Tidak lama lagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), baik negeri maupun swasta akan menempuh Ujian Akhir Nasional (UAS). Bersamaan itu pula seluruh universitas, baik negeri maupun swasta akan membuka gerbang pendaftaran bagi bakal calon (balon) mahasiswa. Varia program studi (prodi) menanti para siswa yang tidak lama lagi akan menjadi balon mahasiswa. Namun banyaknya jumlah prodi pada universitas ternyata membingungkan para siswa dalam menentukan pilihannya. Tawaran prodi bermacam adanya, mulai dari bidang ilmu politik, sosial, hukum, ekonomi, kesehatan, komputer, pembangunan (tekhnik), permesinan, pertanian, pendidikan, kejiwaan, dan lain sebagainya malang melintang dalam pikiran, sehingga menyulitkan balon mahasiswa untuk menentukan yang mana harus dipilih. Ada kekhawatiran dan ketakutan mendalam apabila setelah menentukan pilihan, tapi suatu saat baru disadari bahwa pilihan yang diambil ternyata kurang/tidak tepat. Hal ini akan menimbulkan penyesalan dan kekecewaan yang disertai dengan menyurutkan minat belajar saja.
Sebetulnya ada dua kriteria yang perlu diperhatikan dalam menentukan pilihan terkait dengan prodi perkuliahan. Kriteria pertama adalah mengedepankan esensialitas, sedangkan yang kedua mengedepankan motivasi. Sisi esensialitas adalah pandangan yang berkonsentrasi pada pokok pembelajaran atau ilmu pengetahuan yang diberikan selama pendidikan. Sedangkan sisi motivasi adalah pandangan yang berkonsentrasi dan berorientasi pada dunia pekerjaan pasca menyelesaikan pendidikan. Siapa sih yang tidak ingin hidup berkecukupan? Ya, semua orang pasti menginginkannya, bahkan kalau bisa, hidup kaya raya. Namun tidak dapat ditampik bahwa kadang pemikiran balon mahasiswa belum mampu menyentuh kedua sisi tadi. Kalau pun ada, mungkin hanya beberapa saja. Hal ini dapat dimaklumi mengingat usia setara SMK dan SMA merupakan awal dari pencarian jati diri.
Melalui tulisan singkat ini, Penulis hendak mengajak balon mahasiswa agar tidak merasa khawatir akan salah dalam melangkah, menentukan prodi yang akan dipilih. Menurut Penulis, setidaknya dalam konteks menentukan pilihan prodi perkuliahan, ada dua opsi prodi yang dinilai dapat menjadi acuan bagi balon mahasiswa. Opsi tersebut adalah Prodi Profesi dan Prodi Berjenjang. Kedua opsi ini terkesan mirip, tapi sebetulnya berbeda.
Prodi Profesi
Opsi pertama yang dapat dijadikan sebagai acuan adalah Prodi Profesi. Prodi Profesi adalah opsi yang mengedepankan sisi motivasi. Perihal belajar itu pasti, tapi prioritas Prodi ini adalah mencetak lulusan yang matang dan siap bersaing secara sehat di lapangan pekerjaan. Secara visi, prodi jenis ini akan mencetak para lulusan dengan keahlian khusus. Keahlian itulah yang nanti dapat dipergunakan oleh para lulusannya untuk membuka lapangan pekerjaan sendiri. Lapangan pekerjaan yang dimaksud dapat berbentuk penyelenggaraan kantor/tempat praktek profesi umum dengan mengacu pada syarat dan ketentuan aturan yang berlaku (izin).
Selain itu, Prodi Profesi juga bersifat fleksibel. Artinya, apabilalulusan cenderung memilih untuk bekerja sebagai pegawai atau karyawan ketimbang membuka kantor/tempat praktek profesi umum, maka dapat mendedikasikan diri pada dunia pemerintahan maupun pada perusahaan swasta.
Lalu bidang apa dan mana saja yang termasuk dalam prodi profesi? Untuk mengetahuinya, Penulis telah menyortir dan merangkum sedikitnya empat disiplin bidang ilmu sebagai sampel serta petunjuk sakti bagi balon mahasiswa agar dapat menentukan pilihan dengan tenang. Bidang ilmu pertama adalah Hukum. Lulusan ilmu hukum dapat menyelenggarakan atau membuka kantor/tempat praktek umum berupa Lembaga Advokat (Pengacara). Profesi Advokat, selain dapat menjadi praktisi hukum, membela kepentingan kliennya di pengadilan, juga dapat memberikan jasa konsultasi hukum bagi pihak yang memerlukannya. Kedua, Ilmu Kedokteran. Lulusan ini dapat berprofesi sebagai dokter praktek umum dengan mendirikan kantor praktek pribadi. Sayangnya, untuk dapat duduk di bangku universitas ini, diharuskan merogoh kantong dalam-dalam. Namun jangan getir dulu, masih banyak jalan menuju Roma. Salah satunya dapat mengajukan beasiswa ke berbagai pihak, baik ke instansi atau perusahaan pemerintah (BUMN) maupun perusahaan swasta. Ketiga adalah Ilmu Tekhnik. Para lulusan ilmu tekhnik juga dapat membuka kantor/tempat praktek umum, dan berprofesi sebagai konsultan publik atau perancang di bidang pembangunan. Terakhir adalah Ilmu Komputer. Banyak yang telah kita ketahui tentang lulusan ini. Para lulusan ini dapat menjadi tekhnisi atau tenaga instalasi dan servis perangkat komputer. Sebetulnya, di luar empat disiplin bidang ilmu tersebut, masih banyak bidang ilmu lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam tulisan ini.
Prodi Berjenjang
Opsi kedua yang dapat dijadikan bahan pertimbangan adalah Prodi Berjenjang. Maksudnya adalah suatu bidang ilmu yang dapat di-upgrade atau ditingkatkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sesuai dengan disiplin ilmu sebelumnya. Sepintas lalu, opsi ini mirip dengan opsi pertama. Ya, kenyataannya memang sama. Namun ada satu hal yang dimiliki oleh prodi ini yang tidak dimiliki oleh Prodi Profesi. Untuk melihat apakah hal tersebut, maka kita harus melihat ke dalam individu yang memiliki cita-cita yang tinggi. Sebagai contoh, ada individu yang mengagumi dan bermimpi menjadi orang besar sekelas Mahfud MD, Yusril Ihza Mahendra, Effendi Ghazali, dan masih banyak lagi. Ke semua orang tersebut bergelar “Profesor” dan merupakan Guru Besar, Pakar, dan pernah menduduki posisi penting dalam negara. Demi mewujudkan mimpi itulah, banyak orang yang mendalami ilmunya dengan meningkatkan jenjang pendidikan hingga ke jenjang Strata Tiga (S3), sebelum dapat menyabet gelar “Doktor”. Bahkan tidak habis disitu, demi meraih gelar “Profesor”, mereka harus mengabdikan diri pada universitas dan menelurkan penemuan ilmiah yang bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Apabila Prodi Profesi berkonsentasi pada sisi motivasi, dimana para lulusannya dicetak agar dapat segera bergumul dengan dunia pekerjaan pasca sarjana, maka Prodi Berjenjang berkonsentrasi pada sisi motivasi dan esensialitas. Pada Prodi Berjenjang, para lulusannya dapat memilih apakah ingin bekerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi pasca sarjana didapatkan.
Namun ada juga perbedaan antara prodi profesi dengan prodi berjenjang. Perbedaan itu terletak pada status sosial lulusannya dimata publik. Pada prodi profesi, sepandai apapun lulusannya, akan mentok pada sebutan Ahli. Sedangkan lulusan dari Prodi Berjenjang disebut sebagai Pakar. Ahli dan Pakar, tentu saja berbeda. Ahli hanya mampu melaksanakan atau menjalankan apa yang telah ada saja, sedangkan Pakar melaksanakan apa yang telah ada sekaligus menciptakan apa yang belum ada.