Ayah telah pergi dengan meninggalkan duka yang sangat mendalam buat aku,ibuku dan keempat adikku.
Ditambah lagi dengan kondisi ekonomi keluargaku yang sangat memprihatinkan.
Malam setelah kepergian ayah seolah membawaku menerawang jauh ke arah yang seharusnya tak mampu dan tak boleh aku aku pikirkan.
Ya,Tuhan begitu kejam pada aku dan keluargaku.
Semakin jauh aku menerawang,semakin jelas diingatanku bahwa Tuhan tak sayang pada aku dan keluargaku.
Dengan pikiran yang amat sangat kusut,dibarengi kesedihan yang amat mendalam memicu adrenalinku untuk berucap lirih dari mulutku,"Tuhan,aku tak percaya lagi pada Mu".
Dalam diam,aku berpikir dan tak berhenti berpikir.
Kala itu,kerabat dekat dan tetanggaku silih berganti menghibur dan menenangkan aku.
Dalam hatiku pun aku hanya mampu berkata,"Kalian hanya mampu bilang sabar...sabar...dan sabar".
"Tapi kalian tidak akan pernah mengerti posisiku,ibuku dan nasib keempat adikku".
Semua pikiran kotor keluar dari otakku dan meracuni setiap ruang di otakku.