Mohon tunggu...
Deya Salsabila
Deya Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tertarik dalam bidang media dan jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kemandirian dan Ketahanan Pangan Berkelanjutan Melalui Keanekaragaman Lokal di Indonesia

2 November 2024   16:32 Diperbarui: 2 November 2024   16:51 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah modernisasi dan perkembangan teknologi, kita sering kali lupa bahwa kebutuhan paling mendasar dari setiap manusia tetap sama, yaitu makanan. Makanan adalah hak asasi yang tidak hanya menjamin kehidupan, tetapi juga kesehatan, kesejahteraan, dan produktivitas. Dalam kehidupan sehari-hari, makanan berfungsi sebagai sumber energi dan nutrisi yang penting untuk mendukung aktivitas fisik dan mental kita. Namun, tantangan di bidang pangan semakin kompleks. Perubahan iklim, pertumbuhan penduduk, dan ketergantungan yang tinggi pada impor menjadikan ketahanan pangan sebagai salah satu isu krusial di Indonesia. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa. Kita memiliki berbagai jenis tanaman pangan dan tradisi kuliner yang berakar pada budaya lokal, yang seharusnya bisa menopang kebutuhan pangan dalam negeri. Namun, kenyataan yang kita hadapi saat ini masih jauh dari ideal.

Ketergantungan pada pangan impor masih tinggi, terutama untuk komoditas seperti kedelai, bawang putih, gula, dan daging sapi. Data dari Neraca Bahan Makanan yang dirilis oleh Badan Pangan Nasional menyebutkan bahwa sebagian besar kebutuhan untuk komoditas tersebut masih harus dipenuhi melalui impor. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Indonesia memiliki potensi besar dalam memproduksi pangan, masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada. Ini menunjukkan bahwa, meskipun memiliki potensi besar, Indonesia belum memaksimalkan sumber daya yang ada untuk mencapai kemandirian pangan. Situasi ini bisa menjadi berbahaya jika terjadi gangguan global yang menghambat rantai pasok pangan, seperti konflik internasional atau pandemi. Dalam kondisi seperti ini, krisis pangan global bisa berdampak langsung pada Indonesia, terutama dalam hal stabilitas ekonomi dan sosial masyarakat.

Selain itu, ketergantungan kita pada jenis pangan tertentu, terutama beras, semakin memperburuk keadaan. Indonesia adalah salah satu negara yang mengonsumsi beras sebagai makanan pokok dengan jumlah yang sangat tinggi. Konsumsi beras yang berlebihan tidak hanya berdampak pada ketahanan pangan, tetapi juga mempengaruhi pola makan dan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Sementara potensi pangan lokal seperti sagu, jagung, dan umbi-umbian sering kali terabaikan. Ketergantungan yang berlebihan pada satu jenis pangan membuat ketahanan pangan kita menjadi rentan terhadap gangguan pada komoditas tersebut. Keadaan ini diperburuk oleh rendahnya diversifikasi pangan di Indonesia. Ketahanan pangan tidak hanya sekadar ketersediaan, tetapi juga menyangkut aksesibilitas dan keberagaman pangan yang bisa dikonsumsi masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk mempromosikan konsumsi pangan lokal yang lebih beragam guna meningkatkan ketahanan pangan secara menyeluruh.

Forum Bumi yang diselenggarakan oleh Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia telah memberikan perhatian khusus pada pentingnya keanekaragaman pangan lokal. Upaya ini bertujuan agar ketahanan pangan bisa diperkuat dengan berbagai jenis pangan lokal yang bernilai gizi tinggi. Keanekaragaman ini bukan hanya penting bagi kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk melestarikan budaya dan melindungi ekosistem. Di berbagai daerah di Indonesia, banyak sekali jenis pangan lokal yang sebenarnya bernutrisi tinggi namun kurang dimanfaatkan. Potensi pangan lokal ini bisa dijadikan bagian dari pola makan sehari-hari, sehingga masyarakat bisa mengurangi ketergantungan pada komoditas impor dan membantu menjaga ketahanan pangan nasional. Keanekaragaman pangan juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mengeksplorasi rasa dan kuliner yang lebih bervariasi, sehingga menciptakan pola makan yang lebih seimbang dan berkelanjutan.

Pemerintah Indonesia pun turut berupaya meningkatkan ketahanan pangan dengan menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045. Rencana ini berfokus pada kebijakan yang mendorong ketahanan pangan yang tangguh, berkelanjutan, dan mampu menghadapi berbagai tantangan global. Dalam konteks ini, upaya peningkatan produktivitas pertanian harus dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan dan keberlanjutan. Pak Ifan Martino, dalam pemaparannya, menyebutkan bahwa "ketahanan pangan bukan hanya soal kuantitas, tetapi juga kualitas dan keberlanjutan." Ini berarti, upaya menjaga ketersediaan pangan harus mempertimbangkan keseimbangan alam, seperti tanah dan air yang tetap produktif untuk generasi mendatang. Dengan mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk kimia, misalnya, kita dapat menjaga agar produksi pangan tidak merusak lingkungan. Melalui kebijakan ini, pemerintah juga mendorong penelitian dan pengembangan teknologi pertanian yang inovatif guna meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan dalam produksi pangan.

Tidak kalah pentingnya adalah memastikan akses masyarakat terhadap pangan yang berkualitas. Hingga saat ini, masalah malnutrisi masih cukup serius di Indonesia, di mana jutaan penduduk masih kekurangan gizi. Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan bukan hanya tentang jumlah pangan yang ada, tetapi juga tentang kualitas dan akses yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat. Dalam hal ini, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola makan sehat dan bergizi. Gerakan nasional yang mendorong pola makan sehat dapat menjadi solusi dalam memperbaiki pola makan masyarakat Indonesia. Mendorong masyarakat untuk mengonsumsi makanan lokal yang kaya nutrisi, seperti sayur, buah, dan protein nabati, dapat membantu meningkatkan kualitas kesehatan dan ketahanan pangan dalam jangka panjang. Selain itu, program-program edukasi yang mengajarkan masyarakat tentang cara memasak dan mengolah makanan lokal juga perlu didorong untuk menciptakan pola konsumsi yang lebih sehat.

Dalam hal produksi pangan, transformasi menuju sistem produksi yang lebih ramah lingkungan juga menjadi hal yang penting. Produksi pangan saat ini masih memberi dampak besar terhadap lingkungan, mulai dari emisi yang dihasilkan hingga degradasi lahan akibat pembukaan hutan untuk lahan pertanian. Praktik-praktik pertanian yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan penurunan kualitas tanah dan berkurangnya keragaman hayati. Untuk mengurangi dampak negatif ini, kita perlu mengembangkan praktik-praktik pertanian yang berkelanjutan. Selain dapat menjaga keseimbangan alam, produksi yang ramah lingkungan juga akan membantu menjaga kualitas tanah, air, dan udara yang penting bagi kehidupan. Oleh karena itu, pemerintah dan pihak swasta harus berkolaborasi dalam menerapkan teknologi dan praktik pertanian yang lebih inovatif dan berkelanjutan untuk memastikan ketahanan pangan jangka panjang.

Isu lain yang perlu diperhatikan adalah masalah limbah pangan. Seiring meningkatnya akses masyarakat pada makanan dan berkembangnya platform pemesanan makanan online, konsumsi berlebih dan pemborosan makanan semakin banyak terjadi. Kebiasaan ini meningkatkan jumlah limbah pangan, yang tidak hanya mengakibatkan kerugian ekonomi, tetapi juga berdampak negatif pada lingkungan. Dengan mengedukasi masyarakat untuk lebih bijak dalam mengelola makanan, misalnya dengan membeli secukupnya dan mengelola sisa makanan dengan baik, kita dapat menekan jumlah limbah dan membantu memperkuat ketahanan pangan. Selain itu, inovasi dalam pengolahan limbah pangan, seperti daur ulang limbah menjadi pupuk organik atau pakan ternak, juga dapat membantu mengurangi dampak negatif limbah terhadap lingkungan.

Pilar terakhir yang mendukung ketahanan pangan adalah kolaborasi dari berbagai pihak. Permasalahan pangan yang begitu kompleks tidak bisa diatasi oleh satu pihak saja, melainkan membutuhkan kerjasama dari berbagai sektor, termasuk pemerintah, swasta, akademisi, serta masyarakat. Forum Bumi yang diselenggarakan oleh Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia berperan sebagai wadah untuk mengumpulkan berbagai pihak yang memiliki visi yang sama dalam mewujudkan ketahanan pangan. Forum ini juga menjadi sarana bagi berbagai pihak untuk berdiskusi dan mencari solusi terbaik bagi isu-isu ketahanan pangan di Indonesia. Kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan sinergi yang kuat dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan melalui berbagai program dan kebijakan yang saling mendukung.

Pada akhirnya, masa depan ketahanan pangan Indonesia sangat bergantung pada bagaimana kita mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Di masa mendatang, Indonesia diharapkan mampu mewujudkan sistem pangan yang adaptif, tangguh, dan inklusif, yang tidak hanya menjamin ketersediaan pangan, tetapi juga memastikan bahwa setiap individu bisa mendapatkan akses terhadap makanan bergizi. Dengan kolaborasi dari berbagai pihak, transformasi pada pola konsumsi, produksi yang berkelanjutan, serta pengelolaan limbah yang bijak, Indonesia memiliki peluang besar untuk mencapai kemandirian pangan yang diimpikan. Penting untuk selalu mengedepankan inovasi dan penelitian dalam mengembangkan sektor pangan, serta memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam rantai pasok pangan.

Melalui upaya bersama dalam mewujudkan ketahanan pangan, kita dapat membangun masa depan yang lebih cerah bagi bangsa ini. Indonesia yang berdaulat dalam pangan tidak hanya akan terbebas dari ancaman krisis, tetapi juga akan menjadi teladan bagi negara lain dalam mengelola dan melestarikan kekayaan alam demi keberlanjutan hidup. Ketahanan pangan yang kokoh adalah fondasi penting bagi masa depan bangsa yang lebih sehat, sejahtera, dan mandiri. Untuk mencapai visi ini, semua elemen masyarakat perlu berperan aktif, mulai dari tingkat individu hingga pemerintah, agar ketahanan pangan bukan hanya menjadi jargon, tetapi juga realitas yang dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun