Di sini saya akan membandingkan kebudayaan di Indonesia dan jepang karena saya telah tumbuh di antara dua kebudayaan sekaligus yaitu Indonesia dan Jepang. Di jepang sangat ketat terhadap penggunaan waktu. Dalam sistem transportasi di Jepang, entah itu Bus, entah itu kereta, memilikijadwal sendiri-sendiri. Di sana macet jarang sekali terjadi jadi selalu bisa datang dengan tepat waktu. Bila terjadi kecelakaan ataupun kemacetan, untuk bus tidak begitu dipermasalahkan. Tetapi bila kecelakaan terjadi di kereta, jepang memiliki solusi yang baik untuk memperbaikiketerlambatan yang terjadi akibat kecelakaan itu. Jadi walau ada gangguan sedikit di jadwal itu, akan kembali seperti semula dalam waktu singkat. Di jepang terjadi keterlambatan 1 menit saja sudah mengalami kerugian yang cukup besar. Maka dari itu masinis kereta di sana bukan sembarangan.
Selain itu, perusahaan kereta sudah memperkirakan kapan jam-jam padat dan kapan tidak.
Biasa di jam padat akan perbanyak ekspres dari yang biasanya, dan stasiun-stasiun yangakan berhentipun akan berubah, biasanya mendikit.
Di bus juga sudah disediakan halte pada setiap daerah jadi bus sudah pasti akan berhenti di halte-halte tertentu, bukan di luar halte seperti di Indonesia. Oleh karena itu transportasipun lancar. Buspun disediakan oleh perusahaan jadi tidak ada istilah bus liar. Bus sudah ditentukan bus yang mana yang akan berangkat dan kapan berangkat.
Bandingkan dengan Indonesia. Indonesia cukup terkenal dengan kemacetan terutama di Jakarta. Jumlah angkutan umum yang terlalu banyak membuat kemacetan dan polusi yang akan membuat udara tidak segar. Di sini sudah disediakan halte tetapi tidak dimanfaatkan maksimal. Tetap saja ada orang yang naik bus di luar halte. Karena buspun berhenti tiba-tiba di tengah jalan jadi akan membuat kemacetan sebentar. Jarang sekali orang menuruti rambu-rambu lalu lintas. Sudah ada tanda dilarang berhenti di area ini tetapi tetap saja bus berani-beraninya berhenti dan menaiki penumpang. Supir tidak memikirkan peraturan yang ada.
Bila ada polisi saja akan dituruti. Selain itu, di kalangan bus sering ada yang namanya rebutan penumpang. Biasanya sudah mendekati stasiun atau di saat penumpang kosong biasanya ngebut untuk mendapatkan penumpang yang datang dari stasiun. Dengan cara pengendaraan yang kasar keselamatan penumpang tidak dipikirkan. Selain itu supir bus sering sekali melakukan pemberhentian yang lama dengan tujuan mencari penumpang.
Hal ini juga sangat mengganggu kelancaran lalu lintas sekaligus membuang waktu penumpang.
Bila ada yang protes juga tetap dibalas demi mencari nafkah. Kebanyakan supir mencari nafkah tidak memikirkan kepentingan orang lain. Di dalam transportasi kereta juga sangat berbeda dari Jepang. Di sini untuk penjadwalan sudah hampir tidak berarti. Selain itu, kereta ekonomi biasa, semua pintu terbuka begitu saja. Bukankah ini sangat berbahaya bila ada orang yang tak sengaja mendorong orang yang di dekat pintu?
Begitu juga aksi naik kereta di atap. Ini juga sangat membahayakan. Berhubung tidak diberikan solusi kepadatan penumpang dengan memperbanyak jumlah operasi kereta, maka orang-orang berusaha naik ke dalam kereta agar tidak terlambat. Dan di dalam kepadatan itu ada saja yang mencari kesempatan untuk mencuri. Karena hal-hal ini membuat orang jadi tidak mau naik kereta dan naik bus kota.
Saat di dalam kereta juga, masinis tidak memberitahukan tujuan stasiun berikutnya. Jadi sering sekali terjadi kelewatan stasiun bagi yang belum pernah naik kereta. Bila ada pemberitahuan stasiun berikut yang akan berhenti, tentu orang-orang tidak mengalami kebingungan.
Hal yang terungkap di atas, di Jepang semuanya tersolusi. Sebelum kereta datang, sebelum kereta berangkat semuanya diberikan pemberitahuan agar tidak terjadi kebingungan.
Selanjutnya mengenai sampah di Jepang. Di jepang soal sampah sangat ketat juga.
Tidak ada yang berani membuang sampah di jalan. Bila ada yang berani membuangpun, aka nada teguran dari masyarakat sekitar. Jadi sejak kecil sudah dibiasakan yang namanya buang sampah pada tempatnya. Di masa SD juga sering ada kegiatan pemungutan sampah di taman sekitar atau yang di dalam daerah. Satu angkatan pergi bertamasya ke taman dan makan, bermain, setelah selesai diadakan pemungutan sampah massal. Jadi taman-taman selalu keadaan bersih. Di dalam angkutan umumpun tidak diperkenankan membuang sampah.
Bila minuman habis atau makanan habis, harus dibawa sampai ketemu tempat sampah di haltenya. Jadi jelas bila dikatakan Jepang bersih dari sampah, karena alasannya seperti itu.
Serokan juga sangat bersih, sampah-sampah jarang terlihat. Di sana saluran air ada di bawah tanah jadi sangat langka terjadi kebanjiran. Sungai-sungai juga dibuat dalam agar bila terjadi hujan badaipun air tidak naik dengan mudah. Tentu tidak ditemukan sampah sedikitpun di sungai itu kecuali limbah-limbahnya sedikit.
Bandingkan dengan Indonesia. Indonesia sering sekali terjadi banjir semua karena sampah yang terbuang sembarangan entah itu di serokan, di sungai maupun di jalanan.
Sudah diajarkan bahwa buang sampah pada tempatnya namun tetap saja buang di asal tempat.
Hal ini sebenarnya mungkin masih bisa masuk akal karena memang sangat sedikitnya tempat sampah yang disediakan di setiap tempat. Orang-orang memang sadar bahwa buang sampah harus pada tempatnya. Namun tempat tersebut tidak tersedia, maka kita harus membuangkemana? Tetapi memang ada saja orang tidak mau membuang pada tempatnya atau membawa sampah tersebut sampai menemukan tempatnya.
Di sini saluran air tidak dibuat di bawah tanah jadi saluran air hanya ada di pinggir jalan.
Kita bisa melihat betapa banyaknya sampah yang terbuang di pinggir jalan saat banjir.
Padahal kita sadar bahwa banjir disebabkan karena sampah. Tetapi tetap saja ada yang berani membuang sampah ke sungai maupun ke pinggir jalan.
Di sini terlalu banyak penggunaan plastik. Beli minuman di botol kaca agar bisa dibawa ke mana-mana dimasukkan ke plastik dan diberikan sedotan. Memang di Indonesia banyak sekali sampah plastik karena itu alasannya. Bila semua minuman dikemasi dengan kaleng atau botol plastik, mungkin banjir bisa diatasi lebih baik.
Selanjutnya tentang kehidupan di setiap musim yang berbeda.
Di jepang memiliki 4 musim yang berbeda yaitu semia, panas, gugur dan dingin.
Setiap musim orang-orang jepang kehidupannya akan berubah. Di musim panas sangat laris AC dan kipas angin. Pakaianpun tipis-tipis. Selain itu, di kehidupan sekolah ada yang namanya liburan musim panas. Liburan musim panas ini berlangsung selama 1 bulan dan tentu diberikan banyak PR. Selain itu, siswa diwajibkan untuk berkarya. Selain itu, diadakan senam radio di pagi hari di taman. Bila bisa ikut dengan rutin diberikan hadiah. Di akhir liburan musim panas selalu ada pesta musim panas di daerah masing-masing. Banyak toko-toko yang datang ke taman, bermain kembang api, banyak aktivitas yang seru di liburan musim panas. Di saat musim gugur, tanaman mulai mati karena sudah mau memasuki musim dingin. Harga sayuranpun akan mengalami kenaikan.
Orang-orang biasanya akan bersiap-siap untuk menghadapi musim dingin nanti.
Di saat musim dingin orang-orang memakai baju penghangat, topi, dan penghangan kuping dan sebagainya agar badan tetap hangat. Dan dirumah juga ada stove dan meja penghangat.
Di SD walau musim dingin tetap diajarkan untuk bermain di luar dan berkeringat agar badantetap sehat. Bila saat istirahat di kelas saja maka akan kena hukuman lari keliling lapangan.
Saat musim semi, para pelajar akan naik kelas. Musimnya sekolah dimulai kembali. Biasanya banyak toko menyediakan tas-tas untuk SD.
Dibandingkan dengan Indonesia. Di Indonesia hanya ada 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pakaian tidak ditentukan oleh musim. Semua orang memakai pakaian yang serupa di musim apa saja. Tetapi memang di saat musim hujan orang-orang waspada membawa payung atau jas hujan. Menurut saya di Indonesia kehidupan di setiap musim tidak begitu jauh berbeda.
Di sini di setiap 17 Agustus dalam rangka memperingati hari kemerdekaan, biasanya di kalangan masyarakat kecil diadakan lomba kecil untuk anak-anak. Selain itu juga di Idhul Adha ada kegiatan pemitingan hewan qurban. Kegiatan ini dilaksanakan karena budaya oleh agama, bukan kebudayaan yang Indonesia miliki.
Terakhir tentang menjalin hubungan antar sosial.
Di jepang hubungan antar laki-laki dengan perempuan di masa kecil itu sangat buruk.
Hingga masa SMP, laki-laki dan perempuan itu hubungannya seperti orang tak dikenal.
Sering sekali di sana terjadi pengejekan terhadap orang yang memiliki perbedaan dari yang lain.
Pengejekannya bisa sangat parah sampai korban tidak mau bersekolah atau pindah sekolah, bahkan yang tidak kuat mental hingga bunuh diri. Pemaksaan dan penodongan terhadap anak yang lemah. Di jepang hal-hal itu boleh dibilang sudah membudaya.
Dibandingkan dengan Indonesia, Indonesia hal itu jarang sekali terlihat. Mungkin di masa SD / SMP ada tetapi masih bisa diselesaikan dengan bantuan guru. Tetapi kalau sudah masalah tawuran, tidak kalah hebatnya dari jepang. Tawuran antar pelajar dalam sekolah maupun beda sekolah juga membudaya di negara ini. Semua berakibat dari yang hal sepele hingga hal yang memang berat.
Sekian perbandingan budaya antara Jepang dan Indonesia, kalau dilihat dari tulisan-tulisan di sini persamaan antara Indonesia dan Jepang sulit sekali ditemukan.
Walau di sini saya Kebanyakan menuliskan hal-hal jelek dari Indonesia, saya tetap sadar bahwa berwarganegara Indonesia dan tetap bangga dengan Indonesia. Saya memakai 2 kebudayaan sekaligus di sini, yang dari jepang kira-kira yang bisa dipakai di sini saya memakai.
Budaya-budaya buruk Indonesia yang saya dapatkan, ditutupi dengan budaya baik dari Jepang. Begitu juga budaya buruk yang saya dapatkan di Jepang saya tutupi dengan budaya Indonesia yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H