Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Hari Air Sedunia dan Tips Mengelola Air di Musim Kemarau

22 Maret 2015   05:49 Diperbarui: 10 September 2016   11:24 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, 22 Maret, diperingati sebagai Hari Air Sedunia. Tentunya hari ini menjadi peringatan bagi kita semua, sebagai warga dunia betapa pentingya air dalam kehidupan. Bahkan tubuh kita sendiri, ternyata sebagian besarnya terdiri dari air. seiring dengan perkembangan zaman, diperlukan manajemen pengelolaan air yang tepat agar tidak menimbulkan masalah yang besar di kemudian hari. Apalagi BMKG memprediksi, bulan April, Indonesia akan memasuki musim kemarau. Musim yang datangnya lebih awal dari biasanya.

Masalah Kelangkaan Air Tidak Hanya Terjadi pada Negara Berkembang, Negara Maju Juga Ikut Mengalaminya!

Negara Indonesia, dianugerahi kontur alam yang sangat beragam, begitu juga dengan curah hujan yang berbeda-beda di setiap daerah. Akibatnya, tidak semua daerah bisa menikmati air yang melimpah sepanjang tahun. Ada daerah yang menerima hujan yang sedikit, misalnya di NTT. Begitu pula dengan negara-negara yang curah hujannya sedikit, terutama yang beriklim gurun.

Ternyata, permasalahan air tidak hanya terjadi pada negara berkembang saja, negara maju pun demikian. Singapura misalnya. Negara termaju di Asia Tenggara ini ternyata menyimpan permasalahan tentang air, walapun negara tersebut memiliki curah hujan dan kelembaban yang tinggi. Air yang digunakan oleh warga negeri Singa ini, kebanyakan diimpor dari Malaysia, karena keterbatasan lahan yang bisa menampung air. Tak heran, jika warganya membeli baju, dipakai, lalu dibuang kembali. Tidak mau mencuci karena keterbatasan air bersih di negara mereka. Namun, setelah adanya teknologi pengelolaan air dari Jepang, warga Singapura tidak perlu was-was lagi. Meskipun demikian, penghematan air tetap harus dilakukan, tidak hanya untuk warga Singapura saja, juga seluruh masyarakat di dunia.

Belajar Penggunaan Air dalam Kehidupan Sehari-hari

Hendaknya kita sebagai warga dunia mempelajari bagaimana negara maju mengelola air dalam kehidupan sehari-hari, terutama di negara atau wilayah yang memiliki keterbatasan dalam menampung air bersih.

Kita ambil contoh, di Jepang yang dikenal dengan pemandian onsen-nya. Setelah air di bak mandi digunakan untuk berendam, air tersebut tidak dibuang begitu saja, melainkan digunakan untuk mencuci pakaian. Hal ini dilakukan sebagai penghematan dalam penggunaan air.

Kita yang dikaruniai air melimpah, juga di daerah yang sumber airnya terbatas pun harus dilakukan pengehematan air, terutama pada musim kemarau yang sebentar lagi tiba lebih awal. Tidak hanya melakukan hal-hal kecil seperti menutup kran ketika tidak digunakan, air kotor hasil kurasan bak air ternyata bisa digunakan untuk menyiram bunga, sehingga bisa menghemat air bersih.

Begitu juga para ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita, air bekas memandikan bayi dan balita sebaiknya jangan dibuang, air tersebut bisa digunakan untuk merendam pakaian kotor, jadi tidak perlu sampai menghabiskan air bersih yang sebenarnya bisa dipakai untuk keperluan lain.

Bagi kita yang Muslim, kita bisa ber-multitasking dalam berwudhu. Pasalnya, air yang mengalir saat berwudhu, sebenarnya merupakan air bersih yang jika dialirkan begitu saja, sesungguhnya kita 'membuang' air yang seharusnya bisa dimanfaatkan. Manfaatkan air yang mengalir untuk merendam pakaian, juga membilas pakaian. Bahkan ada salah satu sekolah yang memanfaatkan air bekas wudhu untuk membuat kolam ikan.

Nah, belajar dari kelangkaan air di musim kemarau tahun lalu, memang sepatutnya kita tidak terlalu mengharapkan hujan, apalagi hujan buatan, dan bantuan air bersih di musim kemarau, kecuali jika keadaan benar-benar mendesak. Seharusnya kitalah yang bertindak lebih aktif dalam penghematan air di musim kemarau, agar air tidak menjadi barang langka di kemudian hari. Jika kita tidak bisa melakukan penghematan, siapa lagi yang bisa melakukannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun