Mohon tunggu...
Dhani Sugesti
Dhani Sugesti Mohon Tunggu... Editor - Penulis Sastra

Penulis Buku Sastra Jingga, Sajak Yang Terlupakan, dan antologi lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tiga Pekerjaan Manusia

22 November 2017   18:56 Diperbarui: 22 November 2017   18:58 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Yang kedua; PELAYAN. Umumnya kita semua ini bekerja sebagai pelayan. Meskipun ada yang berdasi, naik mercy, seperti Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati, Kepala Desa, sampai RW dan RT. Mereka itu, sebenarnya pelayan. Termasuk juga para pedagang, guru, Ustadz/Kyai, dokter, perawat, bidan dan layanan jasa lainnya. Semuanya adalah PELAYAN. Ada yang melayani rakyat, melayani masyarakat, melayani umat, melayani pembeli/konsumen, melayani orang siapa saja yang membutuhkan jasa kita. Termasuk pasangan suami dan istri, seperti Neng sama Abang Haji. Kita adalah pelayan, maka harus memberi servis yang memuaskan. Neng pun gitu, harus memberi servis memuaskan sama Abang, di kasur maupun di dapur."

"Iiiiihh, Abang apaan siiiihh...!! Itu sih, sudah pasti atuh, Bang."

"Bagus! Dan yang ketiga; PENCURI."

"Masa sih, Bang. Ada orang yang kerjaannya mencuri?"

"Bukan ada lagi, tapi banyak. Mulai dari pejabat konglemerat, sampai rakyat miskin, bisa jadi pencuri, termasuk mantan pacar kamu itu, si Ucup. Gelarnya sih hebat, anggota Dewan, Ketua DPR malah, tapi jadi tersangka Korupsi e-KTP. Bisa juga pangkatnya Gubernur, Bupati, tapi juga doyan korupsi. Bisa jadi sampai tingkat Camat, Lurah, RW, RT, termasuk seorang suami. Seperti si Ucup itu, dulu suka menjual cangcut istrinya. Gayanya sih seperti pengusaha, pemborong, makelar tanah, dan bla,bla,bla. Tapi pekerjaannya suka mencuri uang proyek, uang Negara, uang konsumen, bahkan uang jama'ah haji. Pekerjaan apapun, jika tidak dilandasi iman dan takwa, akan masuk ke ranah pencurian, korupsi. Makanya, kita harus kuat iman dan benar-benar mengabdikan diri pada Tuhan, juga kemanusiaan."

"Oooh, begitu... Abang pinter deeh. Neng senang banget punya suami pinter. Tapi sayang, muka abang jelek, banyak bekas jerawatnya. Diservis atuh, Bang. Biar Neng juga senang dan tidak malu jalan berdua sama Abang di tempat umum."

"Aaah, Neng ini, bisa saja. Mengangkat Abang tinggi-tinggi ke langit, lalu dilepas, dicemplungin nyungsep ke empang. Ngeledek mulu. Biar jelek, yang penting tahan sampai pagi."

"Iiiiiih, Abang. Ngomong apaan siiih... Jadi ngeri dengarnya. Ke kamar yuk, Bang."

"Hayuuuk, siapa takut!"

Basah.

Dhani Sugesti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun