" Ketika mula didirikan, PT Pembangunan Jaya cuma dikelola oleh lima orang. Kantornya menumpang di sebuah kamar kerja Pemda DKI Jakarta Raya. Kini, 20-an tahun kemudian, Pembangunan Jaya Group memiliki sedikitnya 20 anak perusahaan dengan 14.000 karyawan" Ir. Ciputra
Sejarah perjalanan Taman Impian Jaya Ancol yang sekarang berubah nama menjadi Ancol Jakarta Bay City ( selanjutnya disingkat Ancol ) atau PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. (PJA) tidak bisa dipisahkan dari sejarah perkembangan kewirausahaan anak bangsa, khususnya dibidang pariwisata. Pesona Ancol dibidang kepariwisataan telah banyak ditulis. Namun, pesona Ancol sebagai kawasan wisata berbasis enterpreneurship, sesungguhnya sangat menarik untuk dikaji dan dijadikan nilai tambah baru sekaligus pengungkit kesuksesan Ancol Jakarta Bay City di abad Wirausaha saat ini. Pendekatan Wisata berbasis enterpreneurship khas Indonesia tak hanya berfungsi menjadikan Ancol simbol kemajuan pariwisata Indonesia, tetapi juga dapat menjadi sumbangsih enterpreneur Indonesia untuk kemajuan Enterpreneurs dunia terutama Asia. Inilah yang menjadi fokus tulisan singkat ini.
Sebagai kawasan wisata terkemuka di Indonesia, sejak abad ke 17 kemolekan Ancol telah memesona banyak kalangan termasuk Gubernur Jenderal Hindia Belanda Adriaan Valckenier saat itu. Di kawasan inilah sang Gubernur memiliki rumah peristirahatannya yang sangat indah.
Sayang beribu sayang,pesona itu sempat memudar dan nyaris terlupakan tatkalaPerang Dunia II meletus disusul perang kemerdekaan. " Saat itu sungai Ciliwung secara leluasa menumpahkan air dan lumpurnya ke sana sehingga mengubah kawasan tersebut menjadi kotor, kumuh, dan berlumpur. Kawasan yang semula cantik, berubah menjadi menyeramkan bagaikan 'tempat jin buang anak'." Tulis Wiki Pedia menggambarkan kondisi Ancol pada masa-masa itu. BeruntungIndonesia punya seorang Presiden yang brilian dan bervisi jauh kedepan.
Meski tuntutan pembangunan ekonomi saat itu lebih memerlukan kawasan ini sebagai basis pengembangan Industri-dan banyak pihak menginginkan fungsi tersebut, namun Bung Karno tetap keukeuh untuk menata ulang kawasan Ancol tersebut sebagai area wisata. Dengan terbitnyaKeputusan Presiden pada akhir Desember 1965, Bung Karno secara resmi memerintahkan gubernur DKI Jakarta, dr. Soemarno, untuk melaksanakan pembangunan proyek Taman Impian Jaya Ancol.
Namun badai ekonomi dan kondisi politik saat itu belum memungkinkan melaksanakan amanat Kepres tersebut. Barulah dimasa Ali Sadikin menjadi GubernurJakarta, pembangunan Ancol dilaksanakan oleh PD Pembangunan Jaya yang dipimpin seorang entrepreneur muda berbakat. Anak muda itu adalah Ir. Ciputra. Ya, PT Pembangunan Jaya sebagai Badan Pelaksana Pembangunan (BPP) dimana Ciputra sebagai Nahkodanya, sejarahpembangunan Ancol sebagai icon Wisata dan wadah pengembangan entrepreneurship anak bangsa ditorehkan. Luar biasa, Ciputra dan timnya tidak hanya berhasil gemilang membangun kawasan Ancol dari rawa-rawa, menjadi taman wisata impian wisatawan dalam negeri dan mancanegara, tetapi juga sekaligus membuktikan kepada dunia, bahwa sentuhan khas entrepreneurship anak bangsa yang bisa "mengubah sampah menjadi emas" - tak bisa dilihat sebelah mata.
" Ketika mula didirikan, PT Pembangunan Jaya cuma dikelola oleh lima orang. Kantornya menumpang di sebuah kamar kerja Pemda DKI Jakarta Raya. Kini, 20-an tahun kemudian, Pembangunan Jaya Group memiliki sedikitnya 20 anak perusahaan dengan 14.000 karyawan" kenang Ciputra seperti dicatat dengan tinta emas oleh penulis buku berjudul " Ciputra Way".
Ciputra bukan tipe entrepreneur yang cepat puas dan jago kandang. ``Kalau sudah merasa berhasil, biasanya kreativitas akan mandek,`` kata Dirut mantan PT Pembangunan Jaya itu.
Berkat etos bisnis super tersebutlah, Ancol bertumbuh menjadi raksasa bisnis yang tak saja menjadi kebanggaan warga Ibu kota, namun juga jadi kebanggan bangsa.Andaikata Bung Karno masih hidup, ia akan sangat bahagia menyaksikan kemajuan Ancol saat ini, sebagai buah dari keputusan cerdasnya tahun 1965 itu.
***
Bagi penulis yang saat ini berprofesi sebagai pelaku usaha,  pesona Taman Impian Jaya Ancol tidak saja memikat hati dari sisi kejeniusan manajemen Ancol dalam membangun kawasan eksotis yang memesona hati siapapun yang mengunjunginya- serta perolehan laba miliaran rupiah setiap tahun nya. Diatas semua itu yang jauh lebih memesona penulis adalah sprit entrepreneurship para pemimpin perusahaan tersebut yang terus mekar tak lekang oleh terik persaingan bisnis dan tak lapuk oleh hujan materialisme ibu kota. Ancol harus dijadikan miniatur sekaligus simbol kejeniusan dan idealisme enterpreneurs Indonesia.
Selama inisudah jamak kita dengar beragam stigma negatif yang ditujukan kepada Pemerintah serta BUMN pada umumnya. Tatakelola Manajemen Bisnis Plat merah selalu dicap raport merah, tak ada yang becus, apatah lagi perusahaan Daerah di Ibu Kota. Itulah stigma negative yang hingga hari ini masih menggelayuti benak banyak orang. Tetapi bila mereka melihat pertumbuhan Taman Impian Jaya Ancol saat ini, dan juga pesona pertumbuhan PT. Telkom, niscaya stigmatisasi tersebut akan terbantahkan dengan sendirinya. Kesuksesan PT. Ancol dengan demikian, menjadi bukti bahwa kesuksesan sebuah projek atau program pemerintah dan atau BUMD, selalu tergantung pada orang-orang dibalik projek tersebut. Meminjam perkataan bijak George Bernard Shaw