Mohon tunggu...
Dhani Kamal
Dhani Kamal Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

konsistensi dan kontribusi

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sabda Alam; Kosongkan Lahan Parkir

24 September 2014   02:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:45 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hemat pangkal kaya, dan rajin pangkal pintar. Itulah pepatah yang marak semasa kita di sekolah dasar (SD) dan sampai sekarang kedua pepatah itu masih eksis, dan harus tetap eksis khususnya untuk kelangsungan kehidupan kita. Jika sedikit kita mencoba mengartikan lebih jauh, dengan tidak hanya mengartikan secara letterlek dari kedua pepatah itu, bisa saja teks kedua pepatah itu di modifikasi sesuai dengan konteks yang berhubungan, misalnya, bagi masa orang yang malas berolahraga, bisa saja pepatah itu menjadi berbunyi “rajin pangkal sehat” atau dimasa sekarang di mana semakin membengkaknya pembiayaan APBN untuk subsidi BBM, hemat pangkal kaya menjadi “hemat pangkal cinta negara” sehingga untuk jarak yang tidak jauh, yang bisa ditempuh dengan jalan kaki dan menggunakan sepeda, orang akan bersikap hemat untuk tidak menggunakan kendaraan pribadinya, baik motor atau mobil. Memang perlu keseriusan  untuk segera memplesetkan (baca merubah) kedua pepatah itu.

Aneh tapi nyata di negara kita, kelangkaan BBM tidak disiasati dengan kebijakan tepat, kalau hanya mengajak warga negara untuk beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum, tidak harus menjadi pemerintah, supir angkot, kondektur Bus dan tukang ojek telah menggalakan hal serupa. Seorang Ekonom dalam sebuah diskusi yang diadakan BEM Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baru-baru ini, membandingkan kebijakan pemerintah Indonesia dan pemerintah Singapura dalam hal kebijakan pengadaan mobil impor, terdapat kebijakan yang sangat bertolak belakang, dimana impor mobil di Singapora dibatasi dengan maksimal 1500 CC, sementara di Indonesia mobil impor dengan CC terkecil adalah 1500, lihat saja Toyota Avanza.

Kembali ke tema rajin pangkal sehat dan hemat pangkal cinta negara. Tampaknya  terlalu jauh kita menyoroti keanehan (baca bloon) kebijakan pemerintah. Mari kita melihat kebijakan diri kita atau orang sekitar kita terhadap dirinya masing-masing. Bagi anda yang kuliah di UIN Jakarta, penulis akan mengajukan pertanyaan “Apakah anda sering melihat lahan parkir selalu penuh dengan parkir kendaraan? Jawabannya tentu ya, bahkan tak jarang lahan parkir yang tersedia tidak mampu melahap kendaraan sehingga parkir beralih ke tempat yang seharusnya bukan untuk parkir.

Pada dasarnya membawa kendaran pribadi baik mobil atau motor adalah karena jauhnya jarak tempuh dari tempat tinggal ke lokasi kampus, namun justru alasan jarak tempuh ini tidak selalu berlaku bagi mahasiswa atau Dosen untuk membawa kendaraan pribadi, padahal jarak tempuh dari tempat tinggal ke lokasi kampus relatif dekat bahkan hanya hitungan 300 meter. Tentu dengan hitungan akan lebih irit apabila jalan kaki atau naik sepeda, karena dengan jalan kaki dan naik sepeda berarti sekali mendayung dua pulau terlampaui, yakni  hemat BBM dan rajin berolahraga. Maka terbuktilah bahwa hemat dan rajin adalah pangkal sehat. Bersama mari kita berfikir sejenak, mengapa sebelum mempunyai motor, kita terbiasa jalan kaki 300 meter ke warung nasi, namun setelah punya motor jarak 200 meter ke tempat poto kopian harus mencari kunci kontak motor? Mengapa parkiran penuh dengan sepeda hanya ada di halaman fakultas Kedokteran? Apakah sehat hanya akan dinikmati calon dokter? Bukankah sehat adalah hak segala bangsa? Apakah kemudahan akan terus menerus  membuat kita mendapatkan masalah? Mari cintai alam ini jangan terus kita kotori dengan asap kendaraan dan kosongkan lahan parkir #go_green

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun