Risiko adalah hal yang selalu dekat dengan diri kita. Oleh karena itu, alih-alih menganggapnya sebagai musibah, lebih baik kita menganggapnya sebagai ujian kehidupan yang selalu siap menemani kita menuju kedewasaan diri.
Menginterpretasikan risiko sebagai ujian hidup adalah suatu kebijaksanaan. Barangkali, contoh dalam membuat kopi tadi terkesan sederhana. Setiap orang mungkin bisa melakukannya. Namun, bagaimana jika kita ingin membuat kopi sesuai selera, tetapi tidak memiliki pengetahuan yang memadai?
Belajar, ya itu. Belajar adalah salah satu aktivitas yang bersumber dari kebijaksanaan diri, dan bertujuan untuk mencapai kebijaksanaan itu sendiri. Agar bisa menemukan batu permata berkilau yang terkubur di dalam sumber-sumber pengetahuan, kebijaksanaan mutlak diperlukan. Socrates, dalam kata-katanya berkata, "Kebijaksanaan sejati datang ke masing-masing dari kita ketika kita menyadari betapa sedikit kita memahami tentang kehidupan, diri kita sendiri, dan dunia di sekitar kita."
Untuk dapat membuat kopi sesuai selera, memerlukan pengetahuan yang baik lagi benar. Jika kita menginginkan segelas kopi bercita rasa sedikit manis, tetapi dominan pahit, maka hendaklah kita memasukkan gula sesedikit mungkin dan bubuk kopi sedikit lebih banyak. Setidak-tidaknya begitu menurut saya.
Sebaliknya, jika kita membuatnya secara asal-asalan karena minimnya pengetahuan, dipastikan kopi yang dihasilkan, minimal bercita rasa tidak karuan. Terlebih ketika diminum, bisa jadi mimik muka kita seketika berubah bagai seekor monyet sedang mencicipi kotoran ayam.
Demikian pula dalam realitas. Risiko tidak boleh disikapi secara sembarang. Kita memerlukan pengetahuan yang memadai sebelum mengikuti sebuah ujian yang akan dilangsungkan. Jika tidak, kita cuma memubazirkan waktu, karena tidak akan pernah bisa lulus dari ujian tersebut.
Kalaupun tanpa pengetahuan yang memadai ternyata kita bisa lulus dari ujian tersebut, maka itu adalah takdir. Namun, hal semacam ini sangat jarang terjadi. Jika dirasiokan, barangkali tingkat keterjadiannya tidak lebih dari 10 banding 1.000.
Oleh karena itu, kita harus menyikapi risiko secara baik dan benar. Pertama-tama, kita memerlukan pengetahuan tentang risiko itu sendiri. Salah satunya adalah dengan memiliki pengetahuan tentang pemetaan risiko.
Pemetaan Risiko adalah serangkaian proses sistematis yang dilakukan untuk mengetahui paling sedikit hal-hal meliputi:(1) apa saja yang pasti dan mungkin akan terjadi;dan(2) mengapa dan kapan kemungkinan bisa terjadi. Tindakan ini adalah modal utama bagi kita untuk menyusun rencana selanjutnya dalam rangka menangani risiko. Manajemen Risiko, ya itu dia!
Barangkali, (sebagian) dari kita sudah familier dengan istilah tersebut. Lazimnya, manajemen ini dipakai oleh suatu perusahaan. Manajemen ini bertujuan untuk mengontrol berbagai kejadian yang berpotensi merugikan bahkan membahayakan eksistensi sebuah perusahaan.
Secara singkat manajemen risiko dapat diartikan sebagai sebuah instrumen yang diadakan untuk sedapat mungkin mengetahui dan memformulasikan suatu rumusan guna mencegah serta menangani hal-hal negatif yang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan.