Mohon tunggu...
Empuss Miaww
Empuss Miaww Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Free thinker

Biarkan sang Rembulan bercerita,,, ( http://empuss-miaww.blogspot.com/ )

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Siapa gadis di rumah kontrakanku?

10 September 2011   21:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:04 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_134215" align="aligncenter" width="300" caption="googling"][/caption]

“Huft,,,” gumamku setelah menyelesaikan semua laporan pekerjaanku selama satu minggu di meja kantor, pekerjaan sebagai Geologist di sebuah Perusahaan tambang batu bara di daerah Lubuk Jambi memang sangat menguras energi ku satu minggu ini, naik turun kaki bukit barisan, menentukan lokasi penemuan deposit batu bara melalui GPS dan kemudian membantu pembuatan peta lapangan kepada kawan dikantor.

Akhirnya aku dapat menikmati masa senggang setelah keluar dari kantor, jam di tangan sudah menunjukkan pukul 22.00 dan aku mengeluarkan sepeda motorku dari garasi kantor, menghidupkannya dan kemudian mengendarainya keluar dari halaman rumah yang sering dipakai sebagai kantor kami ini, maklumlah, karena operasional perusahaan sebahagian besar berkutat di lapangan, tidak mungkin menyewa sebuah ruko sebagai kantor permanen

Sepeda motor yang aku kendarai menyusuri jalanan yang mulai lenggang dengan kecepatan yang rendah, tidak terlalu laju, aku belum ingin terburu – buru untuk pulang, sekalian sedikit melepas beban kerja dan capek di atas motor. Dalam perjalanan, teringat aku akan seorang gadis yang senantiasa menungguku dirumah saat aku pulang. “gadis aneh” batinku, yah bagaimana tidak aneh, saat aku baru pindah rumah tiba – tiba saja di tengah malam dia datang, mengatakan itu rumahnya, “Hei,,, bagaimana mungkin ini menjadi rumahmu juga? Aku sudah membayar kontrakannya” teriakku kepada dirinya.

Yah, begitulah sekelumit kisah awal perjumpaan aku dan dirinya, akhirnya kami tinggal serumah, namun tentu saja tetap beda kamar, aku tidur di kamar depan, dan dia menempati kamar belakang dekat gudang di belakang rumah. Toh, hanya akhir pekan saja kami berjumpa, itupun jika aku berkeinginan untuk tidur di rumah.

Biasanya saat aku pulang, aku terpaksa mendengarkan semua cerita – ceritanya, tentang kehidupannya dulu, “eh,,, sejak kapan kita menjadi sahabat? Kan kamu yang mulai menggangguku” teriakku kepadanya saat dulu dia mulai bercerita pertama kali, namun dia cuek saja tetap bercerita, yah gimana lagi, terkadang aku sampai ketiduran saat dia berbicara, menjadi semacam dongeng pengantar tidur untukku.

***

Namanya Kuni, berusia 20 tahun, berbeda 9 tahun dari diriku, berasal dari daerah di Pulau Jawa, dia merantau ke pulau ini sejak baru lulus SMA untuk sekedar mencari rezeki bagi dia dan keluarganya di kampong halaman.

Pekerjaannya menjadi seorang Costumer Service sebuah perusahaan telekomunikasi ternama di kota ini, letak kantornya berada di tengah kota, cukup jauh dari tempat kami biasanya kontrakan, pembawaannya yang supel dan ceria, membiat dia banyak di sukai oleh rekan – rekan tempat dia bekerja, termasuk Rudi, rekan kerjanya sesame Costumer Service, bermula dari pertemanan biasa, kemudian mereka berhubungan menjadi pacaran.

Terus terang, rumah kontrakan kami berada jauh dari tempat dia bekerja, dengan tetangga terdekatpun juga sangat jarang, karena harga sewanya yang murahlah membuat Kuni menyewa rumah ini, biasanya saat dia akan pergi dan pulang kerja, Rudi akan pergi bareng dengan Kuni, terkadang karena keadaan rumah yang mendukung dan soal asmara yang sudah membara, mereka sering melakukan hubungan cinta yang sudah melewati batas. Rudi pun sudah sering menginap di rumah ini, jauhnya dari rumah tetangga terdekat membuat mereka semakin bebas dan liar, akhirnya semua mencapai batasnya, saat Kuni hamil, dia menjadi panic karena takut terancam pekerjaannya di kantor.

***

Aku mematikan mesin motor dihalam rumah, gelap gulita, karena aku lupa menghidupkannya saat terakhir kali aku pergi kerja minggu kemarin, aku membuka pintu rumah, menghidupkan lampu rumah serta memasukkan motor ke dalam rumah. Kemudian aku mengambil handuk dan pergi mandi, kesegaran terasa setelah membersihkan semua kotoran yang melekat di tubuh.

Menikmati saluran TV di ruang tengah sambil duduk santai, sedikit membuat kelelahan mulai menghilang dari tubuhku, namun aku masih terlalu lelah untuk tidur, ada yang terasa kurang malam ini, celoteh – celoteh Kuni yang senantiasa aku dengar sebelum tertidur pulas.

Aku pergi menuju kamarnya, berdiri di depan pintu berdebu yang jarang aku bersihkan, aku membuka kamarnya, menghidupkan lampu yang sudah di penuhi oleh laba – laba, menuju sebuah meja yang terletak di samping tempat tidur, ku temukan sebuah kotak music yang dipenuhi debu, tiba – tiba teringat aku akan pembicaraan kami dua minggu lalu.

***

“Malam itu sangat menakutkan sekali”, cerita Kuni, “Saat aku mengetahui tentang kehamilan 4 bulan ku,dan aku bercerita kepada Rudy, dia tidak percaya,, karena kami senantiasa memakai pengaman saat melakukan hubungan cinta itu, Rudy bahkan menuduhku berselingkuh dengan pria lain, dan tentu saja aku jawab dengan keras bahwa aku tidak pernah berselingkuh. Malam itu, hujan turun deras sekali, kami bertengkar hebat dan tidak henti – hentinya saling memaki, mungkin setan telah merasuki pikiran Rudy, dia menjadi kalap dan mencekik leherku, aku hamper mati kehabisan nafas, bahkan kemudian aku pingsan. Rudy kemudian menjadi panic, dan mengira kau sudah mati, dengan terburu – buru dia menggali lubang di halaman belakang rumah, kemudian dia menyeret tubuhku yang sebenarnya hanya pingsan saja, memasukkan aku kedalam lubang itu dan menimbunku dalam tanah, akhirnya aku mati lemas didalam gundukan tanah itu”.

Kuni menangis saat dia menceritakan kisah pilunya kepada diriku, membuatku duduk terdiam, bingung dan tidak tahu harus bagaimana, mungkinkah memberikan selembar sapu tangan kepada sesosok “hantu”?

Kemudian dia kembali bercerita, “ maka maaf jika aku sering mengganggu ketenangan dirimu dirumah ini, aku hany punya permintaan terakhir, tolong kuburkan jasadku dengan layak, dan berikanlah kotak music di meja kamarku kepada adikku dikampong halaman sebagai kenangan akan diriku” tutupnya.

***

Aku masih berdiri di samping meja Kuni dalam kamar dimana dia hidup untuk terakhir kalinya, teringat akan pesan terakhirny saat dia berbicara kepadaku, kemudian aku mengambil cangkul dan pergi ke halaman belakang, aku lihat bayangan Kuni sedang berdiri di atas gundukan Bunga Kamboja di dekat pohon kelapa, “Kuni,,,” teriakku, namun Kuni tiba – tiba saja menghilang dari pandangan.

Dengan cangkul, kugali gundukan bunga kamboja itu, dan kemudian aku menemukan kerangka manusia didalamnya, lengkap dengan baju terakhir yang pernah dia pakai sewaktu dia masih hidup, segera aku telefon pihak kepolisian tentang penemuan ini. Duduk dibawah pohon Kelapa yang terang oleh Purnama yang bersinar dilangit, aku berbisik, “ akan aku makamkan dirimu di kampong halamanmu, dan akan aku sampaikan pesan terakhirmu untuk adikmu,,,”.

[caption id="attachment_134216" align="aligncenter" width="300" caption="googling"][/caption]

-00-

Kisah Misteri Lainnya

Perjumpaan di bangku taman

Cinta lama kembali datang

Sebuah Mobil Baru Dibeli

Misteri Dejavu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun