Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Merayakan 10 Tahun Kelahiran Pangeran Hisahito

6 September 2016   09:49 Diperbarui: 4 April 2017   16:54 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: http://www.japantimes.co.jp


Aku melihat, sepuluh tahun ke belakang...
Awal tahun 2006, dua kalangan yang bertolak belakang, kalangan konservatif dan bukan konservatif, saling berdebat, apakah UU Rumah tangga Kekaisaran akan direvisi tentang siapa yang berhak menduduki singgasana Bunga Seruni. Ini semua karena kelahiran anak tunggal dari putra mahkota Naruhito yang ternyata,seorang perempuan. Padahal, pada UU tersebut, hanya keturunan lelaki-lah yang berhak mewarisi tahta kekaisaran untuk menggantikan Kaisar Akihito yang telah masuk kepala tujuh, waktu itu...

Di saat yang sama, Putri Masako, istri putra mahkota Naruhito, belum bisa muncul di hadapan publik karena penyakit stress pasca kelahiran putri Aiko. Bagaimana tidak, putri yang belum menginjak bangku sekolah pun harus ‘dikorbankan’ untuk dicalonkan menerima tugas negara yang sangat berat di masa depan, putri mahkota yang berlanjut menjadi kaisar perempuan pertama di abad 21 ini, sedang waktu itu belum memiliki keturunan laki-laki. Perlu diketahui, bahwa menurut pandangan kaum konservatif, kaisar dari keturunan lelaki harus dipertahankan sebagai lambang agama Shinto dan budaya Jepang, karena merupakan tradisi yang telah dipegang teguh selama berabad-abad.

Nah, pada saat PM Jepang waktu itu, Junichiro Koizumi akan mempersiapkan proposal untuk merevisi UU Kekaisaran tersebut, muncul sayup-sayup berita gembira itu. Ya! Putri Kiko, istri Pangeran Akishino (putra kedua Kaisar Jepang), hamil!

Berita tersebut tentu saja membuat kalangan konservatif bersuka cita, karena masih ada harapan untuk memberikan pewaris tahta, tidak peduli dari garis keturunan Putra Mahkota atau bukan. Mereka ingin menunggu kehadiran cucu Kaisar pada saatkelahiran pada bulan September atau Oktober pada tahun itu.

Di luar sana, rakyat Jepang masih berharap akan kelahiran bayi itu, sehat dan selamat, tak peduli jenis kelamin bayi yang sedang dikandung putri yang dulunya bernama Kiko Kawashima itu. Tapi, mendekati bulan kelahiran sang bayi. Ada rumor yang menyebutkan: Bayinya adalah seorang lelaki!

Sayangnya, pihak istana masih tutup mulut terhadap kabar itu, malah merahasiakannya! Mungkin, pihak istana ingin memberi kejutan kepada rakyatnya, inilah hadiah besar dariNya untuk negara Jepang yang sabar menanti kelahiran anggota baru selama empat puluh tahun lamanya.

Rabu, 6 September 2006
Pagi yang cerah berbalut indahnya masa-masa awal musim gugur, rakyat Jepang sedang bersiap untuk melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Tapi, semuanya tiba-tiba berubah mendadak. Bahkan stasiun-stasiun TV di Negeri Sakura ini, menghentikan siaran program yang sedang ditayangkan, untuk menyiapkan slot berita khusus, semacam Breaking News.

Dan...

Pejabat istana pun langsung mengumumkan: “Putri Kiko telah melahirkan pangeran kerajaan”. Sontak seluruh rakyat Jepang, dari pulau Hokkaido hingga Okinawa, langsung menumpahkan rasa sukacita, bahwa keinginan untuk memiliki seorang pangeran baru, menjadi kenyataan! Berita tersebut menjadi headline di mana-mana, baik di Jepang dan di seluruh dunia. Dari koran-koran, televisi, hingga media massa diranah online.

Tentu saja karena berita ini, pena-pena para jurnalis dan jepretan kamera akan beralih dan fokus pada Putri Kiko, untuk mengupas sosok beliau, yang dianggap sebagai ibu teladan dan istri idola seluruh rakyat Jepang, secara lebih mendalam.

Setelah Kelahiran Pangeran Kecil. Ketika pengumuman kelahiran Pangeran baru itu, Kaisar Jepang Akihito dan Permaisuri Michiko sedang berada di Hokkaido. Sekembalinya ke Tokyo, Kaisar langsung mengadakan upacara kecil di rumah sakit Aiiku, tempat pangeran kecil itu dilahirkan.

Pertama, Kaisar akan mengadakan seremonial pedang untuk menyambut kelahiran cucu lelakinya itu. Beberapa hari kemudian, Pangeran Akishino mengambil kertas tradisional buatan tangan-tangan terampil rakyat Jepang, lalu menuliskan dua huruf kanji yang melambangkan nama pribadinya, untuk dimasukkan ke kotak kayu. Sedangkan istrinya, Putri Kiko, memberikan simbol khusus untuknya, pohon Koyamaki (cemara payung).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun