Mohon tunggu...
Breck Javic
Breck Javic Mohon Tunggu... -

Pengamat Ide, bersahabat dengan Pisang goreng dan Kopi hitam tanpa gula

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makassar-Sydney: Idealisme Men-'coto'-kan Dunia

5 Mei 2013   17:13 Diperbarui: 1 Februari 2016   23:07 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehidupan manusia tidak bisa bisa terlepas kebutuhan pada makanan, makanan i inheren pada rutinitas keseharian manusia.  Maka tidak berlebihan jika makanan  menjadi produk  peradaban setiap bangsa sekaligus menjadi ciri dan identitas setiap bangsa.  Makanan bukan hanya kebutuhan  manusia, makanan memiliki sejarah dan filosofi tersendiri dalam peradaban manusia. Makanan adalah artefak akademik, yang menceritakani kisah panjang tentang  suatu bangsa; spirit, karakter, kreatifitas dan imaginasi yang teramu dalam racikan dan perpaduan cita rasa bumbu masakan yang menciptakan sensasi rasa dan kenikmatan yang berbeda dan unik disetiap masakan.

Pada 28 April 2013 di Sidney, Australia, Muzayyin dan beberapa warga Indonesia melakukan grand opening secara resmi restauran yang menyajikan Coto Makassar itu. Restauran tersebut dinamai LONTARA, Coto Makassar and Culinary. Nama yang diambil dari nama huruf Suku Bugis dan Makassar digunakan untuk mengenalkan tradisi Bugis-Makassar di dunia internasional.

Coto dan Spirit berkompetisi

Keberadaan Coto Makassar merupakan salah satu contoh kuliner yang memiliki kekayaan  dan nilai sejarah yang cukup kompleks. Secara historis, Coto seperti Artefak sejarah yang kaya akan nilai filosofi, seni dan warna , Coto adalah hidangan yang diproduk dengan keluhuran dan ketinggian imaginasi  para pendahulu, yang berakulturasi  dari berbagai racikan resep dan prosesi budaya akhirnya menjadi hidangan monumental khas Indonesia.

Maka tidak terlepas dari itu semua, banyak makna terhadap Launching Warung Coto Makassar di sidney yang lahir dari gagasan Muzayyin, merupakan sosok anak muda yang mampu meramu dan merefresentasikan spirit dan keunikan bangsanya. Coto Sydney menunjukkan  tekad Pergumulan  Visi ditengah kompetisi global , ini menunjukkan kuatnya Sensitifitas Muzayyin  terhadap keunggulan peradaban bangsanya.  Mengambil sampel, Jika bangsa Jepang melakukan ekspansi (menjepangkan dunia) melalui kecanggihan kendaraan, maka kenapa tidak; kita coba Men ‘ Coto’ kan Dunia.

Atas asumsi, Jika semua Manusia telah diciptakan dengan segala keistimewaan dan keunikannya masing-masing berarti suatu bangsa juga telah diberikan keutamaan yang teramu dalam sejarah dan peradabannya. Keberanian dan kebernasan Muzayyin Arief mendorong Coto Makassar untuk memasuki kompetisi Global sesungguhnya merupakan sinyalemen tak terbantahkan bahwa Bangsa Indonesia harus meramu kembali Resep sejarah guna merebut generasi keemasan yang pernah dan akan terus dimiliki bangsa ini, hal ini cukup beralasan sebab mengutip  sebuah ungkapan; siapa yang tidak belajar dari sejarah, maka dia harus membayar sangat mahal untuk mengulanginya.

13677485111498673819
13677485111498673819

tentunya, Ramuan dan cita rasa Coto Makassar merupakan refresentasi terhadap keunggulan perpaduan Imajinasi dan keluhuran budi pekerti para pendahulu, atas asumsi bahwa makanan selalu merujuk pada entitas yang membuatnya. Makanan mengungkap kedirian bangsa ini. “You Are What You eat” adalah ungkapan yang jamak digunakan. filosofi atas  Keragaman varietas Bumbu dan Bahan masakan Coto Makassar menjadi indikator penting tentang khasanah sikap dan karakter bangsa Indonesia yang  egaliter dan berkeadilan merupakan keutamaan yang melekat.

Ramuan Coto Makassar bak orkhestra yang menggelitik dan menghidupkan kembali harmoni rasa, kandungan nilai nutrisi dan perpaduan rempah yang seimbang dapat membawa para penikmatnya melintasi pengalaman dan ekspektasi Syaraf lidah. Maka kenapa tidak, kita bersama “Cotokan Dunia’ membuka mata dan harapan dan spirit bahwa Rasa tidak pernah berbohong, makanan akan selalu Jujur dan apa adanya. Seperti itulah keberadaan sejarah bangsa ini . akhirnya,  jangan bertanya apa yang bangsa ini berikan pada  anda, tapi mesti bertanya: sudahkan anda makan “Coto” hari ini??

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun