Mohon tunggu...
Dimas GhalihPramono
Dimas GhalihPramono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pekerja Swasta yang mempunya sampingan sebagai Mahasiswa.

Cinta bersemayam dalam hati, namun Tuhan membatasi cinta di antara pikiran dan hati. Mengakronimkan nama menjadi Dhalihm, dan cocok karena saya sebagai manusia tak luput dari Ke-Dhalihm-an.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Wangi-wangi di Bunga Itu

26 Juli 2023   21:49 Diperbarui: 26 Juli 2023   21:53 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
My Gallery/Dimas Ghalih Pramono 

Pada bulan ke tujuh ketika hidup ini sangat sukar, aku melihat ada bunga yang telah mekar, wanginya semerbak tak terbendung nalar.

Ku lihat apakah itu mawar?

Ku amati apakah itu berduri?

Ternyata mawar merah yang mekar dan wangi.

Di dekat bunga-bunga itu aku melihat seorang gadis yang menari, tampak selalu ceria tanpa aku mengetahui apa isi di hati. Apakah di hatinya hanya ada tari dan kopi? Apakah tidak ada pria yang ia cintai?

Aku hanya bisa seperti buku, jika ia ingin membaca aku akan memberinya cerita. Lalu apakah kita hanya akan menjadi buku? Bila telah selesai lalu di simpan pada rak buku, atau menjadi sebuah ilmu yang ada di dalam buku? Yang selalu abadi ada dalam ingatan.

Wahai ia yang sukar

Kau telah menjadi bunga mekar 

Yang wanginya tak bernalar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun