Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Sisi Lain Pertemuan Kompasianer dengan Keluarga Dominic Brian

31 Mei 2015   07:18 Diperbarui: 10 September 2016   11:36 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14330311741247811265

Jika artikel sebelumnya membahas tentang bedah buku Inilah Saatnya untuk Action, kali ini saya akan menceritakan sisi lain pertemuan saya dengan Gidion Hindarto dan Dominic Brian, seminggu yang lalu.

Masih teringat dalam pikiran saya ketika tanggal 24 Mei lalu, saya sengaja mengikuti talkshow bedah buku Inilah Saatnya untuk Action di Toko Buku Gramedia cabang Atmo, Palembang.  Saya mengikuti talkshow tersebut karena penasaran dan ingin tahu seperti apa isi buku tersebut, karena saya sebelum membeli buku harus cek isi dari buku tersebut, agar tidak menyesal nantinya. Alhamdulillah, saya tiba di lokasi acara, tepatnya di lantai II Toko Buku Gramedia Atmo, beberapa menit sebelum acara talkshow dimulai. Jadi, saya bisa mendengarkan dan mencatat isi dari bedah buku tersebut. Ada dua orang pembicara dalam bedah buku Inilah Saatnya untuk Action. Dominic Brian, nama yang sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, meskipun saya hanya mengenalnya dari media massa. Sedangkan Gidion Hindarto, saya baru mengetahuinya, sebagai ayahanda dari Dominic Brian. Meskipun di internet, mungkin sudah membahas tentang sosok Gidion Hindarto, saya tidak membaca tentang Gidion sebelum saya berjumpa dengan beliau.

 Saya tidak mengidolakan Dominic Brian secara berlebihan, hanya sebagai pengagum sosok berprestasi. Sebagai Kompasianer yang tinggal di Lampung, tentunya pertemuan saya dengan keluarga Brian saat saya berada di Palembang, adalah momen yang berharga, yang belum tentu bisa berjumpa di daerah lain, termasuk daerah saya. Dan ini atas izin Tuhan.

Saya pun mendapatkan salam untuk seluruh fans Brian yang berada di Lampung, dari Pak Gidion Hindarto, ketika saya hendak berfoto bersama Dominic Brian. Dari situlah, Pak Gidion adalah orang yang sangat ramah, dan berjiwa visioner. Hal ini dibuktikan ketika beliau mulai mencanangkan Goal Setting dan Dominic Brian sebagai penerapnya. Alhasil, Brian meraih prestasi dalam mengingat angka di usia yang masih sangat belia. Oiya, melalui tangan dingin Pak Gidion, bakat Dominic Brian mulai terlihat jelas dan mulai dikembangkan, diberdayakan menjadi sesuatu yang lebih hebat. Pak Gidion menginginkan Brian tampil lebih beda dengan bakat yang diberikan Tuhan kepadanya. Ya! Akhirnya saya mendapatkan pelajaran berharga: anak yang hebat, tidak terlepas dari orang tua yang hebat. Untuk meraih keberhasilan, harus ada tujuan yang jelas terkait cita-cita dan bakat sang anak. Selain itu, harus tampil beda dengan orang lain, dengan memberdayakan talenta yang diberikanNya kepada anak, niscaya anak tersebut semakin berkembang menjadi generasi yang hebat.

Dalam acara talkshow bedah buku tersebut, Pak Gidion memberikan kebebasan kepada Brian untuk menentukan hidup sesuai apa yang disukai, termasuk menentukan cita-cita yang diinginkannya. Nah, wahai para orang tua, tugas orang tua hanya mengarahkan anak-anaknya sesuai bakat yang dimiliki. Jangan paksa anak untuk mengikuti apa yang diinginkan orang tua, termasuk tujuan hidup dan cita-cita, karena setiap anak terlahir istimewa dan sesuai bakatnya masing-masing.

Sedangkan saya mengenal Dominic Brian sebagai sosok remaja yang tidak sombong, walaupun mempunyai segudang prestasi. Ketika saya menerima hadiah atas pertanyaan yang saya ajukan saat bedah buku Inilah Saatnya untuk Actionsedang berlangsung, Brian tidak lupa berjabat tangan dan mengucapkan selamat kepada saya. Dari pertemuan tersebut, saya tahu, seperti yang saya bahas di artikel sebelumnya, bahwa keberhasilan Brian dalam mengingat angka tidak terlepas dari kegagalan. Namun, kegagalan tersebut tidak membuat Brian menyerah begitu saja. Ketika saya membaca berita di sumsel.tribunnews.com tentang mundurnya Brian dalam mengingat angka karena gagal memecahkan rekor dunia dalam suatu acara Pemecahan Rekor Dunia Belajar Matematika dalam rangka Hardiknas di Palembang, Brian mengaku akan mencoba kembali tahun depan. Ya, saya mengagumi sosok Brian sebagai remaja yang pantang menyerah. Gagal, coba lagi. Begitu seterusnya sampai meraih kesuksesan dan prestasi yang gemilang. Pengalaman Brian dalam merasakan kegagalan, membuat Brian tidak merasa terbebani, malah sebaliknya, dia berusaha dan terus berusaha.

Selain itu, saya salut dengan Brian yang terus berjuang meraih mimpi sebagai penulis komik. Walaupun gambar komik Brian kurang apik, dia tidak menyerah dalam mewujudkan mimpi. Akhirnya, dia bekerjasama dengan teman setimnya, Ran dan Ruth Setyawan, yang lebih pandai menggambar, untuk menulis komik. Nah, itulah yang harus dicontoh oleh saya dan teman-teman Kompasianer, terutama nih, yang sedang berjuang meraih mimpi menjadi penulis sesuai bidang yang disukai.

Berkaitan dengan sikap Brian yang pantang menyerah, saya teringat pada kata bijak salah satu anime Jepang di akun Twitter, yang saya re-tweet di akun Twitter saya. Bunyinya begini: "Orang yang jenius hanya bisa dikalahkan oleh orang bodoh yang pantang menyerah".Ya, jika dilihat dari nilai IQ, Brian masih dibawah orang-orang yang lebih jenius di dunia. Namun, berkat kegigihan dalam mengasah bakat, Brian berhasil melejit sebagai remaja jenius pemegang rekor daya ingat. Nah, kerja keras sangat menentukan dalam kesuksesan hidup.

Nah, jika Brian bisa bersemangat dalam berjuang dan pantang menyerah dalam menjalani hidup, mengapa saya harus lemah dalam menghadapi kehidupan yang penuh persaingan ini? Seandainya saja saya mundur dan menyerah, saya tidak akan bisa bertahan dalam menulis di Kompasiana. Harapan saya untuk menuliskan dan menyuguhkan tulisan terbaik dan enak dibaca bagi Kompasiana dan pembaca sekalian, hanya mimpi belaka.

Ya, dibalik pertemuan dengan keluarga Brian di Palembang pada talkshow Inilah Saatnya untuk Action, saya benar-benar memberikan pelajaran berharga, tidak hanya mendapatkan intisari dari buku tersebut, lebih dari itu, saya mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana memberdayakan generasi muda Indonesia yang lebih baik. Selain itu, saya tahu bagaimana pahitnya perjuangan Brian, melewati kegagalan, dalam mengingat angka, tentunya dengan semangat juang dan rasa optimisme yang tinggi. Dan, tentunya, perjumpaan saya dengan keluarga Brian, akan dikenang sepanjang hidup saya.Sebuah pertemuan yang benar-benar saya memetik inspirasi dari kisah hidup mereka.

Suatu saat nanti, saya ingin bertemu dengan sosok inspiratif lainnya, di lain tempat dan waktu!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun