Orang bijak berkata, kritik atau pujian sesungguhnya bersifat netral. Sikap atau reaksi kita terhadap kritik atau pujian itulah yang menentukan apakah suatu pujian akan memotivasi kita kearah yang lebih baik atau meninabobokkan kita sehingga kita lupa diri. Sebaliknya kritik juga bisa menaikkan tensi darah kita atau sebaliknya membuat kita mawas diri- sekali lagi tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Pernyataan para tokoh lintas agama baru-baru ini cukup berhasil menaikkan suhu politik ditanah air. Beragam aksi dan reaksi segera muncul bagai ombak bertalu-talu. Ada yang pro, abstain dan tentu saja ada yang kontra. Kelompok yang pro dapat dibagi kepada 3 kelompok. Pertama, mereka yang sungguh-sungguh ingin memberikan koreksi konstruktif kepada pemerintah demi perbaikan bangsa. Mereka ini segera menyibukkan diri untuk menyiapkan data dan fakta permasalah sosial, ekonomi dan lain sebagainya serta solusinya - sebagai jawaban atas beragam masalah bangga yang hingga hari ini belum juga tuntas diwujudkan Pemerintah. Kedua, kelompok agesif yang melihat kritik sebagai " konflik". Mereka ini mulai sibuk untuk konsolidasi gerakan, memperluas jaringan. Asumsinya adalah bahwa konflik akan berlangsung lama dan meluas dan karena itu konsolidasi jaringan dan team menjadi keniscayaan sehingga memiliki nafas perjuangan. Kelompok ketiga "penumpang gelap" yang memang mencoba memancing diair keruh, agar situasi semakin chaos. Kelompok ini mulai berimazinasi untuk mengganti kekuasaan dan dengan pikiran liarnya mulai mewacanakan pergantian kekuasaan.
Sebaliknya bagi kelompok yang kontra kritik tentu saja marah. Kelompok ini dapat dikategorikan kepada 3 bagian juga yaitu: mereka yang marah namun terkendali sehingga tetap bisa berfikir positif dan jernih dalam menilai suatu kritik. mereka ini secara cerdas mencoba menelisik akar masalah dari kritikan tersebut dan mencoba menjajaki dialog konstruktif untuk mengatasi masalah. Kedua, kelompok yang reaktif dan segera menyiapkan data dan pakta baru untuk menggugurkan " tuduhan" tersebut. Ketiga adalah kelompok yang marah secara destruktif. Mereka ini mulai menyiapkan langkah-langkah balasan atau punishment bagi kelompok pengkritik.
Kita satu perahu- Yuk, menyelesaikan masalah tanpa masalah
Mari kita bicara soal kemiskinan misalnya. Pemerintah telah bekerja keras dengan segala daya upaya untuk mensejahterakan masyarakat. Bukti keberhasilan program tersebut dapat ditemukan disana-sini memang ada dampaknya bagi perbaikan hidup masyarakat miskin. Bahwa seluruh program tersebut belum bisa berjalan efektif dan efesien, juga belum merata dan belum mampu menjangkau seluruh rakyat Indonesia, juga merupakan fakta yang tak terbantahkan.
Baru-baru ini kami berkeliling puluhan desa dan menemukan dibeberapa desa tersebut ada program pemerintah. Rakyat desa tersebut jgua mengakui dan merasakan perbaikan nyata dengan ada nya program tersebut seperti PNMP Mandiri, Gapoktan, bedah rumah, KUBE Fakir Miskin, dan terutama Raskin dan lain sebagainya.
Sebaliknya, kami juga menemukan fakta bahwa masyarakat di puluhan desa yang kami temui hidupnya sangat memprihatinkan. Keluhan mereka umumnya adalah soal daya beli yang rendah terhadap kebutuhan pokok. Juga tidak meratanya program pemerintah tersebut (kecuali Raskin) serta lapangan kerja yang tidak tersedia cukup bagi banyak warga masyarakat sehingga umumnya mereka hidup berpindah-pindah dan atau menjadi pekerja serabutan.
Secara umum kendala orang miskin dipedesaan yang kami temui adalah soal ketersediaan lapangan kerja, dan kurangnya lifeskill sukses mereka serta permodalan untuk bekerja disektor informal. Potensi bisnis di daerah itu cukup menjanjikan bagi kelas menengah. Lahan luas terhampar. Potensi alam cukup menjanjikan. Namun agar sumberdaya tersebut bisa dikelola kaum miskin tentu saja mereka membutuhkan pendamping usaha, modal bergulir tanpa agunan dan tentu pelatihan keterampilan usaha serta bantuan sarana prasarana kerja baik dari pemerintah maupun sumbangan lain.
Bisa dibayangkan misalnya, bila pemerintah baik pusat maupun daerah menyediakan modal produktif serta sarana prasarana yang bisa digunakan oleh rakyat dalam mengelola pertambangan rakyat atau perkebunan rakyat serta mendukung pertumbuhan sektor informal lainya. Maka dalam jangka menengah akar masalah ketidakberdayaan masyarakat desa ini bisa diatasi. Dana untuk itu tentu sangat besar. Disinilah diperlukan kreativitas kepemimpinan baik dari pemeritnah pusat atau daerah dan atau dunia usaha   untuk menggunakan APBN dan APBD serta CSR dan PKBL BUMN untuk menyediakan asset strategis untuk pemberdayaan kapasitas kerja masyarakat. ini solusi terbaik yang kami tawarkan. Perguruan tinggi pun sangat baik untuk terjun kesana melalui pengabdian para mahasiswanya.
Mengatasi Masalah tanpa Masalah
Orang bijak berkata, kritik atau pujian sesungguhnya bersifat netral. Sikap atau reaksi kita terhadap kritik atau pujian itulah yang menentukan apakah suatu pujian akan memotivasi kita kearah yang lebih baik atau meninabobokkan kita sehingga kita lupa diri. Sebaliknya kritik juga bisa menaikkan tensi darah kita atau sebaliknya membuat kita mawas diri- sekali lagi tergantung bagaimana kita menyikapinya. Namun semua sudah terjadi, tugas kita kedepan adalah mengatasi akar masalah dari potensi masalah kesejahteraan sosial. Kita memerlukan orang bervisi besar, beretos besar dan tindakan revolusioner untuk mengubah para penyandang masalah kesejahteraan sosial ( PMKS ) sehingga menjadi solusi bagi kesejahteran masyarakat.