Mohon tunggu...
Dhani Wahyu Maulana
Dhani Wahyu Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Cukup Aku Dan Rabb-ku Yang Tahu

Aqidah and Islamic Philosophy Student at Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Pemujaan Berlebihan Tidak Sehat" (BAB IV: Pemujaan Nasab)

21 Agustus 2022   07:29 Diperbarui: 21 Agustus 2022   07:36 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakaatuh

Saya sarankan kepada sobat Renaisans untuk membaca artikel-artikel sebelumnya terkait "Pemujaan Berlebihan Tidak Sehat" guna menghindari kesalahpahaman antara penulis dengan pembaca, karena bisa dibilang materi kali ini agak sedikit TEPI JURANG.

Berikut tautan artikel sebelumnya:

Pemujaan Berlebihan...(Kata Pengantar)

Pemujaan Berlebihan...(BAB I Pemujaan Golongan)

Pemujaan Berlebihan...(BAB II Pemujaan Tokoh)

Pemujaan Berlebihan...(BAB III Pemujaan Gelar)

Kalau sudah membacanya atau memutuskan untuk melanjutkan tanpa membaca sebelumnya, mari kita mulai...

Tidak dapat dipungkiri bahwa menghormati seseorang berdasarkan nasab atau keturunan di belahan dunia manapun telah seperti mendarah daging menjadi sebuah adat, budaya, tata krama, atau aturan tidak tertulis yang disetujui. Saya secara pribadi pun tidak ada masalah dengan hal tersebut. Dalam adat Jawa ketika kita memiliki sepupu dari kakak ayah atau kakak ibu, kami diajarkan untuk memanggil mas atau mbak tak peduli selisih tahun antara saya dengan sang sepupu.

Dalam kebiasaan sebagian besar umat Islam di Indonesia pun demikian, memanggil dengan sebutan habib, sayyid, dan syarifah kepada orang yang memiliki garis keturunan dengan nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wa Sallam serta panggilan gus dan ning kepada orang yang memiliki garis keturunan dengan kyai atau pemuka agama. Dan saya pun tidak masalah dengan adanya panggilan-panggilan tersebut yang meski saya sendiri tidak begitu menggunakan istilah-istilah itu dalam memanggil keturunan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun