Diskriminasi gender dalam pembagian gaji dan jabatan masih menjadi isu yang relevan di Indonesia. Meski berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai kesetaraan, fakta di lapangan menunjukkan masih adanya kesenjangan yang signifikan. Perempuan seringkali menerima gaji yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, bahkan ketika memiliki posisi, pendidikan, dan pengalaman kerja yang setara. Kondisi ini tidak hanya mencederai prinsip keadilan, tetapi juga merugikan perempuan secara finansial. Â
Di sisi lain, kesempatan untuk menduduki jabatan strategis sering kali lebih terbuka bagi laki-laki. Perempuan harus menghadapi berbagai hambatan, baik yang bersifat struktural maupun budaya. Stigma mengenai peran tradisional perempuan sebagai pengasuh keluarga kerap menjadi penghalang bagi mereka untuk berkembang di dunia kerja. Akibatnya, potensi perempuan sering kali terabaikan meskipun mereka memiliki kompetensi yang setara atau bahkan lebih unggul dibandingkan laki-laki. Â
Ironisnya, diskriminasi ini tidak hanya merugikan perempuan, tetapi juga membatasi potensi kemajuan ekonomi Indonesia. Penelitian menunjukkan bahwa kesetaraan gender dapat meningkatkan produktivitas, inovasi, dan daya saing suatu negara. Ketika perempuan mendapatkan hak yang setara dalam dunia kerja, kontribusi mereka dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian nasional. Â
Namun, menghapus diskriminasi gender bukanlah perkara mudah. Terdapat faktor-faktor yang saling berkaitan, seperti kurangnya regulasi yang tegas, lemahnya penegakan hukum, serta budaya patriarki yang masih mengakar di masyarakat. Selain itu, rendahnya kesadaran tentang pentingnya kesetaraan gender di tempat kerja membuat perubahan berjalan lambat. Hal ini menunjukkan bahwa solusi tidak hanya bergantung pada kebijakan, tetapi juga perubahan pola pikir masyarakat. Â
Langkah seperti transparansi dalam penggajian, penghapusan bias gender dalam proses rekrutmen, serta pemberian pelatihan kepemimpinan bagi perempuan dapat menjadi solusi awal. Transparansi gaji, misalnya, dapat membantu mengidentifikasi dan mengurangi kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan. Sementara itu, pelatihan kepemimpinan memungkinkan perempuan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan mereka dalam mengambil peran strategis. Â
Selain itu, perusahaan juga dapat berkontribusi dengan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan mendukung. Kebijakan seperti cuti melahirkan yang adil, fleksibilitas jam kerja, dan dukungan untuk perempuan yang kembali bekerja setelah cuti dapat membantu mengurangi hambatan yang sering dihadapi perempuan. Perubahan ini perlu didukung dengan komitmen manajemen untuk mengedepankan kesetaraan gender sebagai bagian dari budaya organisasi. Â
Edukasi masyarakat juga menjadi kunci penting dalam mengatasi diskriminasi gender. Kampanye yang bertujuan mengubah pandangan tradisional tentang peran perempuan di rumah dan tempat kerja dapat menciptakan kesadaran kolektif. Generasi muda perlu diajarkan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki potensi yang sama untuk berkontribusi di semua bidang, tanpa terkecuali. Â
Kesetaraan gender bukan hanya soal hak, tetapi juga kunci untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berdaya saing. Sudah saatnya kita berkomitmen untuk menghapus diskriminasi gender di tempat kerja dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua. Dengan langkah nyata dari pemerintah, perusahaan, dan masyarakat, Indonesia dapat bergerak menuju masa depan yang lebih inklusif dan sejahtera.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI