Mohon tunggu...
Dharma Adhivijaya
Dharma Adhivijaya Mohon Tunggu... profesional -

Pekerja bahasa, seorang penerjemah, seorang penyunting, juga ingin jadi wartawan dan menyambi jadi penulis siluman, sudah punya pacar, doyan jalan-jalan, suka makan, berupaya untuk hidup bahagia, aman, dan tenteram | @dharmakacamata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sopir Itu Ternyata Seorang Trader!

17 Juli 2013   08:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:26 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lalu, saya belajar banyak dari seorang sopir taksi, yang ternyata mantan pengusaha, dan juga bekerja dobel sebagai seorang trader valuta asing. Kemacetan di jalan pun jadi tidak terasa. Saya membicarakan banyak hal, mulai dari krisis Eropa, prediksi fluktuasi Euro, tindakan di balik layar yang dilakukan oleh George Soros, Madoff, MetaTrading, Reksadana, sampai ke nilai buku saham emiten guremsekalipun. Demikian juga dengan gaya bicara dan pengetahuannya, memang tampak kalau dia berpendidikan tinggi. Tapi, ada hal menarik yang dia sampaikan,


"Jujur saja pak, saya bekerja begini sebenernya karena saya kehabisan cash. Saya rugi lima miliar karena perusahaan-perusahaan saya yang di daerah pada salah kelola, termasuk kebun sawit yang di Kalimantan. Tapi saya nggak kapok. Walau aset sebenarnya ada dan cukup untuk anak istri, dan saya juga lulusan S2, saya sudah haji, tapi saya coba iseng mengambil job jadi supir taksi. Kenapa? Supaya saya nggak liat ke atas terus.

Memang, sampai sekarang saya juga masih trading, dan investor saya juga masih banyak, tapi dengan jadi supir taksi, saya bisa lebih bersyukur dengan apa yang saya punya. Beda ketika saya berada di atas dulu. Yaaa, saya jadi bisa bawa dirilah... ternyata kerugian saya lima miliar itu gak ada apa-apanya dengan mereka yang ada di sekeliling saya. Ternyata, ketika saya menghabiskan waktu dengan main MetaTrader4 kalau lagi nggak narik, teman satu pool saya masih ada yang nggak bisa baca tulis.

Ketika awal rugi, saya selalu keblinger ketika dihadapkan dengan uang yang jumlahnya 'receh', tapi mereka dengan segala kepolosannya, dengan gaji yang seadanya, yang kadang buat kita itu udah semaput kembang kempis napasnya, tapi mereka mampu menyekolahkan empat orang anak hingga lulus SMA tanpa banyak mengeluh. Itu yang saya pelajari mereka. Kalau soal narik taksinya, ya saya sih buat happy-happy saja. Tapi pengalamannya itu yang saya gak bisa nilai dengan uang."

Hidup memang penuh kejutan. Beruntung saya punya kontak nomornya, lain waktu, saya ingin bertemu lagi dengannya. Terima kasih, Ya Rabb. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun