Mohon tunggu...
Dhany Wahab
Dhany Wahab Mohon Tunggu... Penulis - Lembaga Kajian Komunikasi Sosial dan Demokrasi [LKKSD]

IG/threads @dhany_wahab Twitter @dhanywh FB @dhany wahab Tiktok @dhanywahab

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kajian Ramadan Lintas Benua

26 April 2020   14:00 Diperbarui: 26 April 2020   14:03 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.mukomukoshare.com/2014/08/tahukah-anda-seberapa-luas-alam-semesta.html

Kuliah tujuh menit alias kultum, itulah kebiasaan yang sudah berjalan di Masjid Al Ikhlas setiap bulan Ramadhan. Kultum disampaikan seusai sholat terawih sebelum witir dan setelah sholat shubuh. Kultum seakan menjadi penyegar dan pencerah spiritual untuk mengeratkan hubungan kita dengan Sang Khalik.

Namun, Ramadhan kali ini kultum ditiadakan. Takmir masjid memaklumatkan agar para warga sholat terawih di rumah saja. Tak lebih sepuluh orang yang masih bertahan selepas sholat Isya untuk melanjutkan terawih.

Hingga hari ketiga ramadhan, Ustadz Saeful Bahri masih menjadi imam sholat terawih seperti biasa. Lampu ruangan masjid dipadamkan sebagaian agar tidak terlalu terang benderang. Pintu gerbang yang bersisihan dengan jalan raya ditutup rapat untuk menghindari ‘orang luar’ singgah di masjid.

Kami mesti melakukan langkah pembatasan sedemikian ketat untuk menjaga agar lingkungan terhindar dari penyebaran virus Corona. Alhamdulillah terawih berjalan tak lebih dari 30 menit, jamaah kembali ke rumah masing-masing. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kami yang berusaha menghidupkan ramadhan ditengah ancaman pandemi Covid-19.

Sepulang terawih sekitar jam setengah sembilan malam saya mengikuti pengajian daring yang dimoderatori oleh Bapak Prof Din Syamsuddin, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah yang kini berkhidmat sebagai Ketua PRM Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Pengajian jarak jauh dengan aplikasi zoom meeting menyajikan tema ‘Filsafat Puasa: Mengapa Kita Berpuasa?’. Narasumber yang menyampaikan materi Ustadz Imam Shamsi Ali, Imam Masjid Raya New York, Amerika Serikat dan Andar Nurbowo, kandidat Doktor di Ecole Normale Superieure (ENS) Paris, Perancis.

Peserta yang mengikuti pengajian ada sekitar 150 orang berasal dari berbagai penjuru tanah air. Bahkan ada juga cendikiawan dan aktivis dakwah dari California, Den Hag (Belanda), Mesir dan Jepang. Sungguh menakjubkan berkat kemajuan teknologi informasi, kita bisa bertemu dan berdiskusi di waktu yang bersamaan meski berada di lokasi terpisah dalam jarak ribuan kilometer.

Prof Din Syamsuddin mengawali pengajian dengan menjelaskan latarbelakang dan tujuan pengajian daring yang dilakukan oleh PRM Pondok Labu. Selain sebagai ajang silaturahim antar sesama mujahid dakwah Muhammadiyah, pengajian daring yang dilakukan dua kali dalam sepekan – Selasa dan Jumat – sebagai solusi menuntut ilmu di tengah pandemi Corona.

Pak Dien juga memperkenalkan beberapa orang diantaranya; Arif Sagran (Timor Leste), Prof Aminuddin (Atase Pendidikan di London), Imron Hanafi (Canbera), Prof Dien Wahid (Denmark), ada juga dari PCIM Kairo, Taiwan, Pakistan. Mahasiswi Fakultas Kedokteran UMJ yang berasal dari Rusia, Azizah Ishanov berkesempatan membaca Al Qur’an sebelum pembicara menyampaikan materinya.

Selain itu sejumlah tokoh yang saya tahu juga terlihat mengikuti pengajian daring tersebut; Saleh Daulay (anggota DPR), Prof Aidil Fitricia (Gubes Hukum Tata Negara), Prof Nandang Najmulmunir (Rektor Unisma), Makmun Murod (Dekan FISIP UMJ), KH Soekandar Ghazali (Ketua PDM Kota Bekasi) dan masih banyak lainnya. Pengajian seperti ini mengingatkan saya ketika tahun 90-an sering hadir di Masjid Agung Al’Araf Toko Buku Walisongo di kawasan Senen, Jakarta Pusat.

Imam Syamsi Ali dalam penjelasannya mengatakan dari sekian banyak motivasi, tiada lagi yang lebih tinggi dan mulia dari sebuah kesadaran sejati bahwa puasa itu adalah bentuk “rasa syukur”. Yaitu menyadari secara penuh bahwa puasa itu adalah karunia yang luar biasa dari Allah SWT. Tidak sekedar kewajiban, tidak juga karena keperluan, apalagi karena didorong oleh keadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun