Mohon tunggu...
Dhani emz
Dhani emz Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

efek gabut aja nih. sorry kalau banyak typo.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Benda yang Paling Berharga dan Kelezatan yang Nggak Ada Mentoknya (AD Bagian 5)

17 April 2020   01:53 Diperbarui: 24 April 2020   23:45 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bersungguh-sungguhlah untuk mengumpulkan 2 (dua) perkaya yang penting.

Apakah itu?

Keyakinan dan Kesabaran.

Bawah  sebuah keyakinan tidak bisa di depatkan melaikan dengan ilmu. Pengetahuan lah yang membentuk sebuah keyakinan. Agar mendapatkan keyakinan yang pasti, yang menghujam ke dalam sanubarinya tentang apa-apa yang Allah Janjikan, maka ia harus meraihnya dengan ilmu. untuk itu Ilmu ialah suatu hal yang agung. Ilmu lah yang bisa mengantarkan seseorang ketempat tujuanya. Ilmu ialah benda yang paling berharga yang dimiliki seseorang.

Ilmu dibutuhkan oleh semua orang, di setiap tempat, di setiap zaman. Sungguh seseorang yang dikarunia ilmu oleh Allah, maka ia telah mendapatkan suatu kenikmatan yang paling besar. Lebih dari nikmat harta, lebih dari nikmat jabatan Dll. Bahkan orang berilmu/ yang menuntut ilmu lebih disukai dari pada orang yang suka beramal.

Ilmu / menuntut ilmu ialah sarana untuk menggapai ketenangan. Ketenangan bukan di dapatkan dengan harta beda, namun dengan ilmu. Betapa banyak orang yang kaya bergelimangan harta namun hatinya kosong!. Semiskin miskinya seseorang tetapi ia mempunyai ilmu (syar'i), maka kebahagian akan terus mengiringinya! kapanpun dan di manapun ia berada!.

Banyak sekali dalil yang memuat hal tersebut, dalam Al-qur'an disebutkan, agar mendapatkan kehidupan yang baik ( ialah kehidupan dengan ketentraman hati dah lapangnya dada ) dapat di peroleh dengan malaksanakan amal sholeh yang di iringi oleh keimanan kepada Allah. --Dan agar tau bagaimana cara beramal sholeh yang benar, tidak lain harus dengan ilmu. 

Bahwa ketentraman hati dan lapangnya dada tersebut ialah suatu tanda akan kehidupan yang baik. Baik kehidupan di dunia maupun di akhirat. Sampai-sampai dikatakan "jika ia di dunia mendapatkan ketentraman hati dan lapangnya dada, maka bisa jadi orang tersebut besar kemungkinan akan mendapatkan hal yang serupa di akhirat kelak".

Oleh karenanya bisa jadi kehidupan di dunia ini merupakan pertanda,  jika hari harinya di isi dengan kebaikan maka insha Allah, di akhirat juga akan mendapat kebaikan. Tentunya kebaikan dengan strandar, patokan, atau rumus dari Allah SWT bukan "kebaikan" yang berasal dari otak-otak manusia diluar sana--yang begitu liarnya.

Bahwa ketahuilah pada dunia ini terdapat suatu kenikmatan, ke lezatan yang paling lezat, yang paling tinggi, yang paling mentok. Dari berbagai nikmat yang Allah SWT ciptakan di dunia ini. Sungguh merugi orang yang tidak bisa mencicipi kelezatan dunia yang paling tinggi tersebut. Apakah yang di maksud dengan kelezatan dunia yang paling lezat tersebut: yaitu mengenal Allah & dan Beribadah kepadaNya karena mengenalnya.

Maka ketahuilah jika kita sedang dalam keadaan beribadah kepada Allah, misal: Saat sedang berpuasa seperti sekarang ini, sedang berwudhu, berdo'a, sedang sujud (sholat), membaca Al-qur'an, bersyukur, saat bersedekah, pada saat senyum, saat mencari nafkah, manasehatin dalam kebaikan, menuntut ilmu syar'i, dan semua ibadah yang biasa kita lakukan tersebut. Maka sesengguhnya pada saat itulah "seharusnya" kita dapat merakan kelezatan yang paling lezat. Karena semua kegitan tersebut ialah bentuk ibadah kita kepada Allah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun