Mohon tunggu...
Empuss Miaww
Empuss Miaww Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Free thinker

Biarkan sang Rembulan bercerita,,, ( http://empuss-miaww.blogspot.com/ )

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Fragmen Pertama: Tentang Diriku

4 Mei 2011   10:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:05 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Empat Fragmen

[caption id="attachment_107158" align="aligncenter" width="300" caption="rain girl by plyczkowski hasil googling"][/caption]

Namaku Rainy, seperti hujan yang turun disaat  musim kemarau, seperti itulah diriku di keluarga, aku adalah harapan sebagai anak pertama di keluargaku, yang merindukan kehadiran seorang anak.

Namun ditengah perjalanan diriku menuju kedewasaan, terjadi sebuah kisah yang akan mengubah diriku untuk selamanya,,,

-------

[caption id="attachment_107160" align="aligncenter" width="300" caption="girl dancing rain.jpg dari googling"][/caption]

“Prang” Suara piring memecah keheningan malam di sebuah rumah yang dihuni oleh sepasang suami – istri, mereka sedang bertengkar hebat di malam itu.

“Apa maksudmu mengatur kapan aku harus pulang, kapan aku harus memberitahu dirimu dengan siapa saja aku berteman..??” tanya Rangga kepada istrinya Sulastri dengan penuh amarah.

“Iya, aku sebagai istrimu harus tahu apa yang kau lakukan setiap harinya, mengapa selalu pulang  malam, kenapa selalu sulit untuk dihubungi, tahukah kau, sebagai istrimu, aku harus mengetahui keberadaan dirimu” sengit Sulastri tidak kalah,

“Hah.. Sejak kapan kau jadi sebegitu perhatiannya denganku??..” sinis Rangga

“Apa maksudmu??.. ini aku istrimu, apakah kau sedang bermain mata dengan wanita lain,,,??.. akui saja,, pasti kau pergi ke pelukan wanita jalang”

PLAK

Sebuah tamparan mendarat di pipi Lastri,

“Kau tahu.. setiap aku pulang kerja, hanya ada bayang peti mati saja dalam pikiranku ini. Aku tidak pernah merasa hidup bersamamu di rumah ini. Aku bagaikan seorang mayat yang terpaksa menjalani kehidupan bersama seorang perempuan tak bermartabat sepertimu...”

“Apakah dirimu masih menganggap aku sebagai suamimu, hah??,, sejak pertemuan dan perselingkuhanmu bersama mantan kekasihmu itu 18 tahun yang lalu??..”

“tak usah kau pedulikan aku lagi... Aku berhubungan dengan perempuan lain, siapa saja dan  dimana saja... itu hanya akan menjadi privasiku saja...”

Sulastri terhina atas ucapan suaminya itu. Dia mulai membalas sindiran Rangga.

“Hoo, berarti memang benar dugaanku, dasar kau lelaki bajingan,, Kau bersemangat mencari - cari kesalahanku,, dan sekarang kau pasti telah tidur bersama banyak perempuan lain.. binatang,, ”

“heii,,  otakmu memang sudah tercuci.. pikirkan lebih dahulu... siapa yang memulai semua ini??,,, aku atau dirimu??..”

“memang aku.. tapi, kau yang mengawalinya... waktu itu yang hanya ada dalam pikiranmu hanyalah perusahaan dan perusahaan,,, aku tak sanggup untuk diduakan seperti itu...”

“cuih,,, kini kau mulai mengungkit-ungkit pula kesalahanku.. dasar kau, perempuan tak tahu malu... aku sangat mem-ben-ci-mu... sedari 3 tahun yang lalu... saat kau mengakui semua kebusukanmu itu..”

Sulastri menangis teramat dalam. Dia tak sanggup untuk mengeluarkan isi hatinya, bahwa sebenarnya dia cemburu dengan perempuan-perempuan baru yang ada di samping Rangga. Dia benar-benar mencintai Rangga saat ini. Namun, tak perlu ada lagi yang dibicarakan jika luapan kebencian terhadap dirinya telah benar-benar membanjiri hati dan pikiran Rangga.

“Aku ingin  kita berpisah saja.. pulangkan aku pada kedua orangtuaku.. tak usah kau hiraukan Rainy lagi.. biarkan dia tinggal bersamaku.. Aku yang melahirkannya..”

Rangga terkesiap.kaget.

“Jadi itu maumu?” tanya Rangga sembari menahan amarahnya.

“Baiklah.. detik ini kau kutalak, besok aku akan mengurus perceraian kita” Rangga berkata dengan emosi tertahan. Entah itu emosi kebencian atau kesedihan.

-----Bersambung-----

Selanjutnya : Fragment Kedua : Tentang Perjumpaan (ditulis oleh utami putri) kolaborasi denga utami putri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun