Kalian yang tingal di desa sebagian besar pasti pernah menangkap belut di sawah. Tentu hal tersebut tidak mengherankan dikarenakan sawah di pedesaan terdapat cukup banyak belut yang sering ditangkap oleh warga setempat untuk dijadikan sajian makanan yang lezat. Namun dibalik itu semua terdapat misteri dari hewan yang sering kita jumpai hidup di lumpur ini.Â
Belut memiliki nama latin (Anguilla anguilla). Hewan ini sering kita dijadikan sajian yang menggugah selera khususnya di negara Jepang. Namun sampai saat ini tidak ada yang tau darimana asal usul hewan ini. Sejak jaman Yunani Kuno, terdapat filsuf Yunani yang terkenal bernama Aristoteles mencoba mencari asal usul belut dan kemudian menyimpulkan bahwa hewan tersebut berasal dari lumpur dan air hujan.Â
Kemudian ada peneliti yang bernama Sigmund Freud mencoba untuk mencari dimana letak kelamin belut dan hasilnya nihil. Namun perlu kalian ketahui bahwa hewan yang kita bahas ini bukanlah belut yang ada di sawah berlumpur melainkan belut yang memiliki nama latin (Anguilla spp) sedangkan belut sawah memiliki nama latin (Monopterus albus). Walaupun sekilas terlihat mirip, namun jika ditelaah lebih jauh lagi ternyata mereka memiliki perbedaan yang cukup signifikan lho. Belut sawah memiliki panjang 25-40 cm dan tidak memiliki sirip sedangkan ikan sidat panjangnya mencapai 1 m dan memiliki sirip.
Dahulu kala ada ilmuwan dari Denmark bernama Johannes Schmidt menjelajah samudra untuk mencari larva belut dalam waktu yang lama karena di perairan manapun tidak ditemukan telur dan larva belut. Namun pada akhirnya pencarian tersebut membuahkan hasil, karena ternyata telur dan larva semua spesies belut dunia ada di bawah perairan dekat segitiga bermuda lebih tepatnya di laut Sargasso. Hal tersebut tentu menimbulkan pertanyaan besar, bagaimana cara bayi-bayi belut tersebut dapat mencapai sungai-sungai yang ada di Eropa dan Afrika padahal jarak dari laut Sargasso ke sungai air tawar memiliki jarak yang luar biasa jauh yaitu lebih dari 6500 KM yang ibaratnya kita berenang dari Jakarta ke Jepang. Wow gila banget bukan.
Setelah dilakukan penelitian ternyata belut-belut tersebut berkembang sepanjang perjalanan mereka dari awalnya bayi belut kemudian menjadi belut remaja dan sesampainya mereka di perairan tawar mereka akan banyak makan sehingga menjadi belut dewasa. Umur mereka bisa dibilang panjang karena bisa sampai puluhan tahun dan yang menarik adalah di fase inilah mereka baru memiliki kelamin. Belut tua yang sudah memiliki kelamin akan kembali ke lautan untuk berkembangbiak kemudian pada akhirnya akan mati. Maka dari itu kita sampai sekarang tidak pernah menemukan bangkai atau tulang belulang mereka di perairan tawar.
Dan seperti biasa laut masih menjadi perpustakan ilmu yang masih terkunci sehingga masih banyak misteri yang belum terpecahkan khususnya cara belut berkembangbiak. Mungkin kita sudah ahli dalam hal ilmu luar angkasa, namun pengetahuan kita mengenai lautan masih seperti puzzle yang belum lengkap. Dari kehidupan belut kita harusnya menyadari bahwa pengetahuan kita masih sangat terbatas sampai-sampai cara hidup dan berkembangbiak belut saja kita belum tau pasti kebenarannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H