Mohon tunggu...
Empuss Miaww
Empuss Miaww Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Free thinker

Biarkan sang Rembulan bercerita,,, ( http://empuss-miaww.blogspot.com/ )

Selanjutnya

Tutup

Money

Pasar Tradisional Sebagai Identitas Kota

6 Januari 2013   17:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:26 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_233952" align="aligncenter" width="300" caption="Mr. Anatoly dari rusia saat berjalan ke pasar tradisional"][/caption] Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli dalam memenuhi kebutuhan. Keberadaan pasarpun berkembang sesuai dengan perkembangan kota tersebut, bahkan tidak jarang sebuah kota tercipta dari sebuah pasar dahulunya. Menciptakan sebuah hubungan simbiosis mutualisme antara pedagang dan calon konsumennya. [caption id="attachment_233953" align="aligncenter" width="300" caption="salah satu sudut pasar tradisional di kota pekanbaru"]

13574918731086008104
13574918731086008104
[/caption]

Pasar tradisional yang merupakan tempat bernaung bagi 12,6 juta pedagang (diluar pemasok, pegawai dan keluarganya), yang tidak di akui sebagai entrepreneur oleh wakil presiden Boediono, menyebar pada 13.450 pasar di seluruh Indonesia (Kementrian Perindustrian dan Perdagangan, 2007) saat ini mulai tergerus oleh arah perubahan modernisasi dengan hadirnya pasar modern yang hadir sampai mengepung keberadaan pasar tradisional tersebut. Pemerintahpun sebenarnya menyadari pentingnya keberadaan pasar tradisional ini dalam pembentukan identitas sebuah kota dan keunggulan budaya sebuah kota. Pada pasar tradisionallah seorang calon entrepreneur muda dapat memasarkan produknya tanpa harus menghadapi biaya - biaya yang dibebankan kepada dirinya seperti saat dia menaruh barang di pasar modern (contohnya hypermarket, ada biaya angkut, biaya rak dan sebagainya). Seringkali regulasi yang telah dikeluarkan oleh pemerintah pusat tentang penataan jarak antar pasar modern tidak dilaksanakan bahkan di langgar pada level pemerintahan daerah, berdirinya minimarket - minimarket yang tanpa ijin dan letaknya saling bersebelahan dan bersaing serta promosi gencar yang dilakukan baik melalui media massa atapun di toko ritel membuat sebagian masyarakat mulai beralih ke pasar modern, padahal belum tentu harga yang ditawarkan oleh pasar tradisional lebih mahal daripada pasar modern. Selain itu, penataan pasar yang berjalan sepihak tanpa membawa pihak pedagang sebagai subyek pelaku juga membuat anggaran yang sia - sia terbuang percuma setiap tahun anggaran untuk merelokasi pedagang ke pasar yang baru tanpa ada yang menempati, timbulnya pedagang kaki lima yang berasal dari penggusuran pasar tradisional lama menjadi pasar modern, timbulnya pengangguran, dan lain sebagainya. Padahal pasar tradisional dapat menjadi sebuah tempat untuk menarik wisatawan luar negeri saat berkunjung dan mempelajari kebudayaan sebuah kota dan bagaimana kota berkembang dari hadirnya pasar tradisional, pasar tradisional juga dapat menjadi kawah candramuka sekolah informal bagi entrepreneur - entrepreneur muda Indonesia. Semoga ditengah gencarnya serangan pasar modern hadir di segala penjuru kota, pasar tradisional tetap dapat berdiri menjadi bagian dari sejarah sebuah perkembangan kota. [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="http://vacation-star.blogspot.com/"]

http://vacation-star.blogspot.com/
http://vacation-star.blogspot.com/
[/caption] Pustaka : 1.       Catatan warga tentang pasar tradisional 2.       6 pasar tradisional terkenal di Indonesia 3.       Relokasi pasar yang sia - sia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun