3. Attaba, fluvius (sungai) -> Batang Sabak, Sungai Batanghari
Ada sebuah delta di muara Sungai Batanghari bernama Muarasabak. Ini menyiratkan bahwa Sungai Batanghari sebelumnya disebut Batang Sabak (batang berarti “sungai”). Lihat juga Zabæ setelah ini.
4. Maleucolon, promontorium (tanjung) -> Sungailokan, Tanjung Jabung
Tanjung Jabung adalah sebuah tanjung di pantai timur Sumatera yang merupakan ujung selatan Teluk Berhala (Perimulicus sinus). Terdapat sebuah desa bernama Sungailokan disana.
5. Sabana, emporium (tempat perdagangan) -> kota Jambi, lihat pula Sobani fluvius setelah ini
Jambi adalah ibukota Provinsi Jambi yang terletak di dekat pesisir timur Sumatera bagian tengah di tepi Sungai Batanghari. Kota ini adalah lokasi Kekaisaran Sriwijaya yang menguasai perdagangan di Selat Malaka dan sekitarnya. Jambi menggantikan Palembang, saingan ekonomi dan militer di sebelah selatannya, sebagai ibukota kerajaan. Pergerakan ibukota ke Jambi sebagian disebabkan oleh serangan pada tahun 1025 oleh para bajak laut dari wilayah Chola di India bagian selatan, yang menghancurkan sebagian besar kota Palembang.
Pemerintah Provinsi Jambi berusaha keras untuk menjadikan situs percandian kuno Muarojambi di desa Muarojambi yang tidak begitu jauh dari kota Jambi, untuk menjadi situs warisan dunia.
Situs ini merupakan pusat pendidikan agama Budha yang berkembang pada abad ke-7 dan ke-8 yang candi-candinya terbuat dari batubata yang serupa dengan yang digunakan di candi-candi Budha di India. Prasasti Nalanda (860 M) berbicara tentang raja Dewapaladewa dari Bengala (Kekaisaran Pala) yang telah mengabulkan permintaan Sri Maharaja dari Suwarnadwipa (Sumatera), Balaputera, untuk membangun sebuah biara Budha di Nalanda (negara bagian Bihar di India bagian timur laut).
Jambi disebutkan dalam babad Tiongkok di era Dinasti Sung sebagai Chan-pi (Slamet Muljana, 2006). Sejarah Dinasti Sung menggambarkan bahwa raja San-fo-tsi (Suwarnabumi, “Tanah Emas”) tinggal di Chan-pi.
Utusan dari Chan-pi datang untuk pertama kalinya di istana Kaisar pada tahun 853 M. Utusan kedua datang juga pada tahun 871 M. Informasi ini menunjukkan bahwa Chan-pi telah dikenal di Tiongkok pada tahun-tahun itu. Sebuah babad Tiongkok oleh Ling Pio Lui (890 - 905 M) juga menyebutkan Chan-pi telah mengirimkan sebuah misi perdagangan ke Tiongkok. Sebelumnya dari seorang biksu masa Dinasti Tang, Yijing, menulis bahwa ia mengunjungi pusat pendidikan agama Budha pada tahun 671 M selama enam bulan untuk belajar tata bahasa Sanskerta dan bahasa Melayu.
Pada tahun 687 M, ia singgah lagi dalam perjalanannya kembali ke Tang di Tiongkok dan tinggal di sana selama dua tahun untuk menerjemahkan kitab suci Sansekerta kedalam bahasa Tiongkok. Ia menggambarkan bahwa tempat itu adalah pusat agama Budha dimana para ilmuwan asing berkumpul.