Seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi menjadi aspek penting bagi suatu negara. Negara-negara besar dan maju dapat dipastikan memiliki teknologi yang maju dan canggih, guna mendukung kehidupan masyarakat serta kehidupan negara tersebut di dunia internasional. Segala jenis teknologi menjadi aspek penting bagi kemajuan suatu negara seperti teknologi informasi dan komunikasi. Penyebaran informasi menjadi tidak terhingga dengan adanya teknologi komunikasi dan informasi tersebut. Dengan menggunakan teknologi atau media komunikasi, kini negara-negara dapat melakukan komunikasi tanpa harus berkunjung langsung ke negara lain. Menjadi sebuah keuntungan, tetapi juga ancaman apabila teknologi tersebut disalah gunakan. Dalam kehidupan yang serba canggih, teknologi menjadi pilar utama dalam kehidupan.
Media komunikasi yang mudah diakses berbagai kalangan masyarakat menjadi alasan betapa mudahnya informasi dapat tersebar luas mlelaui media komunkasi. Dengan teknologi yang mumpuni, jarak yang jauh tidak menjadi hambatan untuk berkomunikasi. Komunikasi lintas negara dan lintas budaya dapat terjadi. Seperti yang sedang ramai di media sosial akhir-akhir ini yaitu Hallyu atau K-Waves. Merujuk pada The Korean Culture and Information Service (KOCIS) melalui laman resminya, Hallyu mengacu pada kegemaran global terhadap budaya Korea. Korean Wave mulai merambah Jepang pada tahun 2003 dengan tayangnya serial drama TV KBS Winter Sonata di NHK. Drama ini menjadi sangat populer, dan Pulau Nami di Chuncheon, tempat syuting drama tersebut, menjadi destinasi favorit bagi wisatawan Jepang. Dari pertengahan tahun 2000-an hingga awal 2010-an, penyebaran Korean Wave dipelopori oleh boyband dan girlgroup Korea yang dikenal sebagai bintang idola, seperti Big Bang, Girls' Generation, dan Kara. Selama periode ini, Korean Wave memperluas basis penggemarnya hingga ke panggung global, termasuk Amerika Latin dan Timur Tengah di luar Asia, terutama diminati oleh remaja dan pemuda usia 20-an.
Penyebaran Hallyu di Indonesia tidak dapat dihindari. Indonesia menjadi rumah bagi jutaan K-Popers bahkan menjadi salah satu negara dengan jumlah pencinta K-Pop di dunia. Bahkan dampaknya bagi para K-Popers juga sangat terasa pada kehidupan sehari-hari terutama pada generasi milenial. Masuknya budaya asing dapat menjadi wawasan baru bagi masyarakat. Namun, dengan tidak adanya penyaringan pada budaya yang masuk akan menjadi bumerang bagi kebudayaan lokal. Kebanyakan, generasi muda lebih tertarik dengan budaya Korea Selatan dibandingkan dengan budaya Indonesia. Maka dari itu berbagai upaya mulai dilakukan dengan tujuan melestarikan kebudayaan Indonesia.
Sebagai cara untuk mencegah punahnya beragam kebudayaan yang ada di Indonesia, pemerintah telah melakukan berbagai upaya di dalam negeri maupun di luar negeri. Pemerintah Indonesia telah mengupayakan cara untuk melestarikan budaya kepada generasi muda yaitu melalui Culture Experience dan Culture Knowledge. Culture Experience sendiri merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam sebuah pengalaman kultural. Sedangkan Culture Knowledge merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi ke dalam banyak bentuk. Selain dengan cara yang dilakukan di dalam negeri, pemerintah juga menggunakan jalur diplomasi untuk memperkenalkan budaya dengan tujuan generasi muda dapat lebih bangga dengan budaya sendiri yang telah mendunia. Selain adanya tujuan pelestarian, upaya yang dilakukan juga bertujuan untuk meingkatkan citra baik Indonesia yang mana sesuai dengan tujuan dilakukannya diplomasi, terutama diplomasi budaya.
Promosi dan penyebaran budaya Indonesia, tujuan utamanya tentu saja yaitu meningkatkan citra baik negara Indonesia di mata dunia. Pemerintah Indonesia kemudian membangun Rumah Budaya Indonesia yang kemudian tersebar di berbagai negara di dunia, seperti di Busan, Korea Selatan. Rumah Budaya Indonesia merupakan bentuk soft diplomacy yang dilakukan Indonesia dengan menggunakan soft power yaitu kebudayaan. Budaya adalah alat yang tepat bagi negara-negara di dunia dalam mengawali dan menjalin hubungan kerja sama. Setiap negara juga memiliki tujuan tersendiri dalam membentuk sebuah program kerja sama bilateral maupun multilateral. Seperti halnya Pemerintah Korea Selatan yang membentuk Diplomatic White Paper untuk mendukung kebudayaan Korean Wave di Indonesia. Sedangkan Indonesia membentuk Rumah Budaya Indonesia untuk meningkatkan pariwisata asing. Dengan adanya program-program pendukung dalam penyebaran budaya untuk Indonesia dan Korea Selatan mampu meningkatkan pemahaman antar kedua negara menjadi lebih baik.
Rumah Budaya Indonesia adalah ruang publik untuk memperkenalkan kekayaan budaya bangsa Indonesia kepada dunia dalam rangka meningkatkan citra, apresiasi dan membangun ikatan (budaya) masyarakat internasional terhadap Indonesia. Banyak negara berusaha untuk mendapatkan legitimasi melalui jalan diplomasi kebudayaan. Maraknya isu pengklaiman budaya mengakibatkan pemerintah mengambil sikap untuk menyelamatkan kekayaan budaya Indonesia dengan mulai mempertahankan semua kekayaan budaya yang ada di Indonesia. Baik berbentuk seni, adat istiadat, maupun permainan tradisional. Rumah Budaya Indonesia diharapkan dapat menjalankan tiga peran penting bagi kebudayaan Indonesia yaitu sebagai wahana apresiasi dan presentasi kekayaan dan keragaman budaya Indonesia (culture expression) kepada dunia internasional; sebagai pengenalan dan pembelajaran budaya (culture learning); serta bagian dari pengembangan citra dan peran dalam pembangunan kebudayaan serta peradaban dunia (culture empowement toward global civilization).
Dalam Rumah Budaya Indonesia, terdapat berbagai program yang dilaksanakan untuk mencapai tiga peran dari RBI itu sendiri. Beberapa program tersebut seperti Program Pekan Promosi Budaya Indonesia. Ketika Rumah Budaya Indonesia pertama kali dibangun pada tahun 2009 di Korea Selatan, pemerintah Korea Selatan meresmikannya dengan mengadakan Pekan Promosi Budaya Indonesia di MIZY Center, Seoul. KBRI Seoul berkolaborasi dengan MIZY Seoul Youth Center for Cultural Exchanges, sebuah lembaga di bawah Korean National Commissions untuk UNESCO, yang dikoordinasikan oleh Pemerintah Metropolitan Seoul. Selama Pekan Promosi Budaya Indonesia, berbagai acara diadakan untuk memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat Korea Selatan, termasuk pameran kerajinan dan seni, pameran foto Indonesia, ceramah oleh Duta Besar RI di Seoul, pengenalan musik angklung dan tarian Poco-poco, diskusi antara mahasiswa Indonesia dan Korea, serta demonstrasi pembuatan Pisang Goreng bersama warga dan pelajar Korea.
Kemudian, juga terdapat program yaitu Program Pertukaran Budaya melalui Penyiaran. Selain memperkenalkan budaya masing-masing negara, pertukaran budaya antara dua negara melalui penyiaran dianggap dapat meningkatkan ekonomi. Namun, pertukaran budaya ini harus didasarkan pada prinsip keadilan dan etika yang sesuai di setiap negara. Dengan perkembangan media penyiaran yang pesat, ini menjadi peluang besar untuk memperluas hubungan dengan Korea Selatan melalui pertukaran budaya. Di sisi lain, Komisi Penyiaran Indonesia masih mempertimbangkan program TV mana yang akan disiarkan di Korea Selatan, karena penyiarannya harus tepat sasaran. Berbeda dengan program TV Korea Selatan yang sudah banyak ditayangkan di TV swasta Indonesia.
Selain program yang bertujuan untuk memperkenalkan budaya Indonesia, juga terdapat pogram kolaborasi budaya dalam Program Korea-Indonesia Week. Korea-Indonesia Week merupakan bentuk nyata dari diplomasi bilateral yang memperkuat hubungan kedua negara melalui perkenalan dan pertukaran budaya. Pemerintah Korea Selatan secara cermat melihat bahwa budaya Korean Wave sangat digemari oleh masyarakat Indonesia, sehingga salah satu kegiatan dalam Korea-Indonesia Week adalah menampilkan bintang-bintang K-Pop, yang selalu mendapat respon positif dan berkontribusi pada penyebaran budaya Korea. Selain menampilkan artis-artis Korea Selatan, acara ini juga menyelenggarakan The Beauty of Korean Embroidery Exhibition, di mana pakaian khas Korea Selatan dipadukan dengan batik sebagai bentuk pertukaran budaya. Selain itu, ada juga Taste of Korea Food Festival yang memungkinkan masyarakat menikmati hidangan khas Korea Selatan dengan sentuhan cita rasa Indonesia. Tujuan dari acara ini adalah untuk memperkenalkan dan menyebarkan budaya masing-masing negara kepada masyarakat luas, sehingga meningkatkan persahabatan antara Indonesia dan Korea Selatan melalui pertukaran budaya dan sumber daya manusia.
Program Rumah Budaya Indonesia di Korea Selatan pada tahun 2009-2017 membawa dampak positif bagi hubungan bilateral Indonesia-Korea Selatan, terutama dalam meningkatkan jumlah wisatawan asing yang berkunjung setiap tahunnya. Meskipun banyak negara menerapkan soft diplomacy di era globalisasi, kerjasama ini tetap memberikan hasil positif yang terus berkembang. Selain itu, adanya kerjasama budaya didukung oleh pemerintah Korea Selatan melalui pendirian pusat kajian budaya Indonesian Korea Culture and Study (IKCS), yang menjadi rujukan bagi masyarakat Korea Selatan yang ingin belajar lebih tentang Indonesia. Ini merupakan langkah optimis bagi Indonesia dalam memperkenalkan budaya dan mendukung pariwisata, walaupun persaingan dengan budaya asing lainnya juga meningkat di era globalisasi.