Mohon tunggu...
Muhammad DhafaPrasetyo
Muhammad DhafaPrasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Hai, Perkenalkan nama saya Muhammad Dhafa Prasetyo Aji, saya merupakan seorang penulis artikel di IDN TIMES dan juga seorang blogger di wordpress. Saya disini membagi informasi yang saya peroleh dari sumber terpercaya dengan style saya sendiri. Contact : dhafaprasetyo808@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kejamnya Persekusi Bangsa Eropa terhadap Wanita

10 Februari 2023   08:33 Diperbarui: 10 Februari 2023   08:36 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada zaman sekarang manusia telah menemukan berbagai hal yang membuat hidup mereka menjadi lebih mudah. Hal tersebut secara tidak langsung membuat mereka menjadi lupa akan jati diri mereka yang sesungguhnya dan kerap kali termakan oleh stereotip masa lampau yang mendarah daging hingga saat ini. Melihat hal tersebut tentu peran stereotip bagi kehidupan modern cukup berdampak besar sehingga tidak ada salahnya untuk flashback kembali ke masa abad pertengahan sehingga kita semua tau bagaimana proses suatu stereotip dapat tercipta dan mendarah daging selama berabad-abad. 

Ratusan tahun yang lalu tepatnya pada abad 14-18 M, di dataran eropa terjadi permasalahan yang tidak kunjung selesai dikarenakan melibatkan kaum yang dianggap menjadi biang masalah dan pantas untuk dipersekusi, kaum tersebut adalah wanita. Pada saat itu belasan nyawa dilenyapkan tanpa alasan yang jelas, para wanita diburu, ditangkap dan disiksa secara tidak manusiawi. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi dan apa alasan dibalik itu semua ? 

Dan selamat datang di era perburuan penyihir abad pertengahan yang menciptakan sejarah kelam bagi kaum wanita. Jadi pada waktu itu banyak sekali kejadian yang membingungkan bagi bangsa eropa seperti gagal panen, kematian tidak wajar sampai dengan wabah black death yang merenggut ribuan nyawa. Hal tersebut menimbulkan banyak sekali pertanyaan dan para penguasa dan pemuka agama pada saat itu dipaksa untuk memberikan jawaban pasti, hingga pada akhirnya mereka menyimpulkan bahwa semua bencana yang mereka alami merupakan ulah para penyihir. 

Para penguasa dan pemuka agama pada saat itu menganggap bahwa kekuatan sihir yang dimiliki oleh penyihir mengakibatkan bencana yang diluar akal pikiran mereka. Secara kebetulan para ahli ilmu sihir pada jaman tersebut di dominasi oleh kaum wanita dengan persentase 80% wanita dan 20% pria, sehingga hal tersebut menimbulkan tanda tanya besar, apakah wanita yang tidak melakukan kesalahan dan perbuatan yang dituduhkan akan tetap dipersekusi ? 

Dan siap-siap, jawabannya mungkin akan mengejutkan kalian karena pada saat itu terdapat kepercayaan yang menganggap kalau wanita harus memenuhi standar-standar tertentu seperti harus memiliki anak, mengurus rumah tangga dan wajib patuh terhadap pemerintah. Apabila standar tersebut tidak terpenuhi maka mereka akan dipandang sinis dan dicurigai oleh orang sekitarnya. Sampai akhirnya di masa kegelapan ini banyak orang dituduh sebagai penyihir, mereka diburu dan disiksa dengan cara yang tidak terbayangkan. 

Hal tersebut dapat terjadi karena pengaruh besar dari pemuka agama di jaman itu yang bilang bahwa segala hal buruk datangnya dari perempuan, belum lagi kemunculan buku yang berjudul " Mallevs Malevicarvm " yang menjadi pembenaran untuk melakukan kekerasan terhadap kaum wanita. Buku ini bilang kalau " Penyiksaan adalah cara efektif buat bikin penyihir ngaku " dan setelah ngaku mengakhiri hidup adalah cara satu-satunya pilihan mereka. 

Perburuan penyihir di abad 14-18 M terus dilanjutkan dan paling memanas ada di Kekaisaran Jerman, Kerajaan Perancis dan Kerajaan Polandia. Total dari perburuan yang mereka lakukan ada 110.000 orang ditangkap dan lebih dari 60.000 orang dieksekusi. Dan semoga hal-hal seperti ini tidak terjadi lagi sehingga kaum wanita mendapatkan hak untuk hidup sesuai koridornya masing-masing. 

Maka dari itu di era modern seperti ini mungkin udah nggak jaman nuduh wanita sebagai penyihir, namun yang kita tahu hidup menjadi perempuan masih sering menemui hambatan seperti hal nya dirasa tidak perlu menempuh pendidikan tinggi, sering di nomor duakan dan masih banyak lagi. Jadi pertanyaannya, apakah kita masih menganggap wanita merupakan kaum kelas dua ? Jawabannya ada pada diri kalian masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun