Mohon tunggu...
Dhany Wahab
Dhany Wahab Mohon Tunggu... Penulis - Lembaga Kajian Komunikasi Sosial dan Demokrasi [LKKSD]

IG/threads @dhany_wahab Twitter @dhanywh FB @dhany wahab Tiktok @dhanywahab

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Sehat Demokrasi Bermartabat

27 Juni 2020   07:15 Diperbarui: 27 Juni 2020   15:59 1831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Persepsi masyarakat terhadap dunia politik memang beraneka ragam. Publik berharap politik dapat membawa kesejahteraan meskipun tak sedikit yang menjauhi politik karena dianggap sarat intrik dan konflik. Pendidikan politik menjadi keharusan untuk diterapkan agar setiap orang memahami kewajiban dan haknya sebagai warga negara.

Berita tentang gaduh politik memang lebih dominan menghiasi koran dan televisi dibanding tampilan wajah politik yang menyejukkan. Belum lagi kebijakan publik yang dihasilkan dari proses politik kadang malah medegradasi kepercayaan masyarakat terhadap lembaga politik.

Sebagai contoh ungkapan populer di masyarakat tentang bedanya Pil KB dan Pilkada. ‘Katanya pil KB kalau lupa jadi, sedangkan pilkada kalau jadi lupa’. Sindiran ini mewakili suara minor publik tentang politik yang menggambarkan realitas sebenarnya. Masyarakat memandang bahwa politik sebagai jalan untuk meraih kuasa dengan menghalalkan segala cara.

Jejak perpolitikan negeri ini memang penuh dinamika. Sejak masa reformasi rakyat berkesempatan memilih kepala negara dan kepala daerah secara langsung. Meski masih banyak kekurangan kita patut bersyukur karena suksesi kepemimpinan nasional dalam 20 tahun terakhir bisa dilewati dengan aman dan damai.

Pemilu Serentak 2019 yang berlangsung pertama kali di Indonesia menjadi bukti proses politik dan demokrasi masyarakat semakin matang. Perbedaan pilihan politik tidak lantas membuat konflik masyarakat berkepanjangan. Partisipasi publik yang tinggi dalam pemilu merefleksikan kesadaran politik yang semakin meningkat.

Banyak teori dan tafsir politik, alangkah lebih baik jika kita mengembangkan makna politik dengan artikulasi yang positif bagi pendidikan pemilih. Politik sebagai sarana pengaturan urusan masyarakat dalam segala aspek kehidupan. Pemerintah mengatur dan melayani urusan masyarakat dan masyarakat melakukan koreksi terhadap pemerintah dalam melaksanakan tugas dan pelayanan.

Praktik politik semestinya berorientasi untuk memberikan perlindungan kepada kaum miskin, kelompok yang lemah serta sarana menegakkan kebenaran dan keadilan. Narasi seperti ini hendaknya bukan cuma jargon tapi harus diterjemahkan dalam praktik dan kebijakan yang bisa dirasakan oleh masyarakat.

Ibarat senjata, politik dapat digunakan untuk menghadirkan kebaikan dan kemanfaatan tapi bisa juga dipakai untuk kejahatan dan kemudharatan. Hal tersebut bergantung kepada aktor politik yang memainkan peran dalam perhelatan demokrasi. Baik buruknya politik di mata masyarakat dipengaruhi oleh perilaku politisi dalam membela kepetingan rakyat.

Kebiasaan berpolitik secara sehat harus dilandasi dengan kejujuran dan keterbukaan. Satunya kata dengan perbuatan, karena politik merupakan investasi kepercayaan yang harus dijaga dan dirawat dengan konsisten. Maraknya praktik politik uang dalam setiap pemilihan (pilkades, pilkada, pileg dan pilpres) karena publik tidak yakin dengan janji yang ditawarkan maka benefit mesti diperoleh sebelum pemilihan.

Membangun politik yang sehat adalah mengembalikan kepercayaan publik melalui keteladanan para pemimpin dan wakil rakyat. Mereka yang mendapat amanat dituntut untuk ikhlas mengabdi kepada masyarakat bukan malah memperkaya diri dengan korupsi. Kesadaran bahwa kekuasaan dan jabatan yang diraih berasal dari suara rakyat diharapkan dapat membentengi politisi dari tindakan semena-mena.  

Panggung politik yang sering diwarnai kegaduhan menimbulkan kegamangan ditengah masyarakat. Apakah partisipasi politik yang telah dilaksanakan dalam pemilu mampu mendatangkan manfaat di kehidupan sehari-hari. Hendaknya politisi berlomba mejadi problem solver guna mengatasi kesulitan rakyat, bukan justeru sebagai trouble maker yang menyusahkan masyarakat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun