Demam ini adalah reaksi alami tubuh terhadap peningkatan kerja sistem imunitas dalam melawan peradangan. Pada dasarnya ini adalah reaksi adaptasi karena proses kinerja imunitras yang meningkat akan mendorong peningkatan atau induksi suhu tubuh. Namun pada golongan steroid ini, obat akan mencegah atau mengurangi ekspresi atau penampakan dari prostaglandin. Pada golongan non steroid atau  yang biasa disebut sebagai NSAID ini akan bekerja dengan cara memengaruhi hipotalamus dalam merespon sinyal dari interleukin dalam menginduksi suhu tubuh. Ini juga berkaitan dengan fungsi NSAID dalam menekan produksi prostaglandin.
Biasanya cara yang digunakan untuk menjalankan fungsi anti piretik adalah dengan mendorong aliran darah menuju perifer dan memicu tubuh untuk berkeringat sehingga tubuh mengadaptasi suhu yang tinggi dan dapat kembali turun. Secara umum fungsi dari obat anti inflamasi non steroid ini adalah sebagai pereda segala jenis nyeri. Mulai dari nyeri pada area otot karena efek peradangan akut seperti informasi reumatik, arthritis, asam urat, carpal sindrom, saraf terjepit, Â sampai untuk membantu mengatasi nyeri sendi karena keseleo, untuk meredakan sakit kepala, nyeri akibat perawatan seperti nyeri karena suntikan imunisasi maupun nyeri haid. Tentu saja tidak semua obat bisa digunakan untuk semua jenis keluhan. Obat anti inflamasi non steroid secara umum sebenarnya tidak berbahaya, tentu saja selama ini dikonsumsi dengan dengan dosis yang aman.
Setelah mengetahui pengertian-pengertian dasar mengenai inflamasi dan obat anti inflamasi, sekarang saya akan kembali ke topik saya yaitu mengenai pengaruh obat anti inflamasi pada otot. Otot pada manusia terdiri dari tiga jenis otot dewasa yang memiliki potensi yang bervariasi untuk regenerasi setelah mengalami cedera. Kecuali otot jantung pada manusia dewasa, sebab otot jantung tidak lagi memiliki potensi untuk melakukan regenerasi setelah melewati masa kanak-kanaknya.
Tidak seperti otot polos yang mampu memberikan respon regenerasi aktif, karena sesaat setelah cedera, sel-sel otot polos mononukleus yang masih hidup dan perisit (merupakan sel mesenkim yang tidak berdiferensiasi) dari pembuluh darah, mengalami mitosis dan menggantikan jaringan yang rusak. Pada otot lurik maupun intinya tidak mampu bermiosis, karenanya jaringannya mengalami regenerasi yang terbatas. Sumber yang melakukan regenerasi sel diyakini adalah sel satelit.
Sel satelit adalah populasi kecil sel mononukleus yang berbentuk gelendong yang terletak di dalam lamina basalis yang mengelilingi setiap serat otot matang. Sel satelit dianggap sebagai mioblast pasif yang menetap setelah terjadi diferensiasi otot. Namun saat jaringan mengalami cedera atau rangsangan tertentu lainnya, sel satelit akan menjadi aktif, berproliferasi, dan bergabung membentuk serat otot lurik yang baru. Defekasi atau kerusakan yang terjadi pada otot jantung biasanya akan digantikan oleh proliferasi jaringan ikat, membentuk luka parut miokadrial.
Seperti yang kita ketahui juga bahwa pertumbuhan otot manusia pada orang yang telah berusia tua dengan yang masih berusia muda tentunya terdapat beberapa perbedaan yang signifikan. Pada orang-orang berusia muda, sering tanpa sadar menggunaan otot secara berulang-ulang dengan beban yang lebih berat dari batas normal beban yang dapat ditanggung oleh jaringan otot, hal ini akan menyebabkan suatu perubahan sifat dari otot yang digunakan tersebut.
Otot yang digunakan bukan hanya otot yang fungsinya sesuai dengan arah gerakan pada benda yang dimaksud tetapi juga otot-otot di sekitar jaringan otot utama yang melakukan kontraksi pada peristiwa tersebut akan dapat menyebabkan terproduksinya prostaglandin yang akan dilanjutkan dengan dikeluarkannya sitokine saat ditemukan adanya inflamasi yang disebabkan oleh aktivitas yang berlebihan. Kejadian tersebut yang terjadi berulang-ulang akan menimbulkan regenerasi otot-otot yang kemudian akan menyebabkan pertumbuhan otot pada manusia usia muda dan dewasa muda.
Pemberian obat anti inflamasi baik golongan steroid maupun non steroid dalam jangka waktu yang panjang, yang pada awalnya biasa hanya digunakan sebagai painkiller, akan dapat menghambat diproduksinya prostaglandin yang berkelanjut pada penghambatan diproduksinya sitokine-sitokine lainnya, yang mana bila diteruskan akan terjadi penghambatan pembentukan atau regenerasi otot. Sebab aktifitas obat anti inflamasi pada umumnya adalah untuk menghambat terbentuknya mediator inflamasi atau prostaglandin.
Maka, bila inflamasi tidak terjadi, tidak ada pula yang memicu sitokine yang berguna untuk meningkatkan kekebalan tubuh untuk memperbaiki otot-otot tersebut. Sehingga, otot-otot yang cedera tersebut tidak dapat melakukan regenerasi serta adaptasi dengan baik. Dari hal tersebut dapat dilihat adanya kaitan antara penggunaan obat anti inflamasi dalam jangka waktu yang cukup panjang pada otot, terutama pada pengaruh terhadap penghambatannya pertumbuhan jaringan otot. Otot-otot yang tersebut di atas merupakan jenis otot lurik yaitu otot yang dapat digerakan secara involunter atau di bawah perintah atau kehendak, belum ada catatan atau penelitian pengaruh penggunaan obat anti inflamasi baik steroid maupun non steroid pada otot polos atau otot yang bekerja secara volunter.
Demikian isi dari artikel saya yang ketiga mengenai pengaruh obat anti inflamasi pada otot kali ini. Terima kasih telah membaca, dan semoga artikel saya dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Sumber :