Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anak-anak yang Terlahir dari Hubungan Gelap, Bagaimana Masa Depannya?

15 Februari 2015   12:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:09 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat ini, banyak sekali ibu yang tega membuang bayinya setelah lahir. Ada pula yang sewaktu hamil tak diinginkan, langsung diaborsi. Bukankah perbuatan keduanya melanggar hukum dan HAM? Bayi yang seharusnya dirawat, dijaga, dan diberi kebebasan layaknya manusia lain, malah tidak diberi kesempatan sama sekali!

Hubungan seksual yang semakin merajalela dikalangan para remaja membuat banyaknya remaja yang hamil di luar nikah. Malu? Ya sudah pasti. Karena pengaruh Barat 'dicampur adukkan' dalam budaya ketimuran, membuat banyak orangtua yang memarahi, bahkan mengucilkan anak gadisnya yang diketahui hamil di luar nikah.

Kalau sudah begini, penyesalan-penyesalan selalu menghantui para remaja putri yang hamil di luar nikah. Mereka harus mencari cara agar 'menghilangkan' bayi yang berada dalam kandungannya dalam cara aborsi. bagi  yang mempertahankan janinnya hingga lahir, bayi yang sudah terlahir di dunia malah dibuang, baik ke perkampungan rumah warga, sungai,  bahkan di kamar mandi. Sungguh perbuatan yang melanggar kewajiban sebagai ibu ke anaknya.

Di sisi lain, banyak pasangan suami istri yang tak kunjung memiliki anak setelah menikah selama bertahun-tahun. Jika ibu dari bayi hasil hubungan gelap tidak bisa menikah dengan seseorang yang bertanggung jawab menghamilinya, alangkah baiknya kalau bayi yang terlahir dari hasil hubungan gelap diadopsi oleh pasangan suami istri tersebut, jika mereka mau. Atau bayi-bayi yang terlahir dari hubungan gelap diasuh ke panti asuhan khusus anak, agar bisa tumbuh layaknya bayi seusianya. Bukankah bayi adalah 'calon' generasi penerus bangsa, dan di UUD 45 pasal 33 ayat 1 telah disebutkan:

"Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara"


Kalau sudah dititipkan atau diadopsi, didiklah dan berdayakan anak-anak itu, dan carilah potensi dan bakat yang terpendam pada anak tersebut. Jangan lupa untuk memberikan pendidikan psikologi pada anak-anak yang terlahir dari hasil hubungan gelap, karena selama dalam kandungan, ibunya yang mengandung anak tersebut, tidak merasa bahagia karena hamil tanpa suami. Dengan dididik secara khusus, anak-anak yang terlahir dari hasil hubungan gelap akan meraih masa depan yang sama dengan anak yang terlahir dari pasangan suami istri. Hal ini menjadi 'tamparan' bagi remaja putri yang dikaruniai kesuburan dan masih perawan, agar tidak mendekati pacaran yang berlebihan, apalagi melakukan hubungan seks. Sebaliknya, mereka diwajibkan untuk belajar pada masa sekolahnya, agar nasib mereka tidak suram di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun