Mohon tunggu...
Mohammad Ramadhani
Mohammad Ramadhani Mohon Tunggu... Administrasi - Manusia biasa

Manusia biasa yang terus berusaha memberikan manfaat bagi orang lain. Bagi yang ingin copy paste, tolong sertakan link asli nya...*malu ah plagiat*

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pesona Pasar Malam Asiatique Bangkok 

6 September 2012   01:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:52 1762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasca lebaran tahun ini saya mendapatkan kesempatan berkunjung ke Bangkok Thailand. Perjalanan kali ini merupakan kunjungan singkat dan merupakan kombinasi antara business travelling dengan wisata malam , ya tentu saja karena pada pagi hari saya harus melakukan bisnis meeting dengan beberapa kolega di sini. Dimulai dengan melakukan browsing melalui internet lokasi-lokasi menarik yang dapat dijelajahi terutama pada malam hari di Bangkok. Kebanyakan cerita yang tersebar di Internet adalah wisata malam yang berbau “erotisme” seperti patpong dan tiger show, akan tetapi saya memilih untuk mencari alternative lain selain tempat tersebut. Akhirnya, saya mendapat rekomendasi dari supplier saya di Bangkok untuk mengunjungi pasar malam bernama Asiatique. Disebut pasar malam karena pasar ini memang hanya buka di malam hari sejak pukul 5 sore sampai tengah malam. Beberapa tahun lalu pasar malam yang terkenal adalah Suan Lum di daerah Lumpini akan tetapi lokasi tersebut sekarang sudah tutup dan berpindah ke Asiatique. BTS dan MRT Asiatique bertempat di jalan chareonkrung dan dapat di akses melalui moda transportasi taxi ataupun kereta (lebih dikenal dengan BTS). Saya memutuskan menggunakan moda transportasi BTS karena selain lebih murah, saya juga dapat mengexplore kota Bangkok dengan cara berjalan kaki ke station dan melihat area-area sekelilingnya. Kebetulan hotel saya berada di daerah Sukhumvit dan station terdekat adalah MRT station bernama Pethcabury. Oh iya, di Bangkok ada beberapa jenis moda transportasi kereta yaitu BTS yang merupakan sky train (jalur kereta berada diatas jalan raya), MRT yang merupakan kereta bawah tanah dan juga ada Airport Railway Line (ARL) yang merupakan jalur kereta untuk menuju airport international Suvarnabhumi. Nah untuk mencapai Asiatique, saya harus turun di BTS Siom Line dan turun di station Saphan Taksin. Dari station Petchaburry saya harus transit di station interchange Sukhumvit untuk berpindah dari MRT ke BTS. Tiketnya tidak mahal hanya sekitar 15 THB atau sekitar 4500 rupiah. Dari Station Sukhumvit sedikit berjalan kaki melanjutkan ke station BTS Asok. Nah, di Bangkok ada dua BTS line yaitu Sukhumvit line dan Silom Line. Station Saphan Taksin yang saya tuju berada di Silom line sehingga dari station Asok saya harus transit di interchange station Siam. Tiket dari Asok menuju Saphan Taksin tidak mahal hanya 40 THB atau sekitar 12 ribu rupiah. Setelah tiba di Station Saphan Taksin, untuk menuju Asiatique dapat ditempuh melalui moda transportasi sungai yang berupa shuttle boat berupa perahu kayu besar dengan mesin. Chao Praya Shuttle Boat [caption id="attachment_197453" align="alignleft" width="300" caption="Shuttle Boat"][/caption] Shuttle boat ini akan menyusuri Sungai Chao praya dan tidak dipungut biaya alias gratis. Sekilas bentuk Chao Praya mirip dengan the bund di Shanghai yang merupakan Sungai besar dan dapat di lintasi kapal-kapal besar. Ada sedikit perbedaan antara Chao Praya dengan The Bund, di Shanghai sekeliling Sungai Yang Tze berdiri kokoh gedung-gedung tinggi dan memiliki cahaya penerangan yang gemerlap. Di Chao Praya ini, di pinggiran sungai memang terdapat bangunan-bangunan tinggi tetapi cahaya penerangan lebih temaram.  Hanya dibutuhkan sekitar 5 menit untuk mencapai Asiatique dengan menggunakan shuttle boat tersebut. Asiatique, Riverfront Market [caption id="attachment_197451" align="alignleft" width="300" caption="Pasar Malam Asiatique"]

13468952981978452151
13468952981978452151
[/caption] Setelah tiba di dermaga, langsung terlihat sebuah papan nama besar yang terang benderang bertuliskan “Asiatique Riverfront Market”. Hari itu kebetulan adalah hari Jum’at malam sehingga jumlah pengunjung yang mayoritas adalah warga asing cukup padat. Saya pun menjelalajah masuk ke dalam pasar yang besar dan bersih. Didalamnya banyak terdapat restoran-restoran yang menyediakan banyak ragam citarasa seperti western, thai dan asian food. Selain restoran, banyak juga terdapat kedai minuman keras alias bar yang mayoritas pengunjungnya adalah bule. Disini juga banyak terdapat toko-toko yang menjual berbagai macam barang mulai dari barang-barang seni, cinderemata sampai koper-koper besar. Karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam dan saya belum makan, saya mencari tempat makan dengan citarasa “Asia”, murah dan tentu saja halal . Akhirnya saya menemukan satu kedai yang menyajikan roast duck dengan harga yang cukup murah hanya 50 THB (sekitar 15 ribu rupiah). Setelah makan, saya kembali menjelajah pasar untuk melihat barang-barang yang dijual disana. Intinya, disini terdapat berbagai macam aktifitas mulai dari hanya sekedar duduk-duduk di dermaga sambil berfoto ria, mencari makanan dan tentu saja berbelanja. Setelah puas dengan suasana Asiatique,saya memutuskan untuk kembali ke hotel dengan melalui jalur yang sama yaitu dengan shuttle boat [caption id="attachment_197455" align="alignleft" width="300" caption="suasana Asiatique"]
1346896407380929688
1346896407380929688
[/caption] Potensi BKT atau Ciliwung Belajar dari perjalanan saya kali ini, ada beberapa point of learn yang sebenarnya pemerintah Indonesia dapat ambil. Di Jakarta, ada beberapa tempat yang berpotensi untuk dikembangkan seperti Asiatique karena terdapat beberapa sungai atau aliran air yang dapat dimanfaatkan seperti Banjir Kanal TImur (BKT) ataupun kali ciliwung. Sepertinya hanya dibutuhkan visi dan keinginan dari pemerintah untuk menata area BKT dan ciliwung sehingga kedua tempat tersebut juga dapat menjadi tempat tujuan wisata. Coba bayangkan berapa banyak aliran uang yang masuk ke dalam kas Negara di Thailand melalui Asiatique? Hal ini seharusnya dapat di jadikan inspirasi untuk memajukan wisata di Jakarta sehingga tidak melulu dikenal oleh orang luar negeri sebagai “bad traffic” city

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun