Memasuki hari keduabelas di bulan ramadhan, publik dikejutkan dengan kabar wafatnya seniman Didi Kempot. Sang Maestro Campursari meninggal di RS Kasih Ibu, Solo, Jawa Tengah pukul 07.30 WIB. Kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam bagi Sobat Ambyaarr – julukan bagi fans setianya.
Didi Kempot pergi untuk selamanya dengan meninggalkan karya lagu-lagu campursari yang populer ditengah masyarakat. Diantaranya lagu berjudul; Stasiun Balapan, Sewu Kutho, Pamer Bojo, Layang Kangen -- tak ketinggalan lagu Ambyar -- yang banyak digandrungi masyarakat.
Sebelum meninggal, kabarnya Didi Kempot merilis lagu Ojo Mudik sebagai sumbangsih dirinya untuk mengajak masyarakat mencegah penyebaran virus Corona. Kepeduliannya terhadap para korban Covid-19 dibuktikan dengan kesediaannya mengadakan konser amal dari rumah bekerjasama dengan KompasTV yang berhasil menggalang dana sebesar 7 milyar rupiah.
Besarnya sumbangan yang terkumpul menjadi bukti prestasinya di panggung musik Indonesia. Dana yang terkumpul seluruhnya disumbangkan untuk penanggulangan wabah pandemi Corona di tanah air.
Popularitas Didi Kempot yang dijuluki ‘The GodFather of Broken Heart’ diperoleh dengan penuh perjuangan. Dia bukanlah penyanyi yang tergolong sebagai one hits wonder atau tenar karena satu lagu.
Karier bermusiknya panjang dan puluhan lagu hits lain telah diciptakannya. Ia mengawali karier sebagai penyanyi jalanan di Solo pada 1984 atau saat usianya 18 tahun selama lebih kurang dua tahun. Sejak saat itu pula ia mulai aktif mencipta lagu sendiri.
Pada 1987 Didi memutuskan pergi ke Jakarta untuk mengadu nasib sebagai penyanyi. Ia mengirimkan versi demo lagu-lagu ciptaannya ke sejumlah label rekaman dan sempat berulang kali ditolak. Ia mengaku caranya mengirimkan lagu dengan menitipkannya ke satpam label rekaman yang dituju. (katadata.co.id)
Sedangkan perjalanan spiritual pelantun Stasiun Balapan ini ditegaskan oleh sahabat sekaligus guru spiritualnya, Gus Miftah. Menurutnya, sedikit orang yang tahu jika penyanyi campur sari yang paling populer di tanah air itu adalah seorang mualaf.
Semua bermula ketika dia bertemu dengan perempuan yang telah memikat hatinya yang kini jadi istrinya. Tahun 1997 silam, atau tepatnya 23 tahun lalu, Didi Kempot memutuskan jadi mualaf sebelum meminang Yan Vellia, sang istri tercinta. (kabar24.bisnis.com)
Di bulan penuh rahmah dan ampunan, Didi Kempot berpulang ke hadapan Illahi Robbi membawa bekal amal kebajikan yang ditorehkan selama hidupnya. Kepergiannya menjadi hikmah bagi kita semua yang ditinggalkan. Karena hakikat kematian dalam Islam bukanlah sesuatu yang buruk.
Kematian mendorong manusia untuk meningkatkan pengabdiannya dalam kehidupan dunia ini, kematian juga merupakan pintu gerbang untuk memasuki kebahagiaan abadi, serta mendapatkan keadilan sejati.