sebelum anda membaca, perlu saya tegaskan disini, "saya tidak bermaksud mengkotak-kotakkan daerah. ini adalah pure sebuah curhatan saya".
perkanalkan saya seorang mahasiswa yang baru saja mengikuti Yudisium di sebuah Perguruan Tinggi Kedinasan (tanpa kekerasan fisik) yang sedang gundah gulana? kenapa? bukankah yudisium adalah sebuah hal yang dinanti selama ini?
bagi saya, yudisium adalah puncak perjuangan saya dimana setiap semester saya harus berjuang untuk dapat bertahan disini. bertahan dari kerasnya persaingan yang ternyata auranya baru saya rasakan di akhir season. Pada awalnya dulu (dengan sangat menyesal) saya akui, saya sangat kurang dalam mengambil tindakan. saya hanya mentargetkan tetap bertahan dari seleksi alam (baca: drop out karena nilai kurang). oia, kampus saya menerapkan drop out bila mahasiswa memiliki nilai kurang yakni 2,4 untuk IP dan 2,75 untuk IPK semester genap. malapetaka itu muncul disaat semester 3 dan 4 dimana mata kuliah yang paling saya takutkan tiba. saya memang lemah dalam bahasa inggris. Hasilnya bisa ditebak. Saya terpental dari 100 besar. bahkan lebih parah, mungkin jauh dari persaingan 100 besar. Luka yang mendalam karena kurang mengerti bahassa internasional membuat semangat saya terlecut kembali. Ya,,,akhirnya saya masuk 50 besar di semester 5 dan 6. Tapi bagi saya,..itu belum cukup membantu. dari hasil kumulatif..say hanya mendapatkan 3,29. peringkat pun lepas dari 100 besar. 128 menjadi angka cantik yang sangat sial buat saya.
merenungi kegagalan adalah mutlak bagi saya. Tapi haruslah hanya merenung sebentar. Saatnya bangkit dan melawan segala kenyataan pahit yang memang saya ukir sendiri. Lelaki diciptakan untuk menaklukkan dunia. Saya dicipta untuk menaklukkan dunia ini. kenyataan yang sangat pahit haruslah saya hadapi. Kini, tinggal tiga prosesi lagi akan saya hadapi. Wisuda di minggu depan, Pemberkasan di akhir bulan dan Penempatan entah kapan(tahun depan pastinya).
Realita memang terkadang menyesakkan. Saya lahir, tumbuh dan kembang di Jawa. Tanah nenek moyang saya yang sangat di agung-agungkan hingga saya sangat berat jika harus meninggalkan pulau ini meski harus diganti dengan pulau seindah bali ataupun yang lainnya. Kerabat, sanak saudara adalah magnet yang sangat kuat. Tapi..kini saya sadari. Indonesia itu luas. Indonesia itu indah. Selagi masih muda, abdikan dirimu pada nusa da bangsa. Karena saat usia tak lagi muda, pengabdian kita sarat akan keinginan pribadi.
Saya telah menandatangani surat Ikatan dinas dimana saya harus siap di tempatkan diseluruh Indonesia. Dan saya harus siap dari sekarang. Indonesia itu indah bung....
*buat rekan-rekan seperjuangan yang membaca ini, salam hangat. mari kita berjuang di tanah Indonesia. Buktikan, kita tidak salah mengenyam pendidikan gratis selama ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H