Carol S Pearson dalam bukunya The Hero Within menjabarkan 6 pola dasar (archetypes) dalam perilaku manusia, antara lain: Orphan (harfiah: yatim-piatu, istilah: selalu minta tolong), Wanderer (pengembara), Warrior (pejuang), Altruist (pemurah), Innocent (tak bersalah), dan Magician (penyulap). Ya, enam perilaku itulah yang secara alamiah muncul dan lekat dalam kehidupan sehari-hari.
Nah, kesemuanya itu telah dibahas secara mendalam oleh Pak Komaruddin Hidayat dalam buku Life’s Journey, menggambarkan pengertian masing-masing keenam pola dasar perilaku manusia, tak hanya teori, juga ditambahkan contoh kehidupan nyata yang telah terjadi di dunia ini.
Okelah, berdasarkan apa yang saya baca di buku tersebut, kali ini saya bahas archetype yang sangat lekat dalam kehidupan kita di dunia kepenulisan, baik penulis, jurnalis, dan lain sebagainya, yaitu wanderer atau pengembara.
Pengembara? Memangnya ada kaitannya dengan menulis?
Ya, tentu saja berkaitan. Tetapi, sebelum masuk ke intinya, saya menjelaskan dulu ya teori dasarnya. Siaaap?
Wanderer, Manusia Berjiwa Petualang
Kita semua, pada dasarnya terlahir sebagai wanderer. Artinya, secara naluri kita pasti ingin menjelajah, mengembara, berpetualang, bahkan suka keluyuran ke mana-mana.Ya, sejak masih kecil pun kita diberi rasa ingin tahu untuk mengenal sesuatu. Di lingkungan keluarga, kita sedari kecil ingin untuk mengenal benda-benda asing, bahkan jika menunjuk benda itu, pasti anak kecil akan bertanya, “Benda ini namanya apa?” Dan tak hanya itu, perlahan-lahan kita akan mengenal lingkungan luar, mengenal teman sepermainan, dan secara tidak sadar kita telah bermain bersama teman-temannya, ke mana pun mereka berada.
Ketika kita masih dalam usia anak-anak, ketika diajak jalan-jalan rasanya senaaaang banget ya! Apalagi yang berusia dewasa, pasti butuh refreshing, agar tidak menimbulkan kepenatan yang memicu stres. Tak heran pas weekend maupun hari libur panjang pasti agenda mereka adalah berlibur di berbagai tempat, terutama tempat wisata di dalam negeri. Kalau punya uang berlebih, bisa sampai ke luar negeri!
Bagi seorang penulis, jalan-jalan adalah hal yang pasti diperlukan untuk mencari ide kepenulisannya, terutama bagi seorang blogger traveler, blogger diaspora, penulis buku wisata untuk membagikan hasil perjalanannya lewat blog dan buku-buku tentang traveling, baik tempat-tempat wisata di Indonesia maupun di luar negeri. Dengan tulisan-tulisan tersebut, kita akan mengetahui tempat-tempat wisata yang terdapat di negeri Indonesia sendiri dan di negara lain. Dan bukan tidak mungkin, buku tersebut akan menjadi panduan saat menjelajahi tempat-tempat wisata di belahan dunia, nantinya.
Contoh lain yang paling lekat dalam kegiatan menulis yaitu jurnalis, baik jurnalis profesional maupun pewarta warga (citizen journalist). Pastinya, Karena sumber berita itu berada di luar, semestinya para jurnalis selalu terjun ke lapangan demi memburu informasi untuk dijadikan berita, baik di lingkungan sekitar, ke luar daerah, bahkan sampai meliput di luar negeri, yang hasilnya akan dituliskan dan dimuat di berbagai media (koran, situs berita online, dan blog). Jadinya, salah satu syarat jadi jurnalis yaitu suka traveling, pasti harus dimiliki oleh setiap orang yang ingin meniti karier sebagai wartawan. Bisa dibayangkan ‘kan kalau calon jurnalis ternyata tidak suka berpetualang? Ya bisa merepotkan!
Dan, dengan kemajuan teknologi dan kemampuan nalar pada diri manusia yang begitu dahsyat, kita tidak repot-repot mencari dan mencatat informasi dengan peralatan yang sangat sederhana. Semuanya dimudahkan. Alat-alat transportasi darat, laut, dan udara diciptakan untuk memenuhi hasrat manusia sebagai wanderer. Terlebih lagi dengan komputer, kamera, dan berbagai peralatan lainnya, semuanya bisa mendukung kita yang suka menulis untuk berbagi hasil perjalanannya dengan sempurna. Bayangkan saja kalau nggak ada pesawat terbang dan mobil, waah bakalan repot jalan kaki untuk memburu berita, padahal namanya berita harus disajikan cepat dan aktual ‘kan yaa. Apalagi kalau kamera tidak dibuat. Bisa-bisa, menulis tentang traveling terasa hambar kalau tidak disertai foto.