Manajemen Risiko pada dasarnya memiliki hierarki tahapan. Tahap pertama adalah Identifikasi. Pada tahap ini, kita diharuskan berusaha untuk mengidentifikasi potensi risiko apa saja yang akan muncul atas pilihan yang akan diambil.
Proses identifikasi pada dasarnya hanya melibatkan pikiran kita. Kita dituntut untuk berpikir layaknya seorang detektif yang sedang berusaha menemukan bukti-bukti dalam suatu kasus kejahatan.
Lazimnya, untuk menemukan bukti-bukti kejahatan, seorang detektif akan menempuh upaya penalaran. Penalaran ini dilakukan untuk menemukan serta menentukan korelasi antara satu hal atau lebih terhadap objeknya.
Usaha itu melibatkan proses logika sebagai instrumen timbangan untuk menentukan korelasi dari bukti-bukti yang telah ditemukan sehingga dengan demikian, ia dapat menarik suatu konklusi yang cukup akurat.
Salah satu contoh proses identifikasi dalam realitas adalah ketika Anda memutuskan untuk keluar dari zona nyaman. Anggap saja saat ini Anda adalah pegawai kantoran yang telah bekerja selama 5 tahun dengan penghasilan sebesar Rp. 7.000.000,- per bulan.
Namun, karena di waktu-waktu tertentu Anda seringkali merasa bahwa menjadi pegawai tidak membuat Anda berkembang, lalu Anda memutuskan akan mengundurkan diri dari kantor agar dapat berwiraswasta.
Keputusan tadi, umumnya kita ambil berdasarkan pemikiran dan penalaran serta logika yang sangat matang. Sebelum pengambilan keputusan itu, kita sudah terlebih dulu mengidentifikasi risiko yang akan ditemui setelah memutus tali kepegawaian dari kantor karena keinginan berwiraswasta. Dalam salah satu ungkapannya, Plato berkata, "Keputusan yang baik didasarkan pada pengetahuan dan bukan pada angka." Sejalan!
Lazimnya, identifikasi kita lakukan dengan cara membayangkan risiko apa saja yang pasti atau mungkin akan terjadi, seperti tidak akan ada lagi gaji bulanan dari kantor, hingga kemungkinan habisnya modal usaha Anda di tengah jalan akibat adanya kebocoran biaya pada sisi operasional, dan lain sebagainya.
Tahap kedua adalah Penilaian. Setelah tahap pertama dilalui, kita diharuskan untuk menilai dampak dari risiko itu sendiri agar dapat menyusun rencana yang tersistematis untuk menghadapinya.
Sebenarnya, beberapa fragmen kecil dari tahap ini secara tidak langsung turut hadir selama tahap identifikasi berlangsung.
Namun, karena pada tahap identifikasi, seluruh perhatian kita cenderung tersita untuk menemukan dan menentukan berbagai risiko, maka ketika fragmen-fragmen penilaian muncul, seringkali ia langsung menguap seketika bagai gas di udara.