Mohon tunggu...
DH. ISMAIL Motivator
DH. ISMAIL Motivator Mohon Tunggu... -

DH.ismail, M.Si Penulis buku Rahasia sukses para juara dan etos bisnis tiada merugi. Saat ini aktif sebagai Pengusaha dan Pemimpin Redaksi majalah CSR Review, serta Wakil Pemimpin Umum Majalah JSR. Tokoh muda ini juga aktif memberikan konsultasi dibidang pengembangan diri dan kewirausahaan bagi UMKM di berbagai daerah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Timnas We Love You Full, Buktikan Saudaraku, Kita Bangsa Juara !

14 Desember 2010   07:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:45 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam dunia jurnalistik, reportase  investigasi masih merupakan metode paling tinggi nilai pelaporannya.  Melalui metode investigasi seorang jurnalis dituntut untuk dapat menggali fakta dibalik peristiwa,  sambil menjaga keselamatan dirinya.  Seringkali sang jurnalis harus menelisik jalan berliku sebuah persitiwa, merangkainya dengan smart dan lalu juga dituntut untuk mampu menghidangkannya kepublik dengan bahasa paling mudah dipahami. Luar biasa.

Pertanyaannya, mungkinkah pekerjaan penuh resiko dan sarat tantangan tersebut diberikan kepada jurnalis rabun Ayam? Mungkinkah tugas maha berat tersebut dipikul oleh para jurnalis yang terbiasa duduk dibalik meja? Jawabannya tentu saja tidak. Menjadi penulis atau jurnalis hebat dengan demikian membutuhkan elan kejuangan, daya tahan prima, konsistensi dalam memegang prinsip dan komitmen untuk mempersembahkan karya terhebat bagi kepentingan khalayak ramai. Itulah etos kerja para maestro - yaitu orang biasa dengan etos kerja luar biasa. Etos ini disebut dalam satu kata, VITALITAS.

Vitalitas adalah mengerjakan hal biasa dengan cara luar biasa.  Vitalitas seorang jurnalis tangguh tak hanya tampak dari kecerdikannnya dalam menemukan peristiwa dan jalan ceritanya, tetapi ia juga dituntut untuk tetap smart dalam melakukan cek, ricek, tripel cek  jalan cerita tersebut. Sukses dengan dua tahapan tersebut, sang jurnalis itu juga harus cerdas menentukan sudut berita, menentukan lead atau intro dan terakhir adalah menulis berita dengan bahasa yang lugas, jernih, dan mudah dipahami oleh pembacanya. Mungkingkah pekerjaan tersebut dilakukan oleh mereka yang tidak terlatih? Mungkinkah pekerjaan tersebut ditunaikan oleh jurnalis tanpa visi kesempurnaan dan motivasi superior?

Mau Contoh Lainnya, yuk kita lihat permainan hebat timnas sepak bola kita. Mereka sebentar lagi akan berlaga dilapangan hijau dengan  Filippina. Tak ada harapan terbaik bagi Bangsa Indonesia, kecuali memohon kepada para patriot bangsayang saat ini sedang sibuk berlatih di Timnas, agar dapat mempersembahkan permainan terbaiknya-dan menjadi Juara. Inilah kado terbaik Timnas untuk Indonesia.  Buktikan sobatku, Indonesia bangsa Juara ! Sdrku,  ajari kami, bagamana para juara sejati bermain indah, gigih, penuh vitalitas dilapangan hijau.  Tolong rebut piala itu dan arak keliling Indonesia, untuk membutktikan kita bangsa Juara. Kalau bukan kita siapa lagi. Now or never  !

12923111651701738070
12923111651701738070

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun