Setahun yang lalu, aku dan ibuku berdebat. Ibuku yang seorang jawa tulen tak bisa terima ketika anak perempuannya menggugat cerai sang suami. Pikirnya, menikah itu sekali untuk selamanya...
"Ka, jadi seorang istri memang gak mudah, kamu harus bisa nrimo." kata ibuku.
Jujur, aku selalu benci kata nrimo. Kata itu seolah-seolah mengejek diri sendiri sebagai seorang yang tertindas.
"Bu, jangan samakan bapak dengan suamiku, bapak memang orang yang sabar, saking sabarnya sampai gak pernah marah sama sekali. Beda dengan suamiku, bu." kataku.
Ibuku terdiam, tak perlu kujelaskan lagi tentang tabiat suamiku, ibuku pun sudah tahu.
"Aku udah gak sanggup untuk tersiksa lahir batin seperti ini terus." lanjutku.
Ibuku masih terdiam. Aku melangkah pergi masuk kamar.
Maaf bu, aku tak bisa seperti dirimu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H