Zaman Neoklasik, yang berkembang pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20, merupakan periode penting dalam sejarah ekonomi. Periode ini ditandai dengan perkembangan teori ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip pasar bebas dan penekanan pada keseimbangan antara penawaran dan permintaan.
Fondasi Teori Neoklasik
Pasar Bebas dan Mekanisme Harga: Pada zaman neoklasik, peran pasar dalam menentukan harga dan alokasi sumber daya menjadi fokus utama. Adam Smith, salah satu tokoh utama zaman ini, percaya pada konsep "tangan tak terlihat" yang menggambarkan bagaimana pasar yang bebas akan secara alami mengatur dirinya sendiri.
Teori Nilai Marginal: Teori nilai marginal, yang dikembangkan oleh ekonom-econom seperti William Stanley Jevons, Carl Menger, dan Leon Walras, menjadi landasan penting dalam zaman neoklasik. Konsep ini menjelaskan bahwa nilai suatu barang atau jasa ditentukan oleh kegunaan tambahan dari satu unit terakhir yang dikonsumsi.
Peran Konsumen dan Produsen
Perilaku Konsumen: Konsumen dianggap sebagai agen ekonomi yang rasional dalam zaman neoklasik. Mereka dianggap memaksimalkan utilitas mereka dengan cara memilih kombinasi barang dan jasa yang memberikan kepuasan tertinggi sesuai dengan anggaran yang mereka miliki.
Perilaku Produsen: Produsen juga dianggap rasional dalam mengalokasikan sumber daya mereka untuk memproduksi barang dan jasa yang akan menghasilkan keuntungan maksimal. Konsep biaya produksi dan teori kesetimbangan perusahaan menjadi bagian penting dari analisis neoklasik.
Ada beberapa para ekonom pada saat itu salah satunya Alfred Marshall: Dia adalah ekonom Inggris yang memainkan peran besar dalam pengembangan teori nilai, penawaran dan permintaan, serta konsep-konsep tentang keuntungan perusahaan.Â
Namun ada beberapa kelemahan pada zaman Neoklasik diantara ialah
Â
Keterbatasan dalam Memperhitungkan Faktor Non-Ekonomi: Pemikiran neoklasik cenderung mengabaikan faktor-faktor non-ekonomi yang juga memengaruhi keputusan ekonomi, seperti faktor sosial, politik, dan lingkungan. Hal ini dapat menyebabkan ketidakmampuan dalam memahami dampak penuh dari keputusan ekonomi.