Tujuh hari sebelum pergantian tahun, start pukul tujuh pagi, saya berkendara 200 kilometer lebih dari garase rumah, mendaki dan camping, berselancar alam. Sepanjang jalan, sapaan begitu hangat. Orang-orang mengolesi pikirannya yang hitam dengan warna putih. Lukisan ini memperlihatkan euforia diri yang telanjang bulat, jujur maksudnya.
Perang diri berkecamuk, perburuan baju, sepatu, dan topi baru memegang kendali. Begitu juga dengan kuliner. Nampak kurir hijau dan orange menghiasi pemindahan barang dari toko online ke pintu rumah. Sampah plastik dan organik menumpuk, just ok, makin banyak sampah, makin geliat ekonomi, begitu hipotesanya. Â Â Â
Di usia lima puluh tahunan, dua jam pegang stang motor, tangan mulai kesemutan, saya menepi di pertigaan jalan yang suntuk asap, cari warung, ngeBIR zero alkohol, menyamarkan kesesatan. Si punya warung nyapa, BIR?, ingat saya BIR sanggup nahan haus cukup panjang, selain nampak gagah, hehehe.
Saya pun bertanya, Ibu, jalan ke arah gunung ke mana?, tangan kiri meraba saku jaket, tangan kanan memantik korek api, hisap sebatang rokok. Dengan polos, belok kiri pak, dua jam dari sini, sambil memamerkan bibirnya yang manis, gincu merah muda, rambut warna cokelat kemerahan.
Teman saya nyeletuk, mata dan pertanyaanmu genit, karena saya berkecimpung di dunia akademik, pertanyaan adalah dasar ilmu pengetahuan, mata lirik ke atas dan ke bawah itu perihal lain, membenarkan kegenitan saya. Lima detik kemudian, kamera mata saya mundurkan dengan sopan, wajah cantiknya memudar. Namun, intinya bukan itu, hubungan Bir dan si cantik dasarnya adalah transaksi, harga adalah substitusi yang baik, begitulah cara ekonomi bekerja. Jadi ingat teori.
Dua setengah jam kemudian, saya pun tiba di kaki gunung. Perabotan di tata, sepatu outdoor menapak, siap tempur 100.000 langkah. Ilalang, pohon pinus, dan sampah plastik menyapa. Lagi-lagi ekonomi menggeliat di gunung, ku pungut.
Lima puluh menit berjalan, bertemu orang Eropa, tangan kanan genggam tracking pole, tangan kiri peluk BIR, tentu zero alkohol. Saya tanya, BIR?, Yes, di mana ada BIR, di sana pariwisata membara. Benar juga ya, pikir saya.
Jadi ingat buku lagi, bagaimana mendefinisikan sesuatu, caranya, berangkatlah dari ciri-ciri yang ada. Misal, saya ingin punya pacar yang tinggi, kulit putih, dan baik hati. Jadi pacar adalah seseorang yang tinggi, berkulit putih dan baik hati. Makin banyak definisi, makin mekar pengetahuan. Teori yang bagus adalah teori yang terbantahkan. Dengannya pengetahuan bertumbuh, menjalar, dan menjulur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H