Mohon tunggu...
Dhani emz
Dhani emz Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

efek gabut aja nih. sorry kalau banyak typo.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rasa Malu Merupakan Kodrat Manusia (AD Bagian 7)

27 April 2020   03:47 Diperbarui: 27 April 2020   03:43 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagian dari kita yang sadar bahwa dirinya lalai, paham betul ia sering melakukan kemaksiatan demi kemaksiatan---bahkan cinta dan hidup dalam kemaksiatan. Namun ia juga merasakan di balik dosa-dosa itu, hidupnya kok lancar-lancar saja. Kerjaan aman, uang ada, bahkan ia merasakan malah semakin enak hidupnya---seperti terus menurus di beri rezeki di balik dosa-dosanya tersebut. Sampai-sampai ia heran--dan nyeletuk di dalam hati "kok saya tidak di kasih hukuman ya? hidup enak turus nih, padahal jarang sholat".

Maka ulama menjawab.

Sesungguhnya keseringan untuk melakukan maksiat tersebutlah yang merupakan bentuk hukuman untuknya. Kelancaran dalam melakukan maksiat tersebutlah yang merupakan hukumannya. Keasyikan, kebetahan, dalam melakukan maksiat terbsebutlah yang merupakan bentuk hukuman Allah untuknya!. Maka jika sebagian di antara kita, ada yang merasa takut untuk melakukan dosa, merasa was-was saat melakukan dosa, merasa khwatir saat melakukan dosa ketahuilah itu merupakan tanda adanya iman di dalam hati kita.

Bagaiman jika yang berbangga-bangga melakukan dosa, didepan umum. Mengumbar-ngumbarnya, menceritakannya, dan lain-lain. Maka ketahuilah Allah telah mencabut rasa malu pada diri seseorang tersebut. Karena rasa malu merupakan kodrat manusia.

Jika pada diri seseorang tersebut dilancarkan untuk berbuat maksiat, maka itu ialah bentuk sebuah hukuman. Karena itu akan memperpanjang hisabnya, akan memberatkan timbangan keburukannya, akan makin terus jauh-terjerumus ke dalam dosa-dosa yang berikutnya. Dan dapat semakin menghitamkan hatinya, mengeraskan hatinya. Bukankah itu semua ialah sebuah bentuk hukuman?

Mintalah pertolongan Allah, untuk bisa resah akan dosa, untuk dapat menghindari dosa, untuk menututup pintu-pintu dosa, untuk meninggalakan maksiat, paling tidak menjauhi maksiat atau mengutuk maksiat!. Minta lah pertolongan Allah untuk merikan rasa rakut pada diri kita untuk berbuat maksiat.

Karena barang siapa yang takut kepada Allah, yang ia takut kepada kedudukan Rabbnya. Maka ia akan mendapat 2 (dua) surga sekaligus. 1 surga di akhirat kelak, dan 1 lagi surga di dunia yaitu akan di berikan ketenangan/ketentraman hati dan lapangnya dada. Hanya kepadalah Allah kami memohon pertolongan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun