Mohon tunggu...
Dina Febiyanti
Dina Febiyanti Mohon Tunggu... Konsultan - Antropolog - penulis

coffee, susu, indomie, memasak, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Budaya Beres-Beres ala "The Life Changing Magic of Tidying Up" Marie Kondo

10 Februari 2023   15:19 Diperbarui: 14 Februari 2023   10:53 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pinterest/dreamgreendiy.com

Seni beres-beres  saat ini sangat banyak di bahas dan di praktikkan  di berbagai media sosial.  Buku-buku dan tips seputar budaya beres-beres dan hidup minimalis juga semakin kian banyak  berjejer rapi di toko buku . Selain itu ada banyak juga para influencer hingga artis menyuguhkan dan mempraktikkan  sebuah content berbenah atau berberes-beres. 

Gaya hidup minimalis dan budaya beres-beres ini pun juga sudah menjadi nilai komersil di platfrom digital. Budaya beres-beres ini bahkan menjadi sebuah nilai jual yang ramai dilakoni oleh para content  creator. Sebelum lebih jauh kita  membahas budaya beres-beres  ini, saya akan menelisik sedikit tokoh pencetus budaya beres-beres tersebut.

Budaya beres-beres dan hidup minimalis ini pertama kali saya baca dalam Buku "The Life Changing Magic of Tidying Up" Karya Marie Kondo, seni beres-beres dan Metode merapikan ala Jepang merupakan buku yang ditulis oleh penulis wanita asal Jepang yaitu Marie Kondo. Teknik dan cara beres-beres ala Marie Kondo ini dikenal dengan Metode KonMari. Metode beres-beres ala Jepang ini diyakini sangat ampuh untuk merapikan.

Mendengar kata beres-beres tentunya hal pertama yang paling terbersit di pikiran kita adalah rumah. Rumah adalah tempat dimana kita sering beres-beres. Selain rumah adalah tempat untuk pulang, rumah adalah tempat ternyaman, rumah ku istana ku, dan masih banyak istilah lainnya untuk mendeskripsikan sebuah rumah. 

Bahkan rumah juga sering menjadi tempat yang tidak nyaman dan aman di tempati untuk sebagaian orang. Hal ini didasari karena kondisi penataan rumah yang tidak rapi dan berantakan. Sehingga membuat penghuninya tidak betah berada dirumahnya sendiri.

Gejala ini lah yang menjadi salah satu ketertarikan Marie Kondo mencetuskan budaya beres-beres tersebut. Menurut saya menata rumah dengan rapi adalah suatu keharusan, karena rumah merupakan tempat yang disinggahi, dan rumah tempat kita untuk beristirahat. Rumah yang rapi, tertata dan bersih juga menjadi penunjang kesejahteraan hidup dan kelancaran beraktivitas agar kita terhindar dari rasa stress dan penyakit.

Pemicu kenapa orang-orang masih merasa begitu stress berada di dalam rumah, bisa jadi disebabkan karena penataan barang-barang dan perabotan dirumah yang tidak minimalis. 

Adanya metode KonMari ini menurut saya menjadi sebuah gaya hidup yang baru bagi saya. Hal ini dikarenakan dengan budaya beres-beres dan gaya hidup minimalis yang dikemukakan oleh Marie Kondo ini menjadikan saya untuk tidak menjadi manusia yang konsumtif. Dengan tidak menumpuk barang dan membeli barang-barang yang mungkin tidak bernilai penting dan berguna.

Berprilaku tidak konsumtif untuk membeli barang yang sekiranya tidak terlalu dibutuhkan dapat menghindari  surplus ( penumpukan barang).  Jadi untuk menghindari terjadinya penumpukan barang, Marie Kondo mengurutkan beberapa metode beres-beres untuk menyortir barang-barang yang menumpuk dan tidak di pakai di dalam rumah. 

Pertama, kita harus menjadikan kegiatan beberes seperti acara besar, cukup dilakukan sekali secara menyeluruh, selebihnya kita hanya perlu mempertahankannya.Kedua, kita harus mulai membiasakan untuk gak menyetok barang secara berlebihan yang akhirnya numpuk dan gak terpakai. Hal ini juga berlaku seperti suvenir, merchandise, dan barang-barang remeh lainnya yang sekiranya gak akan kita pakai lebih baik gak perlu dibawa pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun