Banyak sekali siswa maupun mahasiswa yang masih meremehkan soal “waktu”.
Dalam dunia akademik kegunaan waktu sangat penting.
Sejak SD kita sudah mulai berinteraksi dengan waktu yang diberikan dari sekolahnya.
Mungkin kalau SD masih didampingi oleh orangtuanya untuk bisa datang ke sekolah sebelum pelajaran dimulai. Tapi itupun kalau sudah mulai kelas 3 ke atas mungkin sudah terlepas dari orang tua dan sudah bisa berangkat sendiri kecuali ia tinggal di tempat yang jauh dari sekolahannya.
Setiap sekolah memiliki jam masuk yang berbeda. Ada yang sekolah mulai dari pukul 7.30, 7.00, bahkan dari 6.30. Biasanya Sekolah tingkat SD masih banyak yang masuk pukul 7.30 dengan alasan toleransi terhadap anak yang belum biasa berangkat pagi. Pukul 7.30 itu menurut saya jam yang sangat mudah untuk dituruti. SMP sudah mulai sekolah dari pukul 7.00.
Dari masa SMP ini anak-anak mulai tidak mematuhi dengan aturan waktu padahal masa kecil dulu sangat berturut kepada peraturan dan perintah apapun. Namun anak-anak SMP sudah mulai berani masuk terlambat dengan alasan kena macet atau bangun kesiangan dan sebagainya. Sekolahpun memberikan solusi keterlambatan ini dengan cara memberi hukuman agar tidak terulang lagi. Tetapi itupun tidak berguna bila memang dari diri sendirinya selalu berniat masuk terlambat.
Dulu di SMP saya bila anak itu terlambat masuk, biasanya sampai pukul 7.15 masih ditoleransi untuk masuk. Tetapi bila lebih dari jam itu, maka otomatis harus menunggu 1 jam pelajaran untuk bisa masuk. Namun hukuman itu ternyata tidak begitu berguna. Menurut anak-anak, 1 jam pelajaran itu masih bisa diremehkan, karena masih ada 1 jam pelajaran lagi karena 1 mata pelajaran biasanya memakai 2 jam pelajaran. Jadi walau masuk dari jam ke 2 juga, biasanya pelajarannya baru mulai dengan serius. Bila benar-benar telat pelajaran juga masih bisa tersolusi dengan bertanya kepada teman.
Saat SMA, peraturan sekolah mengenai waktu kehadiran sangat ketat. Walau sebenarnya masih bisa ditembus. Di SMA saya bila anak itu terlambat masuk, tidak ada toleransi waktu.
Bila anak itu datang setelah pukul 7.00 atau bel masuk selesai berbunyi, maka anak-anak yang masih di luar sekolah tidak diizinkan untuk memasuki sekolah. Di absensipun dianggap tidak masuk tanpa keterangan. Dan kehadiran sangat mempengaruhi kenaikan maupun kelulusan.
Jadi anak-anak mulai sadar kembali terhadap pentingnya waktu. Tadinya yang suka terlambat karena macetpun, ia berangkat lebih cepat sebelum terkena macet. Yang tadinya bangun kesiangan juga mulai bisa bangun pagi dengan malamnya cepat tidur.
Namun kini di masa universitas penyalahgunaan waktu kembali muncul.
Karena sistem pembelajarannya berubah, otomatis peraturannyapun sedikit berbeda.
Di masa universitas ini, waktu kehadiran tidak begitu ditekankan. Peraturan dalam waktu kehadiran ini tergantung dosen. Bahkan segala hal mengenai kehadiran itu semua ada di tangan dosen. Bila dosen memberikan kesepakatan tidak boleh masuk kelas setelah sekian menit dari jam pelajaran dimulai, anak-anak masih berturut kepada aturan itu dan segera hadur sebelum waktunya. Tetapi bila dosen memberikan kesepakatan boleh masuk kelas kapan saja, pasti sebagian besar mahasiswa tidak akan datang pada waktunya. Tetapi itu biasanya ada kesepakatan khusus seperti lewat menit sekian tetap boleh masuk tetapi tidak boleh absen.
Kalau ini memang sama saja tidak masuk tetapi tetap bisa menerima pelajaran. Tetapi bila nilai mata kuliah itu tidak dipengaruhi oleh jumlah absesn, maka pasti banyak anak-anak yang tidak datang pada waktunya. Menurut saya, memang ada juga yang dari dosennya sendiri yang membuat anak-anak jadi tidak menghargai waktu. Bila semua dosen itu disiplin terhadap waktu, maka semua mahasiswapun ikut disiplin. Tetapi waktu kedatangan dosenpun kadang tidak tepat waktu. Karena hal itu membuat mahasiswa jadi tidak datang tepat waktu juga.
Bila dosen melakukan keterlambatan, harusnya tidak diulangi lagi.
Toleransi terhadap waktu itu seharusnya dilemahkan atau ditiadakan, agar semua bisa hadir pada waktunya. Bila ada toleransinya, biasanya orang-orang akan manja terhadap waktu.
Seperti contoh, pelajar harus hadir pada pukul 7.30, tetapi bagi yang terlambat masih diberi toleransi sekitar 15 menit. Jadi pelajaran akan dimulai 7.45. Sebenarnya hal ini membuat waktu pelajar yang datang pada waktunya terbuang sia-sia.
Kita hadir pada tepat waktu agar kita bisa mengikuti pelajaran dari benar-benar awal hingga selesai. Menurut saya 15 menit itu cukup untuk dipakai absensi, mengulang materi sebelumnya.
Bahkan absensi bisa diisi sambil mendengarkan dosen menerangkan.
Jadi, bila diberikan toleransi terhadap waktu dan pelajaranpun dimulai dari jam setelah waktu toleransi itu, pelajar yang datang tepat waktu terasa dibodohi.
Sebenarnya penyalahgunaan waktu di kalangan pelajar itu tidak hanya di waktu kehadiran. Di saat guru menerangkan pelajar asik berbicara dengan temannya juga termasuk penyalahgunaan waktu. Pelajar itu telah melewati beberapa penerangan dari guru di saat pelajar itu berbicara. Waktu saat guru menerangkan itu tidak akan kembali. Mungkin bisa bertanya atau meminta guru atau teman yang mendengarkan untuk kembali menerangkan apa yang tadi diterangkan. Tetapi hal itu tetap membuang waktu guru untuk mengajari materi berikutnya.
Biasanya guru akan memberikan waktu untuk bertanya. Dengan itu waktu yang telah disia-siakan karena berbicara bisa dikembalikan. Tetapi siswa biasanya tidak mau bertanya kepada guru tentang apa yang tadi terlewatkan karena alasan takut ketahuan tidak mendengarkan.
Masuk kelas pada waktu yang tepat atau sebelumnya dan menerima pelajaran maupun memulai pelajaran di waktu yang tepat, dan tidak berbiacara di saat guru menerangkan dan bertanya di saat waktunya adalah contoh penggunaan waktu yang tepat bagi saya.
Dengan pembelajaran yang berjalan lancar, gurupun bisa mengajarkan materinya kepada siswa dengan tepat waktu dan sesuai perencanaan.
Saya dari kecil diajarkan untuk datang sebelum waktunya. Saya dulu masih selalu datang sebelum waktunya atau tepat waktu. Pada acara-acara perkumpulan juga saya selalu datang pada sebelum waktunya. Tetapi jarang sekali anak yang datang lebih cepat atau pada waktu yang tepat.
Ada saja yang istilahnya “ngaret”. Karena kebiasaan orang-orang terlambat, jadi semua ikut-ikutan untuk terlambat tidak hadir pada waktunya. Misal acara mulai pada pukul 10.00 tetapi orang-orang mulai datang atau ramai pada pukul 10.20~ karena orang berpikir acara tidak mulai pada waktunya, pasti ada kengaretan sekian menit baru dimulai. Pemikiran seperti ini sangat mengganggu kelancaran sebuah acara. Sayapun sekarang karena orang-orang di sekitar pada berpikiran seperti ini, jadi mulai datang terlambat. Karena bila datang pada waktunya, biasanya belum ada orang dan setelah sekian menit dari waktu yang ditentukan baru datang beberapa.
Jadi saya yang datang pada sebelum waktunya, jadi terbuang sia-sia waktunya.
Saya sebenarnya tidak suka dengan istilah ngaret atau terlambat. Tetapi sekitarnya memang pada begitu atau membudaya, sayapun jadi ikut-ikutan seperti mereka.
Saya harap semua pelajar bisa menghargai dan memanfaatkan waktu dengan baik,
Karena kita semua mengetahui bahwa waktu adalah uang. Tidak boleh ada waktu yang terbuang sia-sia. Kita harus gunakan waktu dengan baik agar segala acara, tujuan dan sebagainya bisa terlaksana dengan lancar. Keterlambatan waktu akan terpengaruh dengan kelancaran bisnis kita. Maka dari itu kita harus membuang pikiran untuk terlambat, datang pada waktunya dan jalankan jadwalnya sesuai dengan ketetapan. Kita harus mengajari pentingnya waktu kepada anaknya ataupun penerusnya agar buadaya menghargai waktu tidak hilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H