintir orang masih enggan mempelajari bahasa asing, yaitu:

  • Tidak yakin dengan kemampuan sendiri. Ketidakpercayaan diri tentu bisa menjadi batu sandungan besar bagi setiap orang dalam melakukan suatu hal, tak terkecuali dalam mempelajari bahasa asing. Bahkan, ada yang justru merasa insecure apabila ia melihat ada orang yang mampu berkomunikasi menggunakan bahasa asing secara luwes. Alih-alih makin termotivasi untuk mengembangkan kemampuan bahasanya, ia justru semakin merasa kecil hingga minat belajarnya pun sirna.
  • Terpengaruh komentar orang lain serta lingkungan yang kurang mendukung. Komentar dari orang lain lain sebenarnya bisa bersifat konstruktif maupun destruktif. Komentar konstruktif tentu bisa meningkatkan motivasi seseorang, salah satunya dalam mempelajari bahasa asing. Sebaliknya, komentar destruktif justru akan membuat seseorang semakin minder dengan dirinya sendiri. Kasus yang kerap terjadi di linkungan kita ialah adanya budaya mengatakan "sok Inggris" kepada orang-orang yang sering menggunakan Bahasa Inggris dalam percakapannya. Lingkungan yang tidak suportif ini justru akan membuat seseorang makin merasa terkucilkan dan ia menjadi enggan untuk mengeksplor dirinya lebih jauh lagi.
  • Adanya anggapan bahwa mempelajari bahasa asing itu sulit dan tidak membawa dampak yang signifikan bagi diri sendiri. Jika seseorang sudah memiliki pola pikir seperti ini, sebenarnya ia telah membatasi pikirannya sendiri untuk berkembang, sehingga niat untuk belajar pun tidak ada.

         Dikutip dari Journal of International Social Research, saat ini pendidikan bahasa asing menjadi salah satu faktor yang sangat penting, dimana sekarang banyak perusahaan yang mencantumkan kemampuan bahasa asing sebagai salah satu kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap pencari kerja. Mereka ingin mencari karyawan yang mampu dan fasih dalam berbicara lebih dari satu bahasa di luar bahasa ibu mereka. Para pengusaha ingin agar karyawan mereka menjadi kompeten secara interkultural. Di samping itu, dengan kita memahami bahasa lain, hal tersebut akan memperkaya kehidupan pribadi kita dan memberi kita banyak peluang baru karena kita dapat berkomunikasi dan terhubung dengan orang-orang dari bangsa lain.

        Dalam salah satu pidatonya, pendiri Alibaba Group, Jack Ma, pernah menyinggung persoalan pentingnya mempelajari bahasa asing. Beliau berkata bahwa memahami bahasa asing itu tak sebatas kita mempelajari bahasanya saja, akan tetapi kita juga belajar mengenal budaya dari negara lain. Dengan kita mempelajari budaya negara lain, kita akan menjadi lebih bisa menghargai keberagaman. Jika kita bisa menghargai dan menghormati kebudayaan lain, sebagai timbal balik, kita juga akan dihargai dan dihormati oleh masyarakat asing. Dengan begitu, kita akan bisa melakukan kerja sama dengan masyarakat asing ke depannya dengan lebih mudah, entah dalam ranah bisnis, sosial dan lain sebagainya.

         Mempelajari bahasa asing selain sebagai media untuk mengenal budaya lain, tentu akan memberikan nilai tambah tersendiri bagi siapapun yang mempelajarinya. Manfaat itu bisa meliputi peningkatan ketajaman otak serta daya ingat, peningkatan kemampuan berbicara, peningkatan kepercayaan diri, hingga penurunan peluang terkena penyakit Alzheimer di masa tua. Penguasaan bahasa asing pun juga dapat memberikan peluang yang cukup lebar bagi para siswa atau mahasiswa yang membidik target untuk mendapatkan beasiswa studi ke luar negeri, dimana biasanya pihak penyedia beasiswa memberikan syarat minimal nilai TOEFL atau IELTS dan sebagainya kepada calon pendaftar. Bagi mereka yang berprofesi sebagai digital nomad dan suka berpindah tempat hingga mancanegara, penguasaan bahasa asing akan sangat membantu mereka dalam berkomunikasi dengan warga asli dari negara yang mereka kunjungi.

        Di era yang semakin canggih ini, teknologi memainkan peran sentral dalam mempermudah segala urusan manusia. Pembelajaran bahasa asing pun kini bisa dilakukan tak hanya di kelas formal, akan tetapi juga bisa melalui website, seperti pada situs www.learnalanguage.com atau melalui aplikasi pada smartphone laiknya Duolingo, Memrise, Kurso de Esperanto (khusus Bahasa Esperanto) dan masih banyak lagi secara gratis. Di samping itu, terdapat pula aplikasi bernama iTalki yang memungkinkan kita untuk bisa melakukan percakapan langsung dengan para penutur asli bahasa yang sedang kita pelajari melalui video conference secara empat mata, tanpa harus merogoh kocek cukup dalam.

        Pentingnya penguasaan bahasa asing tidak dipungkiri lagi merupakan sebuah kebutuhan di era globalisasi, dimana ruang dan waktu tidak lagi berlaku sebagai batasan. Tidak sebatas membawa manfaat untuk diri sendiri, secara lebih jauh, pembelajaran bahasa asing juga termasuk dalam kiat bagi kita dalam memahami beragam kebudayaan. Bahasa merupakan sesuatu yang memiliki peran dalam mentransformasi suatu kebudayaan serta bermanfaat untuk pembelajaran kita sendiri maupun dalam menemukan budaya baru. Bahasa membantu kita untuk terlibat dengan cara hidup baru dan pola budaya baru, di mana kita dapat berkomunikasi dengan seseorang dari titik yang sangat jauh dan berbeda di dunia. Hal ini akan membuat hidup kita penuh warna. Paparan dari budaya lain akan memperkenalkan kita pada ide serta kebiasaan baru yang dapat membantu kita dalam mengikuti peristiwa-peristiwa internasional, serta membuka perspektif kita untuk menjadikan kita warga negara yang berpengetahuan dan bertanggung jawab di negara kita dan kepada dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun