Mohon tunggu...
Dhani emz
Dhani emz Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

efek gabut aja nih. sorry kalau banyak typo.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bentuk Lain Sebuah Hukuman (Ad Bagian 8)

28 April 2020   09:51 Diperbarui: 28 April 2020   10:07 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena yang saya nukil kemarin, yaitu mengenai seseorang yang sering melakuakn dosa, namun kehidupannya dirasa lancar-lancar saja, aman-aman saja, baik-baik saja. Malah di rasa terus di beri kenikamatan. Ketahuilah itu merupakan ISTIDRAJ.

Untuk teman teman yang belum pernah mendengar apa itu istidraj. Istidraj sederhanya ialah azab yang berbentuk sebuah kenikamatan. Istidraj secara bahasa berarti MENGULUR. Oleh karenanya kelancaran-kelancaran tersebut ialah seyognya adalah bentuk azab. Allah sedang mengulur-ulur untuk kemudian pada saat nanti di berikatan siksaan yang pedih.

Semakin diulur---semakin dilancarkan, semakin dicukupkan kehidupan seseorang, yang dimana seseorang tersebut jelas-jelas gemar melakukan dosa, santai melakukan dosa, lambat sekali untuk taat, maka semakin kencang pula tarikan (hukuman) yang akan didapatkan.

Seperti pada saat kita kecil, kita bermain layangan. Jika mengingkan layangan itu terbang tinggi, dan tarikan yang kencang paka kita harus mengulur benangnya. Jika kita dirasa uluran bedang tersebut sudah cukup laku kita akan menariknya---dengan tarikan yang cepat lagi kencang. Semakain uluran nya jauh-ulurannya panjang, maka semakain cepat dan kencang juga pula tarikannya.

Begitulah kira-kira gambarannya. Semakin Allah mudahkan urusan kita, semakin Allah tambah rezeki kita,  yang padahal jelas jelas kita lalai. Kita jarang sholat, kita suka melakukan maksiat. Maka akan semakin pedih juga balasannya ( hukuman ).

Tulisan di atas merupakan penukilan saya--menulis kembali apa yang di ucapakan oleh ustadz Arifin Hafidzollah dalam sebuah tausiah beliau yang membahas kitab Ad-daa' Wa Ad-Dawaa' karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah ( Wafat 71 Hijriah atau 1350 Masehi). Tulisan ini sudah masuk ke bagian ke delapan.

Untuk yang baru membaca bagian ke delapan ini, sebaiknya baca dari bagian yang pertama. Dengan judul "suatu perkara yang mengherankan" .

Pembahasan kitab Ad-daa' Wa Ad-Dawaa' ini kita cukupkan dulu sampai bagian ke delapan---yang dalam waktu dekat kita lanjutkan lagi.

Karena sudah memasuki bulan Ramadhan, untuk tulisan besok dan beberapa hari kedepan saya akan mengangkat tema Puasa Ramdhan. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun