Jum'at (22/5), ketika saya jalan-jalan di Toko Buku Gramedia cabang Atmo, ada pengumuman talkshow dan bedah buku Inilah Saatnya untuk Action bersama Gidion Hindarto dan remaja pemegang rekor mengingat memori versi Guiness Book of Record yang tak lain adalah anaknya, Dominic Brian. Ooh, senangnya! Alhamdulillah, saya diberi kesempatan emas ini, mumpung saya berada di Palembang, dan saya sudah lama tidak mengikuti motivasi, biasanya sih acara motivasi dengan mentor lokal dari daerah saya, Lampung, hanya bisa saya ikuti di sekolah.
Minggu (24/5), dari rumah bibi saya di Palembang, langsung saya berangkat ke Toko Buku Gramedia di Jalan Kolonel Atmo no. 45, Palembang, dengan waktutalkshow-nya pukul 15.00-selesai. Berhubung saya tidak membawa buku dan alat tulis untuk mencatat intisari dari buku tersebut, saya membeli buku tulis bersama pulpen di lantai 1 toko buku Gramedia tersebut.
Oiya, Palembang, kota kelahiran saya, menjadi kota yang sangat istimewa bagi Dominic Brian. Mengapa? Karena kota ini mendapatkan penghargaan Guiness Book of Record sebagai kota dengan pemecahan rekor terbanyak kedua setelah Bali, yang menjadi saksi bisu perjuangan Brian dalam mempertahankan rekor daya ingat, sekaligus menjadi kota pertama yang mendapatkan kehormatan untuk menggelar bedah buku bersama remaja jenius tersebut. Selamaaaaat.....
Okelah, saya buka intronya. Siaaaap?????
Teman-teman, siapa sih yang gak kenal Dominic Brian? Itu loh, anak Indonesia yang meraih penghargaan Guiness Book of Record seperti yang saya jelaskan tadi. Ternyata, kesuksesan Brian dalam mengingat angka dengan cepat tidak terlepas dari trial and error. Â Yup, Brian sudah berulang kali mengalami kegagalan tersebut. Di Tiongkok, terjadi "kecelakaan" dalam mengingat sehingga rekor gagal diraih, begitu juga dengan di Italia. Berkat kesuksesannya, dia seringkali diundang di berbagai stasiun televisi, sampai 60 kali!
Rencananya, dia akan melanjutkan kuliah di Australia, mengambil jurusan perfilman. Bahkan biayanya akan ditanggung oleh Alex Noerdin-Gubernur Sumsel sekarang.Semoga sukses ya, Brian.... nanti kalau pulang, bisa memajukan perfilman Indonesia yang kini terpuruk dan kalah bersaing dengan film luar negeri. Aamiiin....
Oiya, dalam buku ini, Pak Gidion Hindarto-ayahanda Brian yang juga menulis buku ini- mengemukakan delapan komponen misi- yang kemudian dijelaskan kembali oleh Brian, yang disebut delapan roda kehidupan, yaitu, rohani/spiritual, keluarga, kesehatan, sosial, pendidikan, karier, keuangan, dan rekreasi. Nah, misi yang sangat sederhana, bukan? Tidak hanya itu, dalam buku ini, akan dijelaskan konsep SMART, yaitu Spesific (jelas), Measurable (dapat diukur), Attainable (dapat dicapai), Realistic (realistis), dan Timed (ada target waktu).
Sayangnya, saat ini anak muda, khususnya anak SMA dan mahasiswa, masih takut untuk berpikir besar. Untuk melakukan hal-hal kecil, sudah biasa. Pak Gidion dan Brian sudah membuktikannya lho! Keberhasilan dalam mengingat angka, adalah salah satu contohnya. Oiya, jangan dikira Brian itu gak gagalkok! Iya, setiap manusia yang sukses pasti banyak gagalnya. Namun, berkat usaha kerasnya, Brian bisa mengingat angka sampai sekarang ini. Coba kalau gak gagal, Brian malah sudah "pusing" duluan. Ternyata, Brian masih enjoy-enjoysaja, kok!