Indonesia secara geografis terletak di area cincin berapi yang membentang sepanjang lempeng pasifik yang merupakan lempeng tektonik paling aktif di dunia. Hal ini berarti potensi gempa yang terjadi kemungkinannya cukup tinggi, hal ini juga diperkuat dengan potensi ancaman yang akan dikorelasikan dengan nilai intensitas yang cukup tinggi.
Namun dari berbagai hal-hal yang memungkinkan untuk terjadinya gempa dalam skala atau intensitas tinggi, ternyata metode khusus yang dapat diterapkan untuk meminimalisir terjadinya gempa di Indonesia. Adapun metode yang dapat diterapkan adalah metode VISUS (Visual Inspection for Defining the Safety Upgrading Strategies), metode ini diartikan sebagai inspeksi visual untuk mendefinisikan strategi peningkatan keamanan. VISUS Â bertujuan untuk menilai skenario seismik kemudian dikembangkan menjadi pendekatan holistik dan multi-bahaya yang mempertimbangkan 5 hal yaitu :
- Kondisi lokasi
- Kinerja struktural
- Kekritisan struktural lokal
- Komponen non struktural
- Aspek fungsional
Umumnya jenis tanah di Indonesia merupakan jenis tanah lunak, hal ini diperkuat dengan adanya gedung bertingkat yang kebanyakan hanya kuat menahan PGA sekitar 0,216-0,240 g ( ''g" merupakan satuan percepatan gravitasi). Pada tahun 2015 dan 2016 PTRRB - BPPT juga telah melakukan kajian terhadap kerentanan beberapa gedung khususnya di ibukota Jakarta, hasilnya terdapat 337 gedung bertingkat yang rentan terhadap ancaman gempa. Parameter yang digunakan untuk melakukan kajian terhadap gedung-gedung tersebut ada 4 macam, yaitu tahun pembuatan, bentuk, jumlah lantai dan fungsi gedung. Letak geografis dari 337 gedung tersebut telah di overlay pada peta khusus untuk memudahkan kajian. Hasil dari kajian tersebut digunakan sebagai dasar untuk menentukan tingkat kerentanan gedung yang dipilih.Â
Adapun hasil dari kajian tersebut dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :Â
- Kesiapan 16 gedung bertingkat di Jakarta menunjukkan hasil yang baik, 9 : 16 (57%) gedung memiliki kapasitas tinggi 6 (37%) memiliki kapasitas sedang dan hanya 1 (6%) yang memiliki kapasitas rendah.
- Parameter dan kriteria yang perlu diperhatikan agar suatu gedung memiliki tingkat kapasitas tinggi bisa dimulai dengan pengadaan tangga darurat, jalur evakuasi, pengamanan barang dan titik kumpul
Secara umum tingkat kesiapan gedung di Indonesia khususnya Jakarta sudah cukup baik, namun masih ada beberapa gedung bertingkat yang belum memenuhi persyaratan untuk meminimalisir bila terjadi bencana gempa bumi di masa mendatang. Maka dari itu di samping perbaikan struktur bangunan gedung, diperlukan juga pelatihan terhadap masyarakat itu sendiri. Hal ini diperlukan agar masyarakat memiliki bekal ilmu yang nantinya dapat digunakan apabila terjadi bencana gempa bumi dan apabila terjebak di gedung-gedung tinggi mereka dapat survive dengan bekal ilmu yang sudah dimiliki sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H