[caption id="attachment_125111" align="aligncenter" width="553" caption="merdeka (sumber: http://planet4ltair.wordpress.com)"][/caption]
Tak terasa negeri ini sudah merdeka dalam jangka waktu yang lumayan lama. 66 Tahun. Tak lupa saya tidak mau ketinggalan, ingin mengucapkan Dirgahayu Kemerdekaan Negara kesatuan Republik Indonesia. Negeri yang berdaulat, negeri yang makmur, negeri yang memiliki nilai-nilai toleransi sebagai akar dari kebersamaan, negeri yang selalu menjunjung tinggi kebersamaan dan negeri yang berlimpah sumber daya alam yang siap untuk di gunakan dengan arif dan bijaksana sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.
Sudahkah kita merasakan hal seperti tersebut diatas? Jangan mengatakan belum pernah, setidaknya beberapa dari kita pernah merasakan beberapa dari hal di atas meski kini kadarnya mulai luntur digilas waktu dan peradaban individu sentris. Negeri kita adalah negeri yang berdaulat, mesir menjadi negera pertama yang mengakui kedaulatan NKRI jaman dahulu kala. Negeri kita adalah negeri yang makmur, negeri yang mampu berswasembada pangan. Negeri kita juga sangat menjunjung tinggi nilai toleransi, sebagai bukti kita mampu dan bisa beribadah sesuai keyakinan masing-masing. Kita bisa hidup berdampingan antar umat beragama dengan rukun, aman dan damai. Negeri ini juga telah sukses meletakkan kebersamaan sebagai fondasi dalam hidup bermasyarakat. Hal ini dibuktikan dengan digagasnya sistem kegotong royongan, hingga akhirnya muncul istilah kabinet gotong royong dan ekonomi gotong royong. Negeri ini juga memiliki kekayaan sumber daya alam yang berlimpah. Banyak dari penguasaha dalam negeri yang masuk nominasi orang terkaya didunia menurut majalah Forbes. Berarti selain sumber daya alam yang melimpah, Tuhan juga telah menganugerahkan Sumber daya manusia yang berkualitas dan tersebar di seluruh pelosok tanah air. Sungguh luar biasa sekali bukan? meski itu hanya cerita lalu. Setidaknya kita pernah mengalami semua itu, berarti memang kita mampu. Akan tetapi entah kenapa, sekarang banyak darah mengalir hanya karena perbedaan pandangan visi politik, berbeda haluan dalam beragama, rebutan jatah rejeki dari langit? Apakah semua sifat dan karakter bangsa yang telah susah payah di jadikan fondasi olehfounding fatherhilang dan enyah begitu saja?
Sudah saatnya kita yang mengisi warna-warni negri ini. Mau dengan tinta merah, boleh juga dengan tinta hitam. Mau dibawa ke arah bijaksana, mau dibawa ke arah anarki dan cendrung mudah frustasi juga bisa-bisa saja. Kalau bukan generasi muda seperti kita siapa lagi yang mau peduli dengan negeri ini?  Saya dan anda para pembaca mungkin bukan pengusaha kaya layaknya Arifin Panigoro, bukan pula penguasa media yang bisa menyajikan fakta seolah-olah seperti yang ia minta. Pertanyaan selanjutnya adalah, bisa apa kita?
Melakukan hal terbaik yang kita mampu, memberikan yang kita bisa untuk ibu pertiwi dimulai dari hal kecil, dimulai dari diri kita. Kemudian memberikan teladan bagi orang-orang disekitar kita, dengan begitu masa kejayaan Indonesia bagaikan macan asia bisa saja segera tercapai. Yang dibutuhkan negeri ini adalah generasi yang tidak lagi mengenal kata-kata tipuan, kata-kata bohong. Negeri ini butuh orang jujur, berintelektual dan peduli dengan nasib dan perkembangan Indonesia nantinya.
Dulu saat dijajah belanda, kita Hanya punya motivasi dan keyakinan bahwasanya penjajahan diatas muka bumi harus di bumi hanguskan. Kini, apakah motivasi saja kita tidak punya? keyakinan juga entah kemana? ya.. mari kita bangun negeri ini.. bersama-sama !
copas dari Blogpribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H